Kenapa harus ngeblog? Hah! Itu pertanyaan bodoh yang lebih pantas dijadikan sebagai judul buku ketimbang awal sebuah tulisan. Orang mungkin akan mengatakan bahwa blog memiliki segudang manfaat, dan karenanya kemudian ia berfatwa bahwa ngeblog adalah suatu keharusan. Apakah tidur dan facebookan tidak memiliki manfaat yang tidak lebih besar dari ngeblog? Toh hukumnya tidak sampai pada suatu kewajiban. Behhh! Apa perlu saya ungkapkan qaidah fiqihnya?
Kita memang pandai memberi label yang besar untuk sesuatu yang sebenarnya kecil. Ngeblog itu kecil, sebab hampir semua orang bisa melakukannya, termasuk anak kecil dan imut-imut macam saya. Tapi sesuatu yang kecil, tengau misalnya, bisa membuat tanganmu tidak keluar dari sarung sepanjang malam. Kecil, jika banyak, akan menjadi besar pula, seperti utang-utangmu pada teman dan tetangga. Dan karenanya tidak bisa kita meremehkannya (dhomir -nya kembali kepada blog, ok).
Ketika diminta sharing pengalaman seputar Ngeblog dalam acara #EduTalk dalam rangka Ultah @MbakYuBlogger saya pura-pura keget! Hah. Apa memang tidak ada pembicara yang lain? Dan karena beliau pengasuh MbakYuBlogger Wening Tias Suminar mengatakan tidak ada, ditambah lagi iming-iming akan diberi kaos, jadilah saya bilang “siaaaap!” Sayangnya saya tidak hanya diberi kaos EduTalk yang putih seperti susu, tetapi juga diberi cangkir raksasa, carica, dan diberi kesempatan foto bersama para Mbakyu Blogger yang imut-imut.
Lalu, seperti hendak berbicara di muka Seminar Nasional, saya membuat slide dengan master "Ngeblog atau Mati?” Pikir saya, pastilah hadirin akan merinding begitu membaca judulnya, ditambah melihat tubuh saya yang ringkih dan mendengar suara saya yang gemetar, mereka akan mengalami komplikasi aneh yang kemudian membawa mereka pada sebuah lorong gelap dan di sanalah mereka pelan-pelan akan saya tunjukkan seberkas cahaya. Subhanallah! Rasanya kalimat panjang itu tidak sengaja saya ketikkan.
Jadi begini…ekhem (dehem) Blog adalah bla…bla..bla… Masa’ saya mesti melihat file tesis saya (yang kebetulan juga mengupas soal blog) dan tempelkan di sini. Tidak ah! Adakalanya kita dapat dengan mudah memahami sesuatu setelah melihat contohnya, tidak penting benar suatu definisi tekstual kecuali ketika anda mengerjakan karangan ilmiah. Begitulah saya berkhotbah.
Klik spasi! Dan muncullah di layar sebuah pertanyaan: Apa manfaat ngeblog? Sebenarnya saya lupa mengatakan, kadang-kadang ngeblog bisa tidak bermanfaat sama sekali dan justru hanya membuat madzarat. Tapi ucapan seperti itu akan membuat semangat mereka yang ingin mengenal blog bisa jadi melempem.
Tahulah kita, bahwa sesuatu itu bisa memberi manfaat atau madharat bukan semata didasarkan pada kepentingan pribadi. Menurutmu mungkin blog esek-esek begitu najis dan bahaya (meski kadang-kadang kau sendiri mengintipnya), tapi bagi pemilik blog ia bisa membuatnya makan berhari-hari. Kadang pula manfaat bercampur dengan madharat, bagaikan alkohol dan rokok. Dan yang super adalah ketika tidak ada hal lain kecuali itu hanya berbagi sesuatu yang bermanfaat. Inilah yang anda harapkan! Soal postingan-postingan sebuah blog mengandung kontroversi, tentu saja itu tak bisa dihindari. So, kembali kepada hati di mana niat bersemayam dalam damai.
Sebagai tempat menampung kegelisahan, berekspresi, bersosial, menambah teman, berbagi ilmu, berbagi masalah, mendulang Dollar, hanyalah sebagian kecil saja dari apa yang didapat seseorang dari ngeblog. Bisa saja orang menjadi terkenal gara-gara blog, dan itu boleh. Menjadi terkenal adalah cita-cita yang tidak selalu miring, sebab dengan itu suara anda akan lebih banyak didengar, dan anda akan lebih berhati-hati dalam bersikap. Wijaya Kusuma (Omjay), misalnya. Guru SMP Lab School Jakarta ini mengenalkan dirinya lewat blog dan media sosial. Akibatnya cukup gawat: Ia diundang ke sana-kemari, berkeliling Indonesia untuk berbagi ilmunya dan membawa pulang honor untuk sangu anak istri dan sisanya untuk beli Avansa. Tapi setiap orang punya jalannya sendiri, Omjay tidak harus anda jadikan patokan blogger sukses (untuk menyebut orang yang eksist karena blog)
Jangan pula tiru saya yang tidak pandai mencuri waktu untuk menulis di blog ini. Jadilah diri anda sendiri! Bebas! Di sinilah kenikmatan terbesarnya. Perasaan bebas. Sebebas-bebasnya. Termasuk ketika anda memutuskan memilih: Ngeblog atau mati? Orang Ngeblog akan mati. Tidak Ngeblog juga pasti mati. Tapi kalau orang ngeblog mati blognya bisa jadi akan tetap hidup. Jadi bebas saja. Hidup anda kok! Dan saya akan memberi tahu anda bagaimana contoh paling jelek dari wujud “kebebasan” itu dengan mengakhiri tulisan ini tanpa saya harus berjanji untuk melanjutkannya lain waktu. Blog-blog saya sendiri kok!