Jusuf AN*)
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam di Mekkah dan Madinah, tak bisa dilepaskan dari peran istri-istrinya, terutama Khatijah, istri pertamanya yang tadinya merupakan seorang janda yang umurnya 15 tahun lebih tua dari Nabi. Khatijah tak letih-letih memberi Nabi dukungan, cinta, dan menebalkan harapan akan kejayaan Islam. Di lain pihak, ada Maria Theresa, istri Joques Risseau, yang meskipun ia tidak terjun langsung dalam revolusi Prancis, tetapi ia menyumbang kekuatan besar pada suaminya berupa limpahan kasih sayang dan dukungan. Juga Inggit Garnasih, istri Soekarno yang memberikan pengorbanan dan kesetiaan luar biasa berarti bagi perjuangan Soekarno. Bahkan, pengorbanan dan kesetiaan yang Ingggit berikan tidak luntur begitu saja ketika Soekarno ditahan di penjara Sukamiskin, Bandung.
Kasus-kasus di atas menunjukkan betapa seorang suami ternyata begitu membutuhkan kasih sayang, dukungan serta kelembutan seorang istri. Apalagi jika suami tersebut seorang yang memiliki tanggnung jawab atau jabatan tinggi. Seorang istri mestilah pandai meyakinkan dan mengobarkan semangat pada suaminya bahwa ia akan sanggup melaksanakan tugasnya, dan seyogyanya seorang istri bisa menjadi teman bicara dan diskusi yang baik. Dengan begitu, seorang istri sebenarnya tengah meretas jalan juangnya sendiri.
Dalam hal berjuang untuk keluarga, tidaklah melulu berurusan dengan masalah materi, meski dalam situasi-situasi tertentu tidak ada larangan bagi seorang perempuan untuk terjun ke dunia kerja. Kita juga tidak bisa menyalahkan perempuan yang tidak turut terjun dalam dunia kerja. Lebih-lebih perempuan tersebut telah bersanding dengan seorang suami yang berpenghasilan cukup, atau bahkan lebih dari cukup. Hanya saja seorang perempuan seringkali akan malu dan merasa rendah karena merasa dirinya tidak menyumbangkan apa-apa kepada keluarga. Karena rasa malu dan merasa diri rendah inilah perempuan kemudian pasrah diperlakukan semena-mena oleh suaminya. Padahal sesungguhnya, jika kita jernih berpikir, tugas seorang istri, sebagai ibu rumah tangga, tak kalah berat dari suami yang lebih sering hanya berurusan dengan masalah ekonomi.
Istri dan Korupsi
Mungkin kita patut bertanya, kenapa kebanyakan pelaku korupsi di negeri ini dilakukan oleh kaum laki-laki (suami)? Bukankah jumplah perempuan yang mempunyai kesempatan korupsi sebagaimana yang dimiliki kaum laki-laki juga tidak sedikit. Ini mungkin pertanyaan yang terkesan remeh. Tetapi, tidak menutup kemungkinan tindak korupsi yang dilakukan suami berawal dari keinginan-keinginan istri yang berlebihan. Kita tentu ingat, hancurnya kekuasaan Louis XVI disebabkan karena sang Marie Antoinete yang begitu gila dengan harta.
Tentu kaum laki-laki tak ingin punya istri seperti Marie Antoinete, dan sebagai seorang ibu tentu tak akan sudi memberi makan anak-anaknya dengan harta haram. Maka, di sinilah istri menjalankan peranannya. Seorang istri tidak perlu sungkan atau takut untuk selalu menanyakan pada suaminya, tentang dari mana pendapatan keluarga didapat. Lebih baik lapar sehari, tinggal di rumah sederhana, dan tak memiliki mobil mewah, ketimbang semua harta yang dimiliki berasal dari harta haram.
Memberi nafkah dari uang hasil korupsi sama saja dengan merendahkan martabat kaum perempuan. Karena itu seorang istri, yang merupakan induk dari sebuah keluarga, pada satu sisi mesti teguh menjalani kehidupan bersama suami baik suka maupun duka, dan pada sisi lain harus berani bersikap tegas atas segala bentuk pelanggaran norma.
Istri dan Korupsi
Mungkin kita patut bertanya, kenapa kebanyakan pelaku korupsi di negeri ini dilakukan oleh kaum laki-laki (suami)? Bukankah jumplah perempuan yang mempunyai kesempatan korupsi sebagaimana yang dimiliki kaum laki-laki juga tidak sedikit. Ini mungkin pertanyaan yang terkesan remeh. Tetapi, tidak menutup kemungkinan tindak korupsi yang dilakukan suami berawal dari keinginan-keinginan istri yang berlebihan. Kita tentu ingat, hancurnya kekuasaan Louis XVI disebabkan karena sang Marie Antoinete yang begitu gila dengan harta.
Memberi nafkah dari uang hasil korupsi sama saja dengan merendahkan martabat kaum perempuan. Karena itu seorang istri, yang merupakan induk dari sebuah keluarga, pada satu sisi mesti teguh menjalani kehidupan bersama suami baik suka maupun duka, dan pada sisi lain harus berani bersikap tegas atas segala bentuk pelanggaran norma.
1 comments:
commentscerita di atas untuk inggit ganarsih dengan soekarno masih jarang di jaman sekarang, banyak konflik yang masih sering terjadi karena kecemburuan , kehendak,keinginan yang tidak terpenuhi. saya suka dengan ringkasan di atas, sebab kita dapat belajar dari orang-orang yang sudah berpengalaman
Reply