Harta Sebagai Senjata Setan Menghasut Manusia

M. Yusuf Amin Nugroho
Tulisan yang cukup panjang ini adalah petikan dari buku saya yang masih antri terbit di sebuah penerbit. Semoga manfaat.

Tentu anda pernah dengar kisah tentang Qorun yang celaka. Seorang raja yang hidup pada masa nabi Musa. Seorang raja yang tenggelam ke dasar bumi beserta harta kekayaannya yang luar biasa banyaknya. Kejadian yang menenggelamkan seluruh harta Qarun beserta para pengikutnya membuat orang-orang yang hidupnya sengsara dan miskin yang mengikuti ajaran Nabi Musa sama-sama menyesali atas keinginan mereka untuk menjadi kaya seperti Qarun.
Dengan mengingat Qarun paling tidak akan membuat kita lebih arif dalam memandang dan menyikapi dunia beserta kesenangan dan kesengsaraan yang dianugrahkan Tuhan. Tetapi manusia adalah makhluk yang gampang khilaf, lupa, dan mudah sekali tergelincir. Dunia adalah tempat di mana setan selalu membayangi langkah kita. Akibatnya, banyak orang sering berjalan dengan kaca mata kuda, tanpa mau menoleh ke belakang, kepada sejarah pahit yang menimpa Qorun tersebut. Tak heran kemudian muncul Qorun-Qorun kecil lengkap dengan segudang sifat tercela yang dimilikinya.
Memang, tidak semua orang kaya bersifat busuk seperti yang saya gambarkan di atas. Ada banyak orang kaya yang memang giat bersedekah, merasa cukup dengan yang dimiliki, dan menganggap dunia sekadar jembatan untuk menuju alam yang hakiki.
Sekadar menjadi kaya barangkali banyak orang dapat melakukan, tetapi menjadi orang kaya yang baik yang sesuai dengan tuntunan Islam sungguhlah berat. Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan: “Memasuki kehidupan dunia itu mudah, akan tetapi keluar darinya itu sulit.”
Nabi Saw Bersabda:
Orang kaya susah masuk ke pintu surga karena banyak pertanyaan-pertanyaan dan merangkak, sedangkan orang miskin segera masuk surga karena tidak ada pertanyaan tentang harta. (HR. Tarmidzi)
Secara tidak langsung hadis di atas menyatakan bahwa sedikit saja orang kaya yang dapat keluar dari cobaan-cobaan yang diberikan Allah. Harta bagaikan magnet yang menarik godaan dan cobaan yang sebelumnya tidak ada. Singkatnya, harta adalah titipan yang kelak harus dipertanggungjawabkan di depan Sang Kuasa.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bicarakan tentang perangkap-perangkap yang telah nyata menjerat saudara-saudara kita. Perangkap-perangkap yang juga mengancam siapa pun juga, khususnya mereka yang hidupnya bergelimang dengan harta benda.

§  Kufur
         
Kenapa kufur saya taruh di nomor wahid, sebab kufur merupakan target utama dari kerja setan. Jika ada orang yang merasa bahwa harta yang diperolehnya merupakan hasil dari kerja keras sendiri tanpa mengakui bahwa apa yang diperolehnya itu merupakan bagian dari nikmat yang berikan Allah maka orang tersebut bisa dikatakan kufur. Lebih-lebih mereka yang telah berdoa dan kemudian doanya dikabulkan lalu ia melupakan siapa yang memberikan rezeki padanya.

Firman Allah:

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS. Al-Baqarah: 172)

Dalam ayat lain Allah telah pula menyinggung tentang perangai buruk manusia yang kufur nikmat.
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru kami, Kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. Sungguh orang-orang yang sebelum mereka (juga) telah mengatakan itu pula, maka tiadalah berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan. Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang dzalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri. (Q.S. Az-zumar 49-52)

Hakikat syukur bukanlah berucap Alhamdulillah saja. Kalimat yang sudah kita hafal sejak masa kanak-kanak itu hanya sekadar ungkapan rasa syukur yang diucapkan lewat lisan. Lebih dalam dari semua itu adalah prilaku yang menunjukkan rasa syukur.
Orang yang bersyukur diberi mata, maka ia akan mempergunakannya untuk kepentingan di jalan Allah. Begitu pula dengan pemberian Allah atas anggota tubuh yang lain, juga kesehatan, dan tentu saja harta benda, ia akan membelanjakannya sesuai dengan apa yang sudah diperintahkan oleh Allah dan dianjuran oleh Rasulullah.
Dengan demikian, meskipun ada orang memuji Allah dengan mengucapkan hamdalah seribu kali karena kekayaan yang dimiliki, tetapi tidak memperguankan harta benda sesuai dengan yang Allah perintahkan, ia dapat dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang kufur.  
§  Rakus (Tamak)
Satu penyakit yang merajai hati hampir seluruh manusia di dunia adalah merasa kurang dengan apa yang diberikan Allah. Si A barangkali merasa cukup hidup hanya dengan hanya makan tiga kali sehari, memiliki tempat tinggal yang sederhana dan satu sepeda motor saja. Sementara si B masih merasa belum puas meskipun sudah memiliki lima rumah, lima mobil, atau bahkan lima istri. Si B ingin sebuah rumah lagi yang lebih megah, dua mobil model terbaru, dan dua istri lagi yang lebih muda dan canti menggoda. Maka Si B bekerja dan bekerja sehingga dengan hartanya ia dapat memenuhi keinginannya.
Tapi itu tidak kemudian membuatnya puassss begitu saja.
Keinginan sering sekali muncul ketika keinginan yang lain sudah terpenuhi. Meskipun sering pula banyak keinginan datang bersamaan. Si B, tokoh kita, kali ini tidak ingin istri lagi, tidak ingin mobil dan rumah, karena itu sudah terpenuhi. Ia cuma ingin menikmati masa tuanya dengan tenang. Maka, ia membeli tanah dan membangun masjid dan sekolah dengan semua tabungan yang dimilikinya.
Dari kasus di atas, dapat diambil hikmah bahwa keinginan tidak selamanya buruk. Keinginan si B untuk membangun sekolah dan masjid tentu saja sangat mulia. Tetapi keinginannnya untuk mengumpulkan harta semata-mata demi mencari kesenangan dan kepuasan dunia jelaslah tergolong keinginan yang buruk.
Dunia ini ibarat lautan, maka salah besar jika kita berusaha meminumnya. Kian banyak harta yang didapat seseorang, tidak mesti membuat ia puas, tetapi justru semakin membuat ia kian merasa kurang. Ia akan merasa kian haus dan kian haus saja setelah mereguk air laut. Dan kebanyakan orang (untuk tidak mengatakan semuanya) jika kian sibuk dengan urusan dunia maka kian sedikit waktunya untuk mengingat Tuhan-Nya. 

§  Boros
Pernahkan anda membaca berita semacam ini: Seorang artis ternama menghabiskan ratusan juta rupiah hanya dalam waktu semalam. Suatu kelakuan yang gila dan memang sangat layak kalau dijadikan sebuah berita. Bagaimana tidak, di tengah keperihan hidup berjuta-juta orang kok masih dapat bersenang-senang sendirian.
Memang, tidak semua orang kaya menderita penyakit boros. Penyakit ini hanya menyerang mereka yang maniak dengan kesenangan sesaat (memanjakan tubuh) dan yang lupa memandang kehidupan di sekelilingnya. Kalau mau potong rambut bisa di salon dalam kota, kenapa harus pergi ke Singapura, hei!
Seharusnya orang kaya berlaku demikian:

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Q.S. Al-Furqan, 25: 67)

Sayangnya, para elit politik negeri ini yang notabene merupakan figur masyarakat seperti melegalkan hidup berboros-boros ria. Untuk sebuah acara pelantikan gubernur saja misalnya, dibutuhkan biaya miliaran rupiah dengan perincian yang tidak masuk akal. Untuk jas sekian puluh juta, mobil dinas sekian ratus juta, dan asesoris yang remeh temeh dengan harga yang melangit.
Konon, ketika musim haji tiba, hotel-hotel berbintang di Saudi Arabia telah dipesan oleh para pejabat. Yang anehnya pejabat-pejabat itu adalah orang indonesia yang sedang menjalankan tugas dinasnya.
Sungguh, boros merupakan suatu perilaku yang merusak. Selain memelaratkan diri sendiri, juga memelaratkan masyarakat. Orang-orang yang hidup boros disebut sebagai golongan mubadzir. Dan kita tahu, bahwa orang mubadzir itu adalah saudara setan. 
Lebih celaka lagi orang yang kebingungan membelanjakan hartanya kemudian menggunakan harta itu untuk sesuatu yang justru merugikan diri sendiri seperti membeli narkoba.  Sederet bintang dunai ternama, Elvis Presley, Jim Morrison, Marilyn Monroe, Jimmy Hendrix, meninggal karena overdosis. Kalau mereka tak punya uang, atau tidak kebingan membelanjakan uangnya tentu mereka tak akan mati mengenaskan. Kasihan ya!

·        Bakhil
Meski Islam melarang kita hidup boros, menganjurkan untuk hidup hemat, tapi Islam sangat mencela orang kikir alias bakhil alias pelit. ”Kikir,” demikian Hashby Assidiqy, ”adalah menahan harta (tidak mengeluarkannya) di tempat-tempat yang wajib dikeluarkan menurut agama, seperti mengeluarkan nafkah istri, nafkah keluarga, nafkah orang yang perlu ditolong hidupnya. Juga menahan harta dari yang patut kita keluarkan bersesuaian dengan keadaan diri. Mempersempit belanja anak-anak, tidak memberikan kepada mereka nikmat yang telah Allah anugrahkan juga disebut kikir.”
Orang kikir disebut juga hamba yang mal’un, artinya orang yang terkutuk. Sayangnya banyak yang bertahan dengan kebakhilannya meski ia tahu bahwa ini sebuah penyakit yang berbahaya.
Abu Laist berkata: “Orang kaya itu tetap tempatnya di bawah orang yang miskin baik di syurga atau neraka kecuali yang selalu bersedekah. Namun sedikit sekali yang berbuat demikian kerana setan merintangi mereka untuk bersedekah.” 
Ketika uang di bank sudah menumpuk, perhiasan sudah bergelimang, dan anak sudah besar-besar dan menjadi sarjana semua maka sudah seharusnya kita berkewajiban memberikan sumbangan sosial. Tetapi dasar orang-orang bukhala (para bakhil), takut miskinlah mereka kalau memberikan sebagian hartanya untuk kemaslahatan umat. Bahkan ada yang berargumen bahwa untuk menjadi kaya seseorang haruslah bersikap pelit. Ini jelas-jelas keliru. Sebab, ”Kekayaan itu bukanlah karena banyak menyimpan harta. Hanya kekayaan yang hakiki itu, kekayaan jiwa”  
·        Riya’
Berbeda dengan penyakit pelit dan boros yang kadang-kadang dapat dilihat oleh orang di luar pengidapnya, penyakit riya’ hanya diketahui oleh diri orang yang terjangkit saja. Kalau ada orang yang mempunyai penghasilan puluhan juta dan tidak sedang terkena musibah terus kemudian dimintai bantuan untuk membangun masjid kemudian tidak memberikan sepeserpun itu jelas-jelas kikir. Kalau ada orang kaya yang dalam waktu sehari menghabiskan uang jutaan rupiah hanya untuk makan malam, itu jelas pemboros. Tapi siapa yang tahu kalau ada orang kaya memberikan sumbangan miliaran untuk membangun masjid tapi di dalam hatinya tidak ada maksud untuk selain mencari perhatian orang lain. Siapa yang tahu isi hati seseorang ketika ia memberikan sedekah dengan niatan mencari pujian dan perhatian dari orang banyak. Tak ada yang tahu kecuali hanya orang yang melakukan dan Allah Yang Maha Melihat gerak hati seseorang.
Padahal riya’ sungguh penyakit hati yang sangat menakutkan. Sifat riya’ ini disamakan dengan syirik yang terselubung, yakni salah satu perbuatan syirik. Kita tahu bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Seberapa pun besar orang bersedekah kalau di hatinya masih terdapat sifat riya’ maka amalnya hanya akan dinilai sebatas di dunia saja. Mungkin ia memang akan mendapat sanjungan, pujian, tapi apa yang ia keluarkan tidak ada nilainya di depan Allah. Sebagaimana hadis Rasulullah:
”Sesungguhnya pada hari kiamat nanti terdapat orang yang mati syahid yang diperintahkan masuk ke neraka, orang itu berakata: ’Ya Tuhan, bukankah saya dulu gugur (mati syahid) dalam membela agamamu.’ Allah menjawab: ’Dulu engkau berjuang ingin supaya engkau dianggap pemberani/pahlawan. Dan engkau memang telah dikenal dengan sebutan itu, dan itulah pahalamu.’”

·        Pamer
Berhati-hatilah anda ketika memiliki suatu barang. Apalagi benda tersebut merupakan benda yang mewah dan mahal atau barang antik meski murahan. Kilaun emas yang melingkari leher anda, cincin berlian, gelang, mobil, atau jam antik dan perabot apa pun yang anda anggap berharga di rumah anda. Bukan hanya karena banyak pencuri yang berkeliaran sedang anda belum memasang alat pengaman. Tetapi lebih dari itu, barang-barang mewah merupakan magnet yang menarik setan. Saat anda memiliki barang mewah yang anda anggap berharga maka saat itulah setan akan membisiki hati agar supaya anda besikap pamer.
Pada dasarnya memiliki sesuatu yang bagus dan mahal itu bukan suatu larangan. Nabi muhammad sendiri mengenakan sepatu mewah yang merupakan hadiah dari raja Nazasyi dan memiliki kuda yang bagus dan kencang larinya. Maka, tak ada salahnya jika anda ingin memiliki mobil jaguar, asalkan anda kuat dengan godaan pamer yang luar biasa gencarnya ditebar ke dada anda oleh setan.
Penyakit pamer bukan perkara sederhana. Kalau orang sudah terbiasa pamer, buntut-buntutnya adalah riya’ (menganggap diri sendiri lebih unggul di banding yang lain). Apa bedanya orang yang pamer dengan iblis yang menganggap dirinya lebih mulia dibandingkan Adam?
Ada yang menarik ketika sebuah pergerakan mahasiswa di Yogyakarta membuat kaos yang  pada bagian punggungnya terulis: ”Dilarang pamer kemewahan di tengah kemelaratan rakyat”. Tapi hati-hatilah memakai kaos seperti itu, karena sangat mungkin kita sendiri yang kemudian memerkan tulisan yang terdapat bagian dipuggungnya.
·        Kenyang, Jauh dari Tuhan
Makan makanan lezat, mehhh, tentu saja merupakan sebuah kenikmatan. Islam sendiri menganjurkan supaya kita menyantap makanan yang halal dan baik, yang sehat dan menyehatkan. Kalau anda memiliki uang, sah-sah saja anda makan daging setiap hari. Tapi anda perlu hati-hati—ah, setiap saat kita memang wajib hati-hati—sebab perut yang kenyang ternyata mengandung sekian keburukan.
Aisyah r.ha. berkata, “Permulaan bid’ah kaum muslim setelah Rasulullah saw. wafat ialah makan kenyang. Apabila perut manusia penuh (kenyang), maka nafsu mereka menuju ke arah duniawi.”
Syibli r.a. berkata, “Satu hari yang di dalamnya aku menahan lapar semata-mata karena Allah, maka dalam hari itu aku memperoleh satu pintu i’tibar dan hikmah pada diriku.”
Luqman al Hakim menasihati anaknya, “Wahai anakku, apabila perut seseorang itu penuh, maka pemikirannya akan tertidur, hikmahnya menjadi bisu, dan anggota-anggota badannya menjadi malas untuk beribadah.”
Apabila perut kenyang, tidur pun akan lebih lama. Yang terjadi kemudian, orang jadi malas bangun, lebih-lebih pada waktu dua pertiga malam. Dan jika tidur lebih lama, maka sebagian usianya akan habis begitu saja. Padahal Nabi Saw sudah menyatakan bahwa seseorang tidak dikatakan beriman apabila ia tidur nyenyak sementara tetangganya kelaparan.
Efek lain dari banyak makan yakni, wudhu akan mudah menjadi batal, dan sering buang air. Akibatnya, seseorang tidak akan dapat duduk lama di dalam masjid, dan akan sering keluar masjid untuk buang air atau berwudhu.
Lambung merupakan awal bermulanya banyak penyakit jasmani. Jika anda terlalu banyak makan, maka lemak akan berkumpul di dalam usus dan urat, akibatnya timbul bermacam-macam penyakit, sehingga terhalang untuk beribadah, dan hati senantiasa gelisah, sehingga menghalangi dzikir dan fikir. Singkatnya, makan kenyang mendatangkan sekian kesusahan dan penderitaan.

Sesungguhnya nanti pada hari kiamat akan datang seorang yang besar lagi gemuk, tetapi di sisi Allah tidak bernilai seberat sayap nyamuk pun. (HR. bukhari dan Muslim)
Rasulullah sendiri telah mencontohkan bagaimana kita memperlakukan lambung.

“Sebaiknya sepertiga bagian perut diisi dengan makanan, sepertiga diisi dengan air, dan sepertiga lagi dibiarkan kosong untuk udara.”

Tapi yang sering terjadi, kalau hidangan lezat sudah tersaji di depan mata, lidah terus meronta, mulut ingin melahap semuanya tanpa peduli bagian lambung untuk air atau udara.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »