Sebagai sebuah ajaran, Islam yang di bawa Muhammad Saw. merupakan kelanjutan dari ajaran Tuhan yang diturunkan kepada umat terdahulu. Buku ini menunjukkan bukti nyata akan keberlanjutan ajaran yang dibawa Muhammad Saw, yakni adanya nubuat (ramalan) tentang kehadiran beliau dalam kitab suci agama-agama sebelum Islam.
Dalam kitab suci agama Zoroaster, ditemukan banyak nubuat mengenai kemunculan Muhammad Saw. Vendidad, bagian pertama Zend Avesta (buku yang diakui ditulis Zarastushtra), dan Yashts bagian kedua dari kitab yang sama misalnya, tercatat bahwa ada penerus Zoroaster yang masih tersembunyi yang akan muncul beberapa lama setelah Zoroaster. Kitab Dasatir (kitab lain agama Zoroaster) juga menyebutkan bahwa seorang pria akan dilahirkan di tanah Arab dan akan menjadi Astvat ereta atau rahmat bagi dunia.
Abdul Haq juga menemukan berbagai nubuat tentang kemunculan Muhammad di dalam kitab suci agama Hindu. Di dalam Weda Muhammad di beri gelar Narashansah Astvishyate (Muhammad yang terpuji dan yang Diagungkan). “Dialah sang Rishi penunggang kura. Dialah pemilik kereta kuda yang menjulang ke angkasa” (ayat pertama dari Kuntab Sukt). Dengan cerdas Abdul Haq juga menguak kisah-kisah kehidupan Muhammad yang banyak disebutkan secara eksplisit di dalam Weda.
Di antaranya tentang keberanian nabi di tengah musuh-musuhnya, tentang istri-istri nabi, juga mi’raj-nya nabi.
Sementara Budda Gautama meramalkan kehadiran Muhammad dengan menyebutnya sebagai Buddha Matreya (ada yang menulisnya Matteyya). Dari sumber-sumber Burma/Myanmar, sang Buddha berkata kepada Sariputta: “Akulah sang Buddha Agung. Tetapi setelah aku, Matteyya tiba. Sementara hidup bahagia ini terus bergulir, menyongsong bertahun-tahun kisahnya yang ‘kan berlalu. Buddha ini disebut Matteyya, begitu agung, dan menjadi teladan bagi umat manusia.” Ada yang menganggap Buddha Matreya dalam ramalan itu adalah Yessus, tetapi dengan argumentasi yang lugas Abdul Haq menegaskan bahwa Buddha Matreya yang dimaksud adalah Muhammad. Bahwa sang Buddha adalah pemberi kabar dalam kesendirian, pemberi peringatan yang ideal, memiliki pengikut yang setia, tidak memiliki guru, dan merupakan manusia biasa. Identifikasi Buddha tersebut menurut Abdul Haq sangatlah cocok dengan pribadi Muhammad Saw.
Dengan argumentasi yang baik ‘Abdul Ahad Dawud, seorang mantan pastor yang kritis menguraikan tentang kedatangan Muhammad yang diramalkan dalam Bible. Dalam Perjanjian Lama misalnya, disebutkan bahwa akan datang seorang Himada yang akan memberikan Shalom. Tetepi Bible versi bahasa Inggris masing-masing kata itu di terjemahkan menjadi desire dan peace (dalam Bibel versi Indonesia, masing-masing diterjemahkan menjadi “barang yang indah-indah” dan “damai sejahtera”. Jika demikian, tulis Ahad Dawud, maka nubuat tersebut menjadi tidak lebih dari keinginan kosong. Tetapi jika kita mengerti istilah himada sebagai sebuah ide konkret, seorang manusia dan realita, dan kata shalom bukan sebuah kondisi melainkan sebuah kekuatan aktif yang hidup dan tentunya sebuah agama besar, maka nubuat ini harus diakui benar adanya dan terbutkti dengan hadirnya Ahmad dan Islam.( hlm. 183-184).
Titik Temu Agama-Agama
Buku setebal 425 halaman ini merupakan penggabungan dari dua buku. Buku pertama berjudul Muhammad in Word Sciptures; The Parsi, Hindu, and Buddhidt Sciptures yang ditulis oleh Abdul Haq Vidyardhi. Sedangkan buku kedua berjudul Muhammad in Word Sciptures The Bible yang ditulis oleh ‘Abdul Ahad Dawud (Romo David Benjamin Keldani). Kedua-duanya diterbitkan oleh The Islamic Book Trust, 2006. Meskipun ditulis oleh orang yang berbeda dan dalam rentang waktu yang berbeda pula akan tetapi keduanya memiliki kesamaan tema. Sehingga memang sangat pantas jika kedua buku tersebut digabungkan menjadi satu buku, Ramalan Tentang Muhammad SAW. dalam Kitab Suci Agama Zoroaster, Hindu, Buddha, dan Kristen.
Mengulas kitab suci agama tentu saja tidak hanya membutuhkan keberanian, tetapi juga butuh segudang ilmu pengetahuan. Sebab syak wasangka yang kuat biasanya timbul di dalam masyarakat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan agama. Tidak seorang pun akan bisa menerima fakta jelas dan sederhana jika fakta tersebut diajukan oleh seseorang yang memiliki sudat pandang yang berbeda dengannya dan beberapa alasan penolakan pun pasti akan diajukan. Dua penulis buku ini sejak awal sudah menyadari akan hal ini dan karenanya dari awal hingga akhir tulisan mereka berusaha memberikan argumentasi-argumentasi yang obyektif.
Penelitian yang dilakukan Abdul Haq Vidyarthi dan ‘Abdul Ahad Dawud terhadap kitab suci agama-agama tentu saja tidak bermaksud mencari cela, bukan pula untuk menonjolkan satu agama di atas agama lainnya. Melainkan sebagai sebuah jalan berdialog antar umat beragama untuk mendefinisikan esensi dari Zat Yang Maha Tinggi. Melalui buku ini kita akan melihat bahwa sesungguhnya agama-agama memiliki titik temu sehingga sangat tidak pantas jika terjadi seteru antar agama. Akhirnya, buku setebal 425 halaman ini patut dibaca siapa saja, baik ulama, mahasiswa, kristolog, lebih-lebih para pencari kebenaran.
Diresensi dari buku:
Judul : Ramalan Tentang Muhammad Saw. dalam Kitab Suci Agama Zoroaster, Hindu,
Buddha, dan Kristen
Penulis : Abdul Haq Vidyarthi & ‘Abdul Ahad Dawud
Penerjemah : Arfan Achyar
Penerbit : Hikmah (PT. Mizan Publika), Jakarta
Cetakan : I, Februari 2008
Tebal : xviii + 425 Halaman
Penerbit : Hikmah (PT. Mizan Publika), Jakarta
Cetakan : I, Februari 2008
Tebal : xviii + 425 Halaman
1 comments:
commentsKedatangan hamba Allah
Reply"" "" "" "" "" "" "" "" "" "
'Atmak' belum tentu berarti 'yang ku junjung' tapi itu sebenarnya nama
penulisan Atmak adalah אתמך
penulisan Ahmad adalah אחמד
Dalam Yesaya 42:1, Allah berkata
"Lihatlah, 'Hambaku' (diucapkan sebagai Abd-ee), 'yang Ku junjung' (diucapkan sebagai Atmak);
Allah menubuatkan tentang kedatangan hamba-Nya
Lihatlah Hambaku Ahmad (Yesaya 42:1) - dan begitu siapa Ahmad ini? disebut hamba Allah?
Dia tidak lain adalah
Abd-Allah Ahmad (Hamba Allah, Ahmad) - Nabi Muhammad saw