sebelum kupu-kupu
seekor ulat bergelantung di ranting
kepalanya menunduk takzim
bertahan dari terpaan kencang angin
sebelum kupu-kupu, sayang
itulah kita sekarang
menahan lapar dengan mulut diam
bertapa, mengisi sunyi dengan doa-doa
membaca masa lalu, menerawang
masa depan, merancang cara terbang
pada waktunya nanti
kepompong ‘kan pecah
sayap kupu-kupu lalu merekah
dan kita terpukau melihatnya
menyangka kupu-kupu
tak pernah ulat
tenanglah kau, sayang
nanti kita lunasi utang-utang
kita tuntasi segala kemalang
kita ‘kan beli cermin
agar tidak melupakan belakang
kita akan bisa terbang
akan kupu-kupu, sayangku
yakinlah itu
kita akan mengisap madu
2 comments
commentsPuisi bagus.
ReplySemoga sukses ikutan lombanya.
terimakasih doa dan dukungannya Pak Mursyid
Replysalam