Pengelolaan pembelajaran tradisional-normatif, seperti halnya ceramah dengan metode teacher-centered dipercaya ampuh membuat siswa mengantuk. Anda yang guru sudah membuktikannya ya? Hem, kita mafhum, bahwa ketika guru mengajar, tidak semua murid ikut belajar. Karenanya, guru dituntut kreatif dalam mengupayakan pembelajaran yang mengena, bermakna, dan dapat diterima oleh siswa. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan media internet.
Kita tentu sudah mengenal istilah E-Learning, yang sering diartikan dengan pembelajaran dengan memanfatkan media elektronik, yakni internet. E-learning yang paling sederhana adalah dengan pembuatan blog, di mana seorang guru nenata sedemikian rupa sehingga materi, soal, dan lain sebagainya untuk bisa diakses oleh siswa dari jarak jauh. Banyak orang menyebutnya dengan istilah web based learning. Seorang guru dapat membuat web atau katakanlah blog pribadi yang kemudian dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi anak didiknya.
Bagiamanapun guru tidak bisa menutup mata dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Internet sudah dapat dinikmati hampir di seluruh penjuru nusantara. Ketika saya menanyakan kepada para siswa kelas VIII di sekolah saya, tidak ada seorang pun yang belum pernah menggunakan internet. Semuanya pernah, dan rata-rata mereka mengakses internet melalui hanphone dan di warnet.
Lalu apa yang biasanya dibuka oleh siswa saat memasuki dunia internet? Dari pertanyaan yang saya ajukan di kelas, hampir semua siswa menjawab Facebook. Di antara mereka pastilah ada pula yang mencoba mengakses youtube atau bahkan situs-situs porno. Untuk menyuruh para siswa meninggalkan dan menjauhi makhluk bernama Internet, saya kira itu merupakan hal yang mustahil. Alih-alih mereka akan menjauhi, yang terjadi justru mereka akan semakin penasaran dan berlomba-lomba menuju warnet terdekat. Dan kenapa pula harus dilarang, kalau toh ternyata internet sendiri memiliki banyak manfaat.
Memang benar, internet ibarat sebuah pisau bermata dua. Satu sisi ia dapat membawa pengaruh negatif, namun di sisi lain dapat pula membawa pengaruh positif. Sebuah pisau, apabila berada di tangan orang yang “edan” amatlah berbahaya, tetapi apabila digunakan oleh kita yang senang memasak, maka manfaatnya besar. Kita tidak perlu membuang pisau, atau menyembunyikan keberadaannya. Yang mesti kita lakukan adalah, memberi tahu bagiamana cara menggunakan pisau yang benar agar bisa bermanfaat bagi kehidupan.
Tapi yang namanya anak-anak, sudah dikasih tahu, tetap saja membantah. Maka, memberi pengetahuan saja tidak cukup. Kita mesti memberikan pengarahan. Nah! Bagaimana pula cara mengarahkan siswa agar memanfaatkan internet untuk hal-hal yang positif? Salah satunya adalah dengan membuat blog sebagai media pembelajaran.
Dengan membuat blog, lalu mengisinya dengan konten-konten pembelajaran, lalu mengajak para siswa untuk melakukan pengayaan sumber belajar dari sana merupakan salah satu cara agar seorang guru mengenalkan dunia internet untuk ilmu pengetahuan. Bahwa internet itu bukan hanya Facebook, bukan hanya Youtube, bukan hanya berisi gambar dan video porno. Ini penting. Kalau toh kenyataannya siswa sudah kadung akrab dengan Facebook dan Youtube, kita bisa mengawinkan blog dengan dua situs terkenal itu.
Memang, pemanfaatan internet sebagai media e-learning dan pengayaan sumber belajar terbilang masih baru. Jangankan siswa, guru saja masih banyak yang belum tahu.
Saya sendiri, melalui blog Tinta Guru ini sudah mempraktekkannya dan mendapat banyak tanggapan dari para siswa. Saya katakan kepada para siswa untuk mengerjakan ulangan online dengan membuka blog pribadi saya ini. Beberapa hari kemudian, saya mendapatkan tanggapan yang beragam; ada yang senang dan mengaku gampang, ada pula yang masih bingung bagaimana cara penggunaannya. Untuk alasan yang terakhir itu, hanya beberapa gelintir siswa saja. Saya kira bukan bingung, sebab saya sudah mendesain sedemikian rupa sehingga blog Ruang Siswa Tinta Guru dengan tampilan yang sederhana dan navigasi-navigasi yang mudah dipahami oleh anak kecil sekalipun. Kalau toh ada yang benar-benar bingung, barangkali karena mereka baru pertama kali itu mengenal “blog” setelah terlebih dulu akrab dengan facebook.
Waktu terus berjalan dan teknologi akan terus dan terus berkembang. Tidak seorang pun yang bisa menghentikan laju perkembangan teknologi. Karenanya metode pembelajaran yang digunakan seorang guru mestilah tidak melulu terpaku pada metode klasikal. Anak-anak remaja sekarang, yang digolongkan sebagai generasi Z atau digital native sangat membutuhkan pendampingan agar tidak "sesat" dalam memanfaatkan teknologi.
Bagaimana menurut Anda?
2 comments
commentswow ... mantab, mas yusuf, semoga menjadi juara. judulnya perlu diedit, mas, setahu saya tidak ada kata dasar "nanfaat" hehe ....
Replyhehe...terimakasih untuk koreksinya pak sawali. sudah saya perbaiki.
Reply