M.Yusuf Amin N
Semua penulis barangkali pernah mengalami saat-saat mood hilang. Kadang begitu banyak ide datang meminta digarap, tetapi gairah untuk menulis tak ada, lenyap entah ke mana. Menulis menjadi susah, hati menjadi gelisah, pikiran buntu, dan ini merupakan hal yang paling menyedihkan bagi seorang penulis. Sayangnya mood bukan berupa barang yang dikita beli.
Bagaimanapun mood merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi pengarang. Maka, mood mesti senantiasa dijaga. Untuk apa? Agar terus produktif. Tentu saja setiap penulis memiliki cara berbeda-beda dalam memancing dan atau merawat mood-nya; dan berikut ini hanyalah beberapa di antaranya:
1. Silaturrahim
Para penulis di Jogjakarta sudah lama menerapkan tradisi silaturrahim. Biasanya para penulis muda akan berkunjung ke penulis yang lebih tua, tapi sering juga sebaliknya. Banyak hikmah dapat dipetik dari kegiatan silaturrahim ini, salah satunya dapat merawat dan memancing mood menulis. Memang, mengarang merupakan pekerjaan sunyi, tetapi bukan berarti seorang penulis tidak membutuhkan kawan. Seorang penulis paling tidak memiliki kawan yang penulis pula, atau lebih baik lagi memiliki komunitas kepenulisan; untuk saling memotivasi, bertukar pengalaman, informasi, dan banyak hal lain seputar dunia kepenulisan.
Silaturrahim di sini termasuk juga menghadiri forum-forum disukusi dan membaca karya orang lain. Bukankah membaca yang baik adalah ketika kita seolah-olah sedang bertemu dan bercakap-cakap dengan penulisnya?
2. Gesekan Kreatif
Hambar rasanya kalau kita tidak memiliki jiwa kompetitif. Bukan berarti kita bermaksud menjadi yang paling wah, bukan. Tapi perlu hati-hati juga, jangan sampai kita terjebak pada kubangan dengki atau iri. Kompetisi mestilah berlangsung sehat, dengan harapan agar kita senantiasa termemotivasi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Misalkan, suatu hari kita tahu tulisan si A dimuat di majalah ini. Kita akan deg-degan,”Si A saja bisa kenapa saya tidak.” Maka, mood akan kembali mekar, semangat akan kembali datang.
3. Membuat Rencana Kerja
Seringkali kita punya beberapa keinginan sekaligus sehingga tidak dapat fokus pada satu pekerjaan. Belum rampung menggarang cerpen ini, mendadak muncul keinginan untuk membuat novel itu, lalu menyusul keinginan untuk membuat ini-itu, apalagi, dan lagi. Kalau kita tidak dapat mengatur mana yang mesti didahulukan maka yang terjadi adalah kekacauan pikiran. Sehingga mood menulis justru akan hilang. Maka, perlu dibuat rencana kerja. Serius amat, pake rencana kerja segala! He..he.. Agar mood tetap terjaga apa salahnya.
4. Berani Mengawali
Kalau menulis merupakan pekerjaan yang mulia, maka kita mesti senantiasa sadar bahwa setan selalu berusaha menghalang-halangi kerja kita. Rasa malas merupakan salah satu karya terbesar dari makhluk terkutuk itu. Yang pertama-tama mesti dilakukan adalah meminta perlindungan-Nya. Jika mood masih belum datang juga, maka paksakan diri untuk mengawali. Hilangnya mood kadangkala hanya masalah kebingungan kita dalam mengawali sebuah tulisan. Tidak perlu takut apakah tulisan kita nanti akan dapat selesai atau tidak, hasilnya akan bagus atau tidak. Ketika ide sudah kita pegang, maka jangan takut mengawali sebuah tulisan.
Semua penulis barangkali pernah mengalami saat-saat mood hilang. Kadang begitu banyak ide datang meminta digarap, tetapi gairah untuk menulis tak ada, lenyap entah ke mana. Menulis menjadi susah, hati menjadi gelisah, pikiran buntu, dan ini merupakan hal yang paling menyedihkan bagi seorang penulis. Sayangnya mood bukan berupa barang yang dikita beli.
Bagaimanapun mood merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi pengarang. Maka, mood mesti senantiasa dijaga. Untuk apa? Agar terus produktif. Tentu saja setiap penulis memiliki cara berbeda-beda dalam memancing dan atau merawat mood-nya; dan berikut ini hanyalah beberapa di antaranya:
1. Silaturrahim
Para penulis di Jogjakarta sudah lama menerapkan tradisi silaturrahim. Biasanya para penulis muda akan berkunjung ke penulis yang lebih tua, tapi sering juga sebaliknya. Banyak hikmah dapat dipetik dari kegiatan silaturrahim ini, salah satunya dapat merawat dan memancing mood menulis. Memang, mengarang merupakan pekerjaan sunyi, tetapi bukan berarti seorang penulis tidak membutuhkan kawan. Seorang penulis paling tidak memiliki kawan yang penulis pula, atau lebih baik lagi memiliki komunitas kepenulisan; untuk saling memotivasi, bertukar pengalaman, informasi, dan banyak hal lain seputar dunia kepenulisan.
Silaturrahim di sini termasuk juga menghadiri forum-forum disukusi dan membaca karya orang lain. Bukankah membaca yang baik adalah ketika kita seolah-olah sedang bertemu dan bercakap-cakap dengan penulisnya?
2. Gesekan Kreatif
Hambar rasanya kalau kita tidak memiliki jiwa kompetitif. Bukan berarti kita bermaksud menjadi yang paling wah, bukan. Tapi perlu hati-hati juga, jangan sampai kita terjebak pada kubangan dengki atau iri. Kompetisi mestilah berlangsung sehat, dengan harapan agar kita senantiasa termemotivasi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Misalkan, suatu hari kita tahu tulisan si A dimuat di majalah ini. Kita akan deg-degan,”Si A saja bisa kenapa saya tidak.” Maka, mood akan kembali mekar, semangat akan kembali datang.
3. Membuat Rencana Kerja
Seringkali kita punya beberapa keinginan sekaligus sehingga tidak dapat fokus pada satu pekerjaan. Belum rampung menggarang cerpen ini, mendadak muncul keinginan untuk membuat novel itu, lalu menyusul keinginan untuk membuat ini-itu, apalagi, dan lagi. Kalau kita tidak dapat mengatur mana yang mesti didahulukan maka yang terjadi adalah kekacauan pikiran. Sehingga mood menulis justru akan hilang. Maka, perlu dibuat rencana kerja. Serius amat, pake rencana kerja segala! He..he.. Agar mood tetap terjaga apa salahnya.
4. Berani Mengawali
Kalau menulis merupakan pekerjaan yang mulia, maka kita mesti senantiasa sadar bahwa setan selalu berusaha menghalang-halangi kerja kita. Rasa malas merupakan salah satu karya terbesar dari makhluk terkutuk itu. Yang pertama-tama mesti dilakukan adalah meminta perlindungan-Nya. Jika mood masih belum datang juga, maka paksakan diri untuk mengawali. Hilangnya mood kadangkala hanya masalah kebingungan kita dalam mengawali sebuah tulisan. Tidak perlu takut apakah tulisan kita nanti akan dapat selesai atau tidak, hasilnya akan bagus atau tidak. Ketika ide sudah kita pegang, maka jangan takut mengawali sebuah tulisan.