Pengetahuan tentang alur cukup penting bagi penulis, meskipun ketika proses penciptaan karya itu dimulai, segala teori tentang alur dan pengaluran tidak begitu diperlukan. Barangkali teori tentang alur lebih sering dipakai oleh kritikus, atau orang yang hendak mengkaji sebuah karya. Bagi penulis cerpen sendiri, tidak perlu njlimet untuk menghafal dan memikirkan macam-macam alur, yang penting adalah tahu kaidah-kaidah alur dan bagaimana membuat alur cerita yang baik.
Kita tahu, secara sederhana alur dapat diartikan dengan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Biasanya, sebuah cerpen memiliki beberapa peristiwa, yang satu dengan lainnya kait-mengait dan menjalin ikatan yang utuh, itulah alur. Oleh para ahli telah disampaikan kaidah-kaidah alur dalam prosa fiksi, yang meliputi: kemasukakalan (plausibilitas), rasa ingin tahu (suspense), kejutan (suprise), dan kepaduan (unity).
Plausibilitas. Sebuah cerpen haruslah masuk akal (logis) berdasar pada rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Kalau anda menulis cerita tentang perempuan yang berubah menjadi seekor kupu-kupu di dunia nyata mungkin itu tidak pernah ada. Tetapi dalam cerita fiksi, cerita tersebut dapat masuk akal setelah dijelaslan sebab-sebabnya. Anda tidak bisa mengatakan bahwa perempuan itu berubah menjadi seekor kupu-kupu karena kebetulan. Pembaca akan segera meninggalkan cerpen anda.
Suspense. Dengan membangun ketegangan sebuah cerita sebenarnya penulis sedang mengajak pembaca untuk membaca cerita sampai akhir. Tanpa menyuntikkan rasa ingin tahu pada pembaca sebuah cerpen satu halaman sekalipun akan terasa membosankan. Jadi buatlah pembaca penasaran sejak awal cerita. Anda tidak perlu terburu-buru untuk mengakhiri rasa penasaran pembaca dengan menguak misteri pertanyaan-pertanyaan yang anda beberkan di muka. Kenikmatan membaca cerpen adalah ketika sedang menaiki tangga dramatik, anda harus menyadari itu.
Ada banyak cerpen yang bisa anda jadikan contoh bagaimana sang penulis membangun tangga dramatik. Mungkin anda perlu membacanya lebih dari satu kali untuk mempelajari bagaimana penulis membangun rasa penasaran di benak pembaca, dan bagaimana cara penulis menyelesaikan konflik cerita.
Suprise. Ketika anda berusaha menyuntikkan rasa ingin tahu, dan mulai membangun tangga dramatik, pembaca akan mulai menduga-duga bagaimana kisah anda selanjutnya. Anda harus menyadari benar hal itu, sehingga ketika anda mulai merangkai cerita, anda mulai memperhitungkan bagaimana penyelesaian konfliknya. Buatlah pembaca anda terkejut dengan ending cerita anda. Untuk itu pemilihan ending bisa anda tunda atau pikirkan kembali. Bacalah kembali cerpen anda, dan posisikan diri anda sebagai pembaca (bukan penulis). Tanyakan: apakah jalan ceritanya dan endingnya dapat ditebak? Jika iya, tidak ada salahnya anda merevisi cerpen tersebut.
Unity. Antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain mesti memiliki hubungan yang erat. Meski begitu, di dalam cerpen, tidak semua peristiwa harus dibeberkan. Dalam proses pengeditan, di saat anda membaca lagi dan lagi cerpen anda, perhatikan apakah ada alur yang mubadzir. Cara mengetahuinya adalah dengan menanyakan apakan dengan alur itu cerita menjadi lebih kuat, dan jika alur tersebut dihilangkan apakah dapat membuat cerpen menjadi kehilangan keutuhannya? Meski anda sudah bersusah payah membuatnya, tapi anda tidak perlu ragu-ragu untuk menghapusnya, jika memang dirasa perlu.
Beberapa saran pengaluran
1. Buatlah draft cerita, mulai dari pembukaan, konflik, penyelesaian konflik, sampai ending. Jika anda sudah menemukan endingnya itu sangat bagus, karena anda tinggal memikirkan pembukaan ceritanya, dan bawalah cerita tersebut pada ending yang anda siapkan. Ini seperti ketika anda melakukan perjalanan dan anda sudah tahu kemana tujuan perjalanan anda.
2. Bisa saja anda tidak perlu membuat draft, siapkan saja karakter untuk tokoh-tokoh anda, plot dapat muncul dengan sendirinya.
3. Jika anda kesulitan membuat pengaluran yang baik, anda bisa mengambil satu cerpen yang ada sukai dan memenuhi kaidah-kaidah alur sebagaimana di atas. Ambillah alurnya, tirulah. Iya, anda memang mencuri, tetapi ini sah dalam proses kreatif penciptaan cerpen.
baca tulisan sebelumnya:
Bengkel Sastra: Teknik Mengembangkan Ide Menulis Cerpen
tulisan kelanjutannya:
Bengkel Sastra: Latar Cerpen
Kita tahu, secara sederhana alur dapat diartikan dengan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Biasanya, sebuah cerpen memiliki beberapa peristiwa, yang satu dengan lainnya kait-mengait dan menjalin ikatan yang utuh, itulah alur. Oleh para ahli telah disampaikan kaidah-kaidah alur dalam prosa fiksi, yang meliputi: kemasukakalan (plausibilitas), rasa ingin tahu (suspense), kejutan (suprise), dan kepaduan (unity).
Plausibilitas. Sebuah cerpen haruslah masuk akal (logis) berdasar pada rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Kalau anda menulis cerita tentang perempuan yang berubah menjadi seekor kupu-kupu di dunia nyata mungkin itu tidak pernah ada. Tetapi dalam cerita fiksi, cerita tersebut dapat masuk akal setelah dijelaslan sebab-sebabnya. Anda tidak bisa mengatakan bahwa perempuan itu berubah menjadi seekor kupu-kupu karena kebetulan. Pembaca akan segera meninggalkan cerpen anda.
Suspense. Dengan membangun ketegangan sebuah cerita sebenarnya penulis sedang mengajak pembaca untuk membaca cerita sampai akhir. Tanpa menyuntikkan rasa ingin tahu pada pembaca sebuah cerpen satu halaman sekalipun akan terasa membosankan. Jadi buatlah pembaca penasaran sejak awal cerita. Anda tidak perlu terburu-buru untuk mengakhiri rasa penasaran pembaca dengan menguak misteri pertanyaan-pertanyaan yang anda beberkan di muka. Kenikmatan membaca cerpen adalah ketika sedang menaiki tangga dramatik, anda harus menyadari itu.
Ada banyak cerpen yang bisa anda jadikan contoh bagaimana sang penulis membangun tangga dramatik. Mungkin anda perlu membacanya lebih dari satu kali untuk mempelajari bagaimana penulis membangun rasa penasaran di benak pembaca, dan bagaimana cara penulis menyelesaikan konflik cerita.
Suprise. Ketika anda berusaha menyuntikkan rasa ingin tahu, dan mulai membangun tangga dramatik, pembaca akan mulai menduga-duga bagaimana kisah anda selanjutnya. Anda harus menyadari benar hal itu, sehingga ketika anda mulai merangkai cerita, anda mulai memperhitungkan bagaimana penyelesaian konfliknya. Buatlah pembaca anda terkejut dengan ending cerita anda. Untuk itu pemilihan ending bisa anda tunda atau pikirkan kembali. Bacalah kembali cerpen anda, dan posisikan diri anda sebagai pembaca (bukan penulis). Tanyakan: apakah jalan ceritanya dan endingnya dapat ditebak? Jika iya, tidak ada salahnya anda merevisi cerpen tersebut.
Unity. Antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain mesti memiliki hubungan yang erat. Meski begitu, di dalam cerpen, tidak semua peristiwa harus dibeberkan. Dalam proses pengeditan, di saat anda membaca lagi dan lagi cerpen anda, perhatikan apakah ada alur yang mubadzir. Cara mengetahuinya adalah dengan menanyakan apakan dengan alur itu cerita menjadi lebih kuat, dan jika alur tersebut dihilangkan apakah dapat membuat cerpen menjadi kehilangan keutuhannya? Meski anda sudah bersusah payah membuatnya, tapi anda tidak perlu ragu-ragu untuk menghapusnya, jika memang dirasa perlu.
Beberapa saran pengaluran
1. Buatlah draft cerita, mulai dari pembukaan, konflik, penyelesaian konflik, sampai ending. Jika anda sudah menemukan endingnya itu sangat bagus, karena anda tinggal memikirkan pembukaan ceritanya, dan bawalah cerita tersebut pada ending yang anda siapkan. Ini seperti ketika anda melakukan perjalanan dan anda sudah tahu kemana tujuan perjalanan anda.
2. Bisa saja anda tidak perlu membuat draft, siapkan saja karakter untuk tokoh-tokoh anda, plot dapat muncul dengan sendirinya.
3. Jika anda kesulitan membuat pengaluran yang baik, anda bisa mengambil satu cerpen yang ada sukai dan memenuhi kaidah-kaidah alur sebagaimana di atas. Ambillah alurnya, tirulah. Iya, anda memang mencuri, tetapi ini sah dalam proses kreatif penciptaan cerpen.
baca tulisan sebelumnya:
Bengkel Sastra: Teknik Mengembangkan Ide Menulis Cerpen
tulisan kelanjutannya:
Bengkel Sastra: Latar Cerpen