Pamer

Selamat siang, pembaca. Ya, selamat siang, meski posting ini saya tulis malam hari. Meski gurarues membacanya malam atau pagi hari. Barangkali tidak penting benar mengucapkan selamat di awal tulisan, kecuali untuk menambah jumlah kata.

Ijinkan saya pamer (mengaku pamer adalah cara supaya orang tidak mengatakan kita pamer .hehe ). Sedikit saja, dan barangkali apa yang akan saya pamerkan tidak layak untuk dipamerkan. Mohon maaf lahir bathin untuk itu.

Apa yang akan saya pamerkan? Ya tulisan ini. Tulisan tentang pamer ini.
Pamer dikenal pula dengan istilah riya. Dosa riya’ menurut ajaran Islam itu disamakan dengan dosa syirik, syirik khafi alias syirik kecil. Sebab orang pamer adalah orang yang ingin dipuji. Padahal hanya Tuhan saja yang pantas mendapat pujian. Maka, orang pamer itu mirip orang yang menuhankan dirinya sendiri.
Suatu ketika, seorang teman yang kerjanya membuat web dan jualan domain menunjukkan hasil kerjanya di beranda facebooknya. “Nggarap order sambil mangku si kecil.” Lain waktu di menulis, “Baru selesai separuh,” dengan memberi gambar web yang belum jadi. Dan di waktu lain dia membeberkan screen shoot transferan para pelanggannya. Lalu muncullah komentar-komentar miring, salah satunya mengatainya “Pamer.”

“Terserah mau mengatakan saya pamer atau apa. Bagi seorang web design seperti saya, pamer adalah bagian dari promosi.”

Benar juga, pikir saya. Dia memang pamer, tapi ada misi khusus di balik pamer itu. Bukan untuk mengharap pujian, tetapi lebih dari sebagai langkah untuk mendapatkan pelanggan baru. Dan saya kira usahanya itu membuahkan hasil. Ratusan web sudah ia buat, dan mungkin juga ratusan domain sudah ia jual. Coba anda bayangkan sekiranya teman saya itu diam saja di kamar, keluar masuk toilet dan banyak melamun di ruang tamu. Tidak pasang iklan. Tidak pamer keahliannya ke publik. Tidak seorang pun akan mengenalnya, dan rejeki akan masuk melalui pintu lain yang barangkali tidak membanjir.

Jadi pamer phoin, pamer kegiatan, pamer blog, pamer prestasi, atau pamer posting seperti ini tidak dosa ya? Ah, tergantung!

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 comments

comments
12 Februari 2014 pukul 23.56 delete

oke deh... ditunggu makan2nya cekgu...

Reply
avatar
16 Februari 2014 pukul 17.44 delete

ayo ustadz. saya dukung. saya akan ikutan. hehe..
jabat erat

Reply
avatar