Menurut Cramer dan Westfahl sebagaimana dikutip Sandya Maulana (2010: 22-24) klasifikasi fiksi sains umumnya disusun berdasarkan jenis sains yang dihadirkan atau bagaimana sains diperlakukan. Ada tiga klasifikasi fiksi sains yang paling terkenal, yaitu sebagai berikut:
a. Fiksi sains ‘keras’ atau hard science fiction, yaitu fiksi sains yang berhubungan erat dengan perkembangan sains dan teknologi dan membutuhkan pemahaman tentang sains dalam pembacaannya. Fiksi sains ‘keras’ juga mengacu pada sains ‘keras’ yang dibahas di dalamnya. Sains keras yang dimaksud di sini adalah ilmu alam atau eksakta seperti fisika, matematika, serta ilmu-ilmu yang relatif baru seperti sibernetika dan robotika.
b. Fiksi sains ‘halus’ atau soft science fiction, yaitu fiksi sains yang cenderung menggunakan ilmu-ilmu sains ‘halus’. Termasuk sains halus di sini adalah ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi, politik, dan pada saat-saat tertentu, psikologi. Fiksi sains ‘halus’ bisa juga memuat unsur-unsur sains seperti fisika, matematika, atau biologi, tetapi tingkatnya masih berada di bawah fiksi sains ‘keras’.
c. Fiksi sains space opera atau opera angkasa. Space opera adalah sub-genre fiksi sains yang memiliki banyak formula, seperti halnya kisah koboy dan drama percintaan yang penuh klise, sebuah kisah petualangan dengan latar yang seolah menunjukkan ketertarikan terhadap sains dan teknologi, yang ditunjukkan dengan adanya pesawat penjelajah angkasa, pistol laser, atau perangkat teleportasi (pengalihan materi dari satu titik ke titik lain).
Tiga sub-genre di atas adalah klasifikasi fiksi sains yang paling umum. Masih ada beberapa sub-genre fiksi sains lainnya yang tidak begitu terkenal, antara lain sebagai tersebut:
a. Aliens: fiksi sains yang mengulas makhluk dari luar angkasa atau planet lain.
b. Kloning: Fiksi sains yang ceritanya tentang rekayasa genetika, biasanya diisi dengan konsekuensi moralnya. Contoh sub-genri ini adalah novel Lanang (2006) karya Yonathan Rahardjo.
c. Cyberpunk: Fiksi sains yang mengambil tema teknologi canggih, menampilkan keanehan manusia yang menghancurkan dirinya sendiri dengan kemajuan sendiri. Kata "cyberpunk" muncul pertama kali dalam novel "Neuromancer" (1984) karya William Gibson.
d. Distopia: Cerita fiksi sains yang pesimistis, ketakutan, dan kecemasan yang berlebihan menghadapi kemajuan ilmu dan teknologi yang menakjubkan karena ilmu dan teknologi tersebut dianggapnya sebagai sumber bencana kemanusiaan di masa depan.
e. Manusia Super: Cerita yang mengisahkan manusia super, yaitu orang dengan kekuatan super yang memiliki kekuatan atau kemampuan lebih dibanding manusia lainnya,
f. Teologi: Fiksi Ilmiah tentang agama.
g. Perjalanan waktu: Setiap kisah yang menampilkan mesin waktu atau perjalanan ke masa lalu atau masa depan.
h. Utopia: Fiksi sains yang menggambarkan sebuah masa depan yang ideal.
Meski terdapat pemilah-milahan sub-genre fiksi sains semacam itu, tetapi sebenarnya hubungan antara sub-genri-sub-genri tersebut relatif cair. Sehingga antara satu sub-genri dengan sub-genri lainnya dapat terjadi percampuran.
a. Fiksi sains ‘keras’ atau hard science fiction, yaitu fiksi sains yang berhubungan erat dengan perkembangan sains dan teknologi dan membutuhkan pemahaman tentang sains dalam pembacaannya. Fiksi sains ‘keras’ juga mengacu pada sains ‘keras’ yang dibahas di dalamnya. Sains keras yang dimaksud di sini adalah ilmu alam atau eksakta seperti fisika, matematika, serta ilmu-ilmu yang relatif baru seperti sibernetika dan robotika.
b. Fiksi sains ‘halus’ atau soft science fiction, yaitu fiksi sains yang cenderung menggunakan ilmu-ilmu sains ‘halus’. Termasuk sains halus di sini adalah ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi, politik, dan pada saat-saat tertentu, psikologi. Fiksi sains ‘halus’ bisa juga memuat unsur-unsur sains seperti fisika, matematika, atau biologi, tetapi tingkatnya masih berada di bawah fiksi sains ‘keras’.
c. Fiksi sains space opera atau opera angkasa. Space opera adalah sub-genre fiksi sains yang memiliki banyak formula, seperti halnya kisah koboy dan drama percintaan yang penuh klise, sebuah kisah petualangan dengan latar yang seolah menunjukkan ketertarikan terhadap sains dan teknologi, yang ditunjukkan dengan adanya pesawat penjelajah angkasa, pistol laser, atau perangkat teleportasi (pengalihan materi dari satu titik ke titik lain).
Tiga sub-genre di atas adalah klasifikasi fiksi sains yang paling umum. Masih ada beberapa sub-genre fiksi sains lainnya yang tidak begitu terkenal, antara lain sebagai tersebut:
a. Aliens: fiksi sains yang mengulas makhluk dari luar angkasa atau planet lain.
b. Kloning: Fiksi sains yang ceritanya tentang rekayasa genetika, biasanya diisi dengan konsekuensi moralnya. Contoh sub-genri ini adalah novel Lanang (2006) karya Yonathan Rahardjo.
c. Cyberpunk: Fiksi sains yang mengambil tema teknologi canggih, menampilkan keanehan manusia yang menghancurkan dirinya sendiri dengan kemajuan sendiri. Kata "cyberpunk" muncul pertama kali dalam novel "Neuromancer" (1984) karya William Gibson.
d. Distopia: Cerita fiksi sains yang pesimistis, ketakutan, dan kecemasan yang berlebihan menghadapi kemajuan ilmu dan teknologi yang menakjubkan karena ilmu dan teknologi tersebut dianggapnya sebagai sumber bencana kemanusiaan di masa depan.
e. Manusia Super: Cerita yang mengisahkan manusia super, yaitu orang dengan kekuatan super yang memiliki kekuatan atau kemampuan lebih dibanding manusia lainnya,
f. Teologi: Fiksi Ilmiah tentang agama.
g. Perjalanan waktu: Setiap kisah yang menampilkan mesin waktu atau perjalanan ke masa lalu atau masa depan.
h. Utopia: Fiksi sains yang menggambarkan sebuah masa depan yang ideal.
Meski terdapat pemilah-milahan sub-genre fiksi sains semacam itu, tetapi sebenarnya hubungan antara sub-genri-sub-genri tersebut relatif cair. Sehingga antara satu sub-genri dengan sub-genri lainnya dapat terjadi percampuran.