5 Kiat Menjadi Guru Yang (Anti) Gagal

Menjadi guru adalah sebuah pilihan yang bagus bagi anda yang cakep hatinya. Namun begitu, tidak sedikit yang kemudian gagal. Entahlah. Dunia ini banyak coba. Semakin kuat anda berusaha semakin kuat angin coba menerpa. Bukankah cobaan sesuai dengan maqomnya?

Untuk menjadi guru yang hebat anda bisa seaching di internet, betapa banyak. Ada bahkan motivator-motivator khusus yang merasa percaya diri bisa membangkitkan kekuatan tersembunyi dalam diri anda, sehingga anda berubah menjadi guru hebat setelah ikut seminarnya. So, saya tidak akan banyak cingcong soal bagaimana menjadi guru hebat kali ini. Sebaliknya, perhatian saja 5 cara ajaib ini yang jika anda coba, maka anda akan benar-benar menjadi guru yang gagal. Nau’dzubillah

1. Beri Tugas, Tinggal!
Guru punya tugas, banyak. Salah satunya memberi tugas kepada siswa. Ya, memang penting. Bagaimana mungkin seorang guru bisa mengukur pencapain belajar tanpa menguji siswa. Bagaimana mungkin guru tahu siswa A jujur dan siswa B pendusta lalu berusaha untuk membimbing siswa B. Terlebih lagi, sekarang bukankah jamannya student centered learning; guru hanya sebagai fasilitator. Siswa sendiri yang lebih aktif mencari informasi, menanya, mengeskplorasi, dan pada akhirnya menemukan pengetahuannya sendiri. Dengan begitu, pengetahuan akan lebih meresap ke ke dalaman batin, dan bisa bertahan lebih lama di sana.


Oleh karena itu, berilah tugas yang pas kepada siswa. Dan tinggalkan siswa ketika ia mengerjakan tugas yang anda berikan. Dengan begitu anda akan menjadi guru yang gagal.

Bukankah siswa butuh berekspresi? Anda tidak perlu mengontrol kerja siswa, atau mendampingi mereka dalam mengerjakan tugas. Biarkan saja! Tinggalkan saja mereka. Masuk ke ruang guru seakan-akan tidak ada jam mengajar waktu itu, atau ke perpustakaan, dapur, seduhlah kopi sembari menunggu sepuluh menit sebelum waktu habis dan anda akan kembali masuk ke ruang guru untuk sekadar bertanya, “Sudah selesai? Kumpulkan!” Demikianlah, kegagalan serasa semakin dekat.

2. Kerjakan, Tumpuk, Jual!
Ini masih berkaitan dengan tugas yang dibebankan kepada siswa. Anda punya beban kerja yang berat, kami paham. Membuat administrasi, mengasuh bayi, suami, belum lagi memikirkan angsuran dan merekap penjualan tupperware minggu ini. Di meja kantor, menggunung kerjaan siswa. Untungnya anda menyuruh mereka untuk mengerjakan tugas di kertas. Jadi, anda akan katakan kepada mereka bahwa tugas sudah dikoreksi, atau tidak perlu mengatakan apa-apa. Kasihlah tugas baru, lalu tumpuk lagi, dan tinggalkan lagi. Jika sudah penuh satu dus dan mencapai berat 50 kg, waktunya anda ikat dengan rafia dan menjualnya jika sewaktu-waktu tukang rongsok lewat di depan rumah anda. Lalu lihatlah, anda pelan-pelan akan menjadi guru yang gagal, disadari atau tidak. Ajaib bukan?




3. Salahkan Siswa Jika Nilainya Buruk!
Anda sebagai guru tentu sudah berusaha mati-matian untuk membawa siswa mendapatkan ilmu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untungnya baru mati-matian, belum mati beneran, jadi masih sempat tobat. Metode ceramah, roll playing, sampai metode yang anda sendiri tak tahu namanya sudah anda terapkan. Hanya satu tujuan anda, agar pembelajaran dapat berhasil. Berbagai media juga sudah anda siapkan, mulai dari slide, video, gambar, peta, sampai catatan utang anda bawa dari rumah, sengaja agar lebih memudahkan siswa dalam belajar. Nyatanya ada saja siswa yang masih gagal, dan mendapat nilai ulangan harian yang buruk. Dan anda menganggap itu bukan kesalahan anda. Itu semata kesalahan siswa yang malas dalam mengikuti pembelajaran, tidak mau mengulang lagi di rumah, dan tidak menuruti kata anda untuk mengerjakan tugas. Ya, salahkan saja siswa, dan dengan begitu anda akan sempurna menjadi guru yang gagal.


guru payah


4. Ceramah Sepanjang Masa!
Kalau ada metode yang paling mudah, murah meriah, itulah ceramah. Modalnya suara dan anda sudah mendapatkan itu gratis dari Tuhan, tak boleh disia-siakan. Masuk kelas, salam, berdoa sebentar, lalu mulailah terangkan materi. Anda tidak perlu memperhatikan satu demi satu kepala tumbang di atas meja dan lupakan saja berpasang-pasang mata yang mulai sayup. Kalau ada yang sudah mulai ribut, lemparlah penghapus, pastilah manjur meredam keributan itu segera. Anda sebagai penguasa di kelas, dan tidak ada yang berani menghentikan ceramah anda. Maka, biarkan dua puluh menit melangkah tentang, dan ketika anda menyadari suara anda serak, minumlah dulu, lalu lanjutkan ceramah sampai ndower. Sampai anda menyadari seisi kelas sudah tertidur sementara penghapus belum juga kembali ke tangan anda sejak anda gunakan untuk meredam keributan. Di situlah, anda akan menjadi guru yang gagal. Selamat!

guru gagal


5. Nilai Mahal!
Nilai bukanlah semata angka yang bisa dibuat sembarangan. Sebagai guru anda menyadari betapa pentingnya membuat nilai, tidak boleh sembarangan. Anda adalah guru yang paham benar bagaimana membuat nilai di raport dan percaya bahwa ketika guru memberi nilai buruk, maka siswa akan berpikir bahwa ia mulai terancam tidak naik kelas dan dengan demikian akan mengubah sikapnya dalam belajar. Kenyataannya banyak siswa yang kemudian, gara-gara nilai buruk yang diberikan guru-guru, menjadikan mereka menjadi merasa inferior, rendah diri. Semakin banyak guru yang memberi nilai buruk maka semakin kuat tertanam dalam keyakinan sang siswa bahwa dirinya bodoh. Maka, ketika ia sudah merasa sebagai siswa yang bodoh, ia akan menganggap belajar sebagai sesuatu yang percuma, dan selamanya ia akan bodoh. Itulah kenapa untuk mendapatkan nilai yang bagus di sekolah dan universitas di negara yang pendidikannya maju sangat mudah. Nilai begitu murah di dapat. Tujuannya adalah menanamkan dalam diri siswa dan mahasiswa bahwa mereka pintar, buktinya nilainya bagus-bagus. Ah, sudahlah. Indonesia bukan Amerika. Di sini banyak orang mudah mabuk dengan predikat cum laude, angka seratus, dan ijazah. Jadi jual mahal saja nilai anda, dan lihatlah hasilnya. 
nilai buruk guru dan siswa
 

Demikianlah. Ketika anda menyadari kegagalan, maka anda akan lebih paham makna sebuah keberhasilan. Selamat mengabdi!

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »