Fiqh Khilafiyah NU-Muhammadiyah: Seputar Tahlil

Oleh: M. Yusuf Amin Nugroho 
Dalam bahasa Arab, Tahlil berarti menyebut kalimah “syahadah” yaitu “La ilaha illa Allah” (لااله الا الله). Dalam konteks Indonesia, tahlil menjadi sebuah istilah untuk menyebut suatu rangkaian kegiatan doa yang diselenggarakan dalam rangka mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia. 
Kegiatan tahlil sering juga disebut dengan istilah tahlilan. Tahlilan, sudah menjadi amaliah warga NU sejak dulu hingga sekarang. Sementara kalangan Muhammadiyah tidak membenarkan diselenggarakannya tahlilan.

Bacaan-bacaan doa serta urutan dalam acara tahlil juga sudah tersusun sedemikian rupa, dan dihafal oleh warga NU. Begitu pula tentang bagaimana tradisi pelaksanaannya, di mana keluarga sedang tertimpa musibah kematian (shohibul mushibah) memberikan sedekah makanan bagi tamu yang diundang untuk turut serta mendoakan.

Tahlilan menurut NU tidak bertentangan dengan syariat Islam, melainkan justru sesuai dengan apa yang telah disunnahkan oleh Rasulullah saw. Sementara Muhammadiyah menganggap bahwa acara tahlilan merupakan sesuatu hal yang baru, tidak pernah dikerjakan dan diperintahkan rasulullah (bid’ah).

NU membenarkan bahwa bacaan doa, kiriman pahala dari membaca ayat-ayat al-Qur’an, dan shodaqah, bisa dikirimkan kepada orang yang sudah meninggal, sementara Muhammadiyah berpendapat bahwa membaca al-Qur’an, dan bacaan lain, serta bersodaqah yang dikirimkan kepada orang yang sudah meninggal pahala tersebut tidak akan sampai.

Apakah tahlilan ada dalam agama Islam? Maksudnya dibernarkan menurut syariat? Itulah yang banyak ditanyakan orang. Perbedaan pendapat seputar tahlil ini terjadi, dikarenakan terjadinya penafsiran yang berbeda terhadap ayat al-Qur’an dan hadis yang berkaitan dengan masalah tersebut. Selain juga karena dalil yang digunakan serta metode pengistimbathan hukumnya yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, baiknya langsung kita pahami bersama dasar-dasar penolakan dan penerimaan tahlil dari NU dan Muhammadiyah.

Fiqh Khilafiyah NU-Muhammadiyah: Seputar Tahlil

tahlil menurut nu dan muhamadiyah


Muhammadiyah

Sebagaimana sudah dikenal, bahwa ajaran agama Muhammadiyah cenderung ingin memurnikan syariat Islam (tajdid). Islam yang menyebar luas di Indonesia, khususnya di jawa, tidak dipungkiri merupakan perjuangan dari para pendakwah Islam pertama, di antaranya adalah Wali Sanga. Dalam menyebarkan agama Islam, Walisanga menggunakan pendekatan kultural, yang mana tidak membuang keseluruhan tradisi dan budaya Hindu dan Budha, dua ajaran yang menjadi mayoritas pada masa itu, melainkan memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam tradisi dan kepercayaan Hindu Budha. Salah satu tradisi agama Hindu, yaitu ketika ada orang yang meninggal adalah kembalinya ruh orang yang meninggal itu ke rumahnya pada hari pertama, ketiga, ketujuh, empat puluh, seratus, dan seterusnya. Dari tradisi itulah kemudian muncul tradisi yang kemudian dikenal dengan tahlil.

Sebagaimana sudah pernah dibahas dalam Majalah Suara Muhammadiyah dan dimuat dalam buku Tanya Jawab Agama II yang diterbitkan Muhammadiyah, tahlilan tidak ada sumbernya dalam ajaran Islam. Tradisi selamatan kematian 7 hari, 40 hari, 100 hari maupun 1000 hari untuk orang yang meninggal dunia, sesungguhnya merupakan tradisi agama Hindu dan tidak ada sumbernya dari ajaran Islam.


Hukum Tahlilan Menurut Muhammadiyah


Muhammadiyah menganggap bahwa keberadaan tahlil pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari tradisi tarekat. Ini bisa diketahui dari terdapatnya gerak-gerak tertentu disertai pengaturan nafas untuk melafalkan bacaan tahlil sebagai bagian dari metode mendekatkan diri pada Allah. Dari tradisi tarekat inilah kemudian berkembang model-model tahlil atau tahlilan di kalangan umat Islam Indonesia.

Dalam tanya jawab masalah Agama di Suara Muhammadiyah disebutkan macam-macam tahlil atau tahlilan. Di lingkungan Keraton terdapat tahlil rutin, yaitu tahlil yang diselenggarakan setiap malam Jum'at dan Selasa Legi; tahlil hajatan, yaitu tahlil yang diselenggarakan jika keraton mempunyai hajat-hajat tertentu seperti tahlil pada saat penobatan raja, labuhan, hajat perkawinan, kelahiran dan lainnya. Di masyarakat umum juga berkembang bentuk-bentuk tahlil dan salah satunya adalah tahlil untuk orang yang meninggal dunia.

Tahilan menurut Muhammadiyah, yang notabenenya mengaku masuk dalam kalangan para pendukung gerakan Islam pembaharu (tajdid) yang berorientasi kepada pemurnian ajaran Islam, sepakat memandang tahlilan orang yang meninggal dunia sebagai bid'ah yang harus ditinggalkan karena tidak ada tuntunannya dari Rasulullah.

Esensi pokok tahlilan orang yang meninggal dunia sebagai perbuatan bid'ah bukan terletak pada membaca kalimat la ilaha illallah, melainkan pada hal pokok yang menyertai tahlil, yaitu;
1.         Mengirimkan bacaan ayat-ayat al-Qur'an kepada jenazah atau hadiah pahala kepada orang yang meninggal,
2.         Bacaan tahlil yang memakai pola tertentu dan dikaitkan dengan peristiwa tertentu.

Berikut akan kami berikan argumentasi penolakan Muhammadiyah terhadap tahlil:
Argumentasi Pertama: Bahwa mengirim hadiah pahala untuk orang yang sudah meninggal dunia tidak ada tuntunannya dari ayat-ayat al-Qur'an maupun hadis Rasul. Muhammadiyah berpendapat bahwa ketika dalam suatu masalah tidak ada tuntunannya, maka yang harus dipegangi adalah sabda Rasulullah saw, yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan (agama) yang tidak ada perintahku untuk melakukannya, maka perbuatan itu tertolak.” [HR. Muslim dan Ahmad]

Dalam situs pdmbontang.com memuat sebuah artikel yang berjudul “Meninggalkan Tahlilan, siapa takut?”, sebuah artikel yang bersumber dari MTA-online. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw ketika masih hidup pernah mendapat musibah kematian atas orang yang dicintainya, yaitu Khodijah. Tetapi Nabi saw tidak pernah memperingati kematian istrinya dalam bentuk apapun apalagi dengan ritual tahlilan. Semasa Nabi hidup juga pernah ada banyak sahabatnya dan juga pamannya yang meninggal, di antaranya Hamzah, si singa padang pasir yang meninggal dalam perang Uhud. Beliau juga tidak pernah memperingati kematian pamannya dan para sahabatnya.

Demikian pula setelah Rasulullah saw wafat, tahlilan atau peringatan hari kematian belum ada pada masa khulafaur Rasyidin. Pada masa Abu Bakar tidak pernah memperingati kematian Rasulullah Muhammad saw. Setelah Abu Bakar wafat Umar bin Khaththab sebagai kholifah juga tidak pernah memperingati kematian Rasululah Muhammad saw dan Abu Bakar ra. Singkatnya semua Khulafaur Rasyidin tidak pernah memperingati kematian Rasulullah saw.

Dalil aqli atas sejarah tersebut adalah, kalau Rasulullah saw tidak pernah memperingati kematian, para sahabat semuanya tidak pernah ada yang memperingati kematian, berarti peringatan kematian adalah bukan termasuk ajaran Islam, sebab yang menjadi panutan umat Islam adalah Rasulullah saw dan para sahabatnya, bukan?

Selain itu, berkaitan dalam masalah tahlil, Muhammadiyah menolaknya dengan dasar dari hadist Rasulullah saw, yang artinya

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia telah mati, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, dan anak saleh yang mendoakannya.” [HR. Muslim]

Berkaitan dengan hadis tersebut, yang juga digunakan oleh Ulama atau kalangan yang membolehkan tahlilan, Muhammadiyah memandang bahwa hadist itu berbicara tentang mendoakan, bukan mengirim pahala doa dan bacaan ayat-ayat Al Qur'an. Mendoakan orang tua yang sudah meninggal yang beragama Islam memang dituntunkan oleh Islam, tetapi mengirim pahala doa dan bacaan, menurut kepercayaan Muhammadiyah, tidak ada tuntunannya sama sekali.

Argumentasi kedua: selain dasar sebagaimana sudah disebutkan, Muhammadiyah juga mendasarkan argumentasinya pada al-Qur’an surat an-Najm ayat 39, ath-Thur 21, al-Baqarah 286, al-An’am 164, yang mana dalam ayat-ayat tersebut diterangkan bahwa manusia hanya akan mendapatkan apa yang telah dikerjakannya sendiri. Berikut adalah petikan ayat-ayatnya:

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Q.S. an-Najm: 39)

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. [QS. ath-Thur (52): 21]

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Q.S. al-Baqarah: 286)

Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." [QS. al-An’am (6): 164]

Dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut, kalangan yang menolak tahlilan mengutip pendapat madzhab Syafii yang dikutip Imam Nawawi dalam Syarah Muslimnya, di sana dikatakan bahwa bacaan qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada mayit) tidak dapat sampai, sebagaimana disebutkan dalam dalam al-Qur’an surat an-Najm ayat 39 di atas.
Selain itu, juga dikuatkan dengan pendapat Imam Al Haitami dalam Al Fatawa Al Kubra Al Fiqhiyah yang mengatakan: "Mayit tidak boleh dibacakan apapun, berdasarkan keterangan yang mutlak dari ulama mutaqaddimin, bahwa bacaan (yang pahalanya dikirimkan kepada mayit) tidak dapat sampai kepadanya." Sedang dalam Al Um Imam Syafi'i menjelaskan bahwa Rasulullah saw memberitakan sebagaimana diberitakan Allah, bahwa dosa seseorang akan menimpa dirinya sendiri, seperti halnya amalnya adalah untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain dan tidak dapat dikirimkan kepada orang lain. (Al Umm juz 7, hal 269).

Dasar selanjutnya adalah, perbuatan Nabi yang tidak menyukai ma'tam, yaitu berkumpul (di rumah keluarga mayit), meskipun di situ tidak ada tangisan, karena hal itu malah akan menimbulkan kesedihan baru (Al Umm, juz I, hal 248). Juga perkataan Imam Nawawi yang mengatakan bahwa penyediaan hidangan makanan oleh keluarga si mayit dan berkumpulnya orang banyak di situ tidak ada nashnya sama sekali (Al Majmu' Syarah Muhadzab, juz 5 hal 286).

Sebagaimana sudah menjadi keputusan Tarjih Muhammadiyah dalam masalah ini, bahwa ketika ada yang meninggal yang seharusnya membuat makanan adalah tetangga atau kerabat dekat untuk keluarga si mayit. Dasarnya adalah hadis dari Abdullah bin Ja'far, ia berkata, yang artinya:

Setelah datang berita kematian Ja'far, Rasulullah bersabda: "Buatlah makanan untuk keluarga Ja'far, karena telah datang kepada mereka sesuatu yang menyusahkan mereka”. (H.R Tirmidzi dengan sanad hasan).

Demikianlah pendapat Muhammadiyah dalam masalah tahlil. Penolakannya terhadap tradisi tahlilan talah terang memiliki dasar. Lalu, bagaimana pendapat NU? Dalil-dalil apa yang digunakan oleh Ulama NU sehingga sampai sekarang masih mempertahankan tahlilan? Mari kita kaji bersama-sama.

  1. Nahdhatul Ulama

Di atas, kita telah tahu pengertian tahlil secara bahasa maupun istilah. Bahwa tahlil, secara bahasa berarti pengucapan kalimat la ilaha illallah. Sedang tahlil secara istilah, sebagaimana ditulis KH M. Irfan Ms, salah seorang tokoh NU, ialah mengesakan Allah dan tidak ada pengabdian yang tulus kecuali hanya kepada Allah, tidak hanya mengkui Allah sebagai Tuhan tetapi juga untuk mengabdi, sebagimana dalam pentafsiran kalimah thayyibah. Pada perkembangannya, tahlil diitilahkan sebagai rangkaian kegiatan doa yang diselenggarakan dalam rangka mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia. Sebenarnya tahlil bisa dilakukan sendiri-sendiri, namun kebiasaannya tahlil dilakukan dengan cara berjamaah.

Dalam buku Antologi NU diterangkan, sebelum doa dilakukan, dibacakan terlebih dahulu kalimah-kalimah syahadad, hamdalah, takbir, shalawat, tasbih, beberapa ayat suci al-Qur’an dan tidak ketinggalan hailallah (membaca laa ilaaha illahllaah) secara bersama-sama.
Biasanya acara tahlil dilaksanakan sejak malam pertama orang meninggal sampai tujuh harinya. Lalu dilanjutkan lagi apda hari ke -40, hari ke-100, dan hari ke-1000. Selanjtunya dilakukan setiap tahun dengan nama khol atau haul, yang waktunya tepat pada hari kematiannya.

Setelah pembacaan doa biasanya tuan rumah menghidangkan makanan dan minuman kepada para jamaah. Kadang masih ditambah dengan berkat (buah tangan berbentuk makanan matang). Pada perkembangannya di beberapa daerah ada yang mengganti berkat, bukan lagi dengan makanan matang, tetapi dengan bahan-bahan makanan, seperti mie, beras, gula, the, telur, dan lain-lain. Semua itu diberikan sebagai sedekah, yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal dunia tersebut. Sekaligus sebagai manifestasi rasa dinta yang mendalam baginya.

Dalam menjelaskan masalah tahlil, H.M.Cholil Nafis, tokoh pembesar NU, menjelaskan pula sejarah tahlil, sebelum memberikan dasar-dasar dibolehkannya tahlil. Menurutnya, berkumpulnya orang-orang untuk tahlilan pada mulanya ditradisikan oleh Wali Songo (sembilan pejuang Islam di tanah Jawa). Seperti yang telah kita ketahui, di antara yang paling berjasa menyebarkan ajaran Islam di Indonesia adalah Wali Songo. Keberhasilan dakwah Wali Songo ini tidak lepas dari cara dakwahnya yang mengedepankan metode kultural atau budaya.

Wali Songo tidak secara frontal menentang tradisi Hindu yang telah mengakar kuat di masyarakat, namun membiarkan tradisi itu berjalan, hanya saja isinya diganti dengan nilai Islam.

Dalam tradisi lama, bila ada orang meninggal, maka sanak famili dan tetangga berkumpul di rumah duka. Mereka bukannya mendoakan mayit tetapi begadang dengan bermain judi atau mabuk-mabukan. Wali Songo tidak serta merta membubarkan tradisi tersebut, tetapi masyarakat dibiarkan tetap berkumpul namun acaranya diganti dengan mendoakan pada mayit. Jadi istilah tahlil seperti pengertian di atas tidak dikenal sebelum Wali Songo.
Warga NU sampai sekarang tetap mempertahankan tahlil, salah satu tradisi yang dimunculkan pertama kali oleh Walisanga. KH Sahal Mahfud, ulama NU dari Jawa Tengah, berpendapat bahwa acara tahlilan yang sudah mentradisi hendaknya terus dilestarikan sebagai salah satu budaya yang bernilai islami dalam rangka melaksanakan ibadah sosial sekaligus meningkatkan dzikir kepada Allah.

Kalau kita tinjau apa yang disampaikan KH Sahal Mahfud, terdapat dua hikmah dilakukannya tahlil, yaitu, pertama, hamblumminannas, dalam rangka melaksanakan ibadah sosial; dan kedua, hablumminallah, dengan meningkatkan dzikir kepada Allah.
Mari kita lihat perspektif Ulama NU tentang dua hikmah tahlil tersebut.
Pertama, bahwa dalam tahlil terdapat aspek ibadah sosial, khususnya tahlil yang dilakukan secara berjamaah. Dalam tahlil, sesama muslil akan berkumpul sehingga tercipta hubungan silaturrahmi di antara mereka. Selain itu, dibagikannya berkat, sedekah berupa makanan atau bahan makanan, juga merupakan bagian dari ibadah sosial.

Hadist tentang tahlilan. Dalam sebuah hadis dijelaskan, yang artinya:

Dari Amr bin Abasah, ia berkata, saya mendatangi Rasulullah SAW kemudian saya bertanya, “Wahai Rasul, apakah Islam itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Bertutur kata yang baik dan menyuguhkan makanan.” (HR Ahmad)


Dasar Tahlilan Menurut NU


Menurut NU, sebagaimana disampaiakan H.M.Cholil Nafis, memberi jamuan yang biasa diadakan ketika ada orang meninggal, hukumnya boleh (mubah), dan menurut mayoritas ulama bahwa memberi jamuan itu termasuk ibadah yang terpuji dan dianjurkan. Sebab, jika dilihat dari segi jamuannya termasuk sedekah yang dianjurkan oleh Islam yang pahalanya dihadiahkan pada orang telah meninggal. Dan lebih dari itu, ada tujuan lain yang ada di balik jamuan tersebut, yaitu ikramud dla`if (menghormati tamu), bersabar menghadapi musibah dan tidak menampakkan rasa susah dan gelisah kepada orang lain.

Dalam hadits shahih yang lain disebutkan, yang artinya:

Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, apakah ada manfaatnya jika akan bersedekah untuknya?" Rasulullah menjawab, "Ya”. Laki-laki itu berkata, “Aku memiliki sebidang kebun, maka aku mempersaksikan kepadamu bahwa aku akan menyedekahkan kebun tersebut atas nama ibuku.” (HR Tirmidzi)

Pembolehan sedekah untuk mayit juga dikuatkan dengan pendapat Ibnu Qayyim al-Jawziyah yang dengan tegas mengatakan bahwa sebaik-baik amal yang dihadiahkan kepada mayit adalah memerdekakan budak, sedekah, istigfar, doa dan haji. Adapun pahala membaca Al-Qur'an secara sukarela dan pahalanya diberikan kepada mayit, juga akan sampai kepada mayit tersebut. Sebagaimana pahala puasa dan haji.

Namun demikian, karena memberikan jamuan untuk tamu berupa berkat adalah hukumnya boleh, maka kemampuan ekonomi tetap harus tetap menjadi pertimbangan utama. Tradisi NU dalam memberi jamuan makan untuk tamu tidaklah sesuatu yang wajib. Orang yang tidak mampu secara ekonomi, semestinya tidak memaksakan diri untuk memberikan jamuan dalam acara tahlilan, apalagi sampai berhutang ke sana ke mari atau sampai mengambil harta anak yatim dan ahli waris yang lain, demikian dikatakan KH. Cholil Nafis.

Semua jamuan dan doa dalam tahlilan pahalanya dihadiahkan kepada mayit. Warga NU percaya bahwa bersedekah untuk mayit, pahalanya akan sampai kepada mayit.
Dalam buku Risalah Amaliyah Nahdhiyin disebutkan dikutip sebuah hadis di mana Rasulullah pahala sedekah untuk mayit akan sampai.

Dari Aisyah ra.bahwa seorang laki-laki berkata kepada rasulullah SAW. “Sesungguhnya ibuku telah meninggal, dan aku melihatnya seolah-olah dia berkata, bersedekahlah. Apakah baginya pahala jika aku bersedekah untuknya?”. Rasulullah SAW. Bersabda,”ya”. (HR. Muttafaqu ‘alaih)

Perintah Rasulullah yang senada itu juga dapat ditemukan dalam hadits-hadits yang lain. Bahkan beliau menyebut amalan sedekah sebagai amalan yang tidak akan pernah putus meskipun oranng yang bersedekah itu telah meninggal dunia. Pahala sedekah tidak saja dapat mengalir ketika yang bersangkutan masih hidup, tetapi juga ketika jasad sudah ditiggalkan oleh rohnya.

Dari Abi Hurairah ra.bahwa rasulullah SAW.bersabda: 'Tatkala manusia meninggal maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara. Yaitu amal Jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Dalil lain adalah hadits yang dikemukakan oleh Dr. Ahmad as-Syarbashi, guru besar pada Universitas al-Azhar, dalam kitabnya, Yas`aluunaka fid Diini wal Hayaah, sebagaimana dikutip KH. Chilil Nafis, yang artinya sebagai berikut:

“Sungguh para ahli fiqh telah berargumentasi atas kiriman pahala ibadah itu dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia, dengan hadist bahwa sesungguhnya ada salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bersedekah untuk keluarga kami yang sudah mati, kami melakukan haji untuk mereka dan kami berdoa bagi mereka; apakah hal tersebut pahalanya dapat sampai kepada mereka? Rasulullah saw bersabda: Ya! Sungguh pahala dari ibadah itu benar-benar akan sampai kepada mereka dan sesungguhnya mereka itu benar-benar bergembira dengan kiriman pahala tersebut, sebagaimana salah seorang dari kamu sekalian bergembira dengan hadiah apabila hadiah tersebut dikirimkan kepadanya!"

Jadi, menurut NU, doa dan sedekah yang pahalanya diberikan kepada mayit akan diterima oleh Allah.

Argumentasi selanjutnya adalah, bahwa tahlil merupakan sarana hablumminallah, sebab doa-doa atau bacaan-bacaan dalam tahlil merupakan bacaan-bacaan dzikrullah yang mana apa yang dibaca tersebut sesuati dengan sunnah Nabi Muhamamd saw.

Bahwa ummat Islam diperintahkan, tidak hanya berdoa untuk orang yang masih hidup, tetapi juga untuk orang yang sudah meninggal.

Allah swt berfirman:

Orang-orang yang datang sesudah mereka(Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu daripada kami.” (QS. Al-Hasyr: 10)

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad: 19)

KH M. Irfan Ms pernah mengatakan bahwa tahlil dengan serangkaian bacaannya yang lebih akrab disebut dengan tahlilan tidak hanya berfungsi hanya untuk mendoakan sanak kerabat yang telah meninggal, akan tetapi lebih dari pada itu tahlil dengan serentetan bacaannya mulai dari surat Al-ikhlas, Shalawat, Istighfar, kalimat thayyibah dan seterusnya memiliki makna dan filosofi kehidupan manusia baik yang bertalian dengan i’tiqad Ahlus Sunnah wal jamaah, maupun gambaran prilaku manusia jika ingin memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.

Dari susunan bacaannya tahlilan terdiri dari dua unsur, yaitu syarat dan rukun. Bacaan-bacaan yang termasuk syarat tahlil adalah:
1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 5 الم ذلك الكتاب
5. Surat al-Baqarah ayat 163 والهكم إله واحد
6. Surat al-Baqarah ayat 255 الله لاإله إلا هو الحي القيوم
7. Surat al-Baqarah ayat dari ayat 284 samai ayat 286 لله مافي السموات
8. Surat al-Ahzab ayat 33 إنما يريد الله
9. Surat al-Ahzab ayat 56 إن الله وملائكته يصلون على النبي
10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih

Adapun bacaan yang dimaksud dengan rukun tahlil ialah bacaan:
1. Surat al-Baqarah ayat 286 pada bacaan :واعف عنا واغفر لنا وارحمنا
2. Surat al-Hud ayat 73: ارحمنا ياأرحم الراحمين
3. Shalawat Nabi
4. Istighfar
5. Kalimat Thayyibah لاإله إلاالله
6. Tasbih

Ayat-ayat serta bacaan-bacaan dzikir di atas memiliki keutamaannya masing-masing sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis Nabi saw. 

Seperti, misalnya sebuah hadis yang mengatakan bahwa “orang yang menyebut “la ilaha illa Allah” akan dikeluarkan dari neraka." Dalam rangkaian tahlil biasanya juga membaca surat Yasin secara berjamaah. Perbuatan ini sesuai dengan apa yang diperintahkan Nabi SAW dalam beberapa haditsnya yang secara terang-terangan memerintahkan supaya umat islam membacakan ayat-ayat al-Qur’an untuk orang yang telah meninggal dunia.

Dari Mu’aqqol ibn Yassar r.a: "barang siapa membaca surat Yasin karena mengharap ridlo Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, maka bacakanlah surat yasin bagi orang yang mati diantara kamu.” (H.R. Al-Baihaqi, dalam Jami’us Shogir: bab Syu’abul Iman)

Masih banyak hadis-hadis berkaitan dengan keutamaan surat-surat al-Qur’an serta bacaan-bacaan dzikir dalam serangkaian bacaan tahlil yang akan terlalu panjang jika semuanya ditulis di sini.

Kemudian, tentang dzikir yang dilakukan secara berjamaah, termasuk dalam acara tahlilan, juga masuk perkara ikhtilaf antara NU dan Muhammadiyah. Permasalah ini akan kita bahas pada bab tersendiri. Yang perlu dibahas lebih dalam disini, yang juga menjadi kontroversi   
Ulama, adalah membaca surat al-Fatiah untuk dihadiahkan kepada mayit.

Dalam pembacaan tahlil, setelah jamaah bersama-sama melantunkan shahadat, sebelum dilanjutkan dengan bacaan-bacaan dan doa-doa yang lain, biasanya pemimpin tahlil akan menghadiahi fatihah yang ditujuakan kepada, Nabi Muhammad saw berserta keluarga, para sahabat, kepada orang-orang sholih, dan kepada orang yang meninggal. NU berpendapat bahwa membaca surat al-Fatihah yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal hukumnya adalah boleh.

KH A Nuril Huda, mengutip pendapat Ibnu 'Aqil, salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali yang mengatakan: "Disunnahkan menghadiahkan bacaan Al-Qur'an kepada Nabi SAW.”

Ibnu 'Abidin telah bertaka sebagaimana tersebut dalam Raddul Muhtar 'Alad-Durral Mukhtar:

"Ketika para ulama kita mengatakan boleh bagi seseorang untuk menghadiahkan pahala amalnya untuk orang lain, maka termasuk di dalamnya hadiah kepada Rasulullah SAW. Karena beliau lebih berhak mendapatkan dari pada yang lain. Beliaulah yang telah menyelamatkan kita dari kesesatan. Berarti hadiah tersebut termasuk salah satu bentuk terima kasih kita kepadanya dan membalas budi baiknya.

Bukankah seorang yang kamil (tinggi derajatnya) memungkinkan untuk bertambah ketinggian derajat dan kesempurnaannya. Dalil sebagian orang yang melarang bahwa perbuatan ini adalah tahshilul hashil (percuma) karena semua amal umatnya otomatis masuk dalam tambahan amal Rasulullah, jawabannya adalah bahwa ini bukanlah masalah. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan dalam Al-Qur'an bahwa Ia bershalawat terhadap Nabi SAW kemudian Allah memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi dengan mengatakan:
اَللّهُمَّ صَلِّي عَلَى مُحَمَّدٍ
“Ya Allah berikanlah rahmat kemuliaan buat Muhammd. Wallahu A’lam.” (lihat dalam Raddul Muhtar 'Alad-Durral Mukhtar, jilid II, hlm. 244)

Bolehnya menghadiakan al-Fatikhah juga diperkuat dengan pendapat Ibnu Hajar al Haytami dalam Al-Fatawa al-Fiqhiyyah. Juga, Al-Muhaddits Syekh Abdullah al-Ghumari dalam kitabnya Ar-Raddul Muhkam al-Matin, yang mengatakan: "Menurut saya boleh saja seseorang menghadiahkan bacaan Al-Qu'an atau yang lain kepada baginda Nabi SAW, meskipun beliau selalu mendapatkan pahala semua kebaikan yang dilakukan oleh umatnya, karena memang tidak ada yang melarang hal tersebut. Bahwa para sahabat tidak melakukannya, hal ini tidak menunjukkan bahwa itu dilarang.

Jika hadiah bacaan Al-Qur'an termasuk al-Fatihah diperbolehkan untuk Nabi, maka, menurut Ulama NU, menghadiahkan al-Fatihah untuk para wali dan orang-orang saleh yang jelas-jelas membutuhkan tambahnya ketinggian derajat dan kemuliaan juga dihukumi boleh.

Selain hadiah al-Fatihal, hal yang juga menjadi tradisi NU, dan tidak terdapat di Muhammadiyah adalah tradisi Haul. Masalah haul, barangkali tepat untuk sekalian kita angkat di sini, sebab dalam acara haul yang ditradisikan oleh NU dipastikan ada pembacaan tahlil.

Haul adalah peringatan kematian yang dialukan setahun sekali, biasanya diadakan untuk memperingati kematian para keluarga yang telah meninggal dunia atau para tokoh. Tradisi haul diadakan berdasarkan hadits Rasulullah SAW. Diriwayatkan:

Rasulullah berziarah ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang Uhud dan makam keluarga Baqi’. Beliau mengucap salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan. (HR. Muslim)

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Al-Wakidi disebutkan bahwa:

Rasulullah SAW mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmu’alaikum bimâ shabartum fani’ma uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan ats kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga malakukan hal yang serupa. (Dalam Najh al-Balâghah).

Download buku Fiqh Al-Ikhtilaf NU-Muhammadiyah. Klik gambar berikut:





Para ulama menyatakan, peringatan haul tidak dilarang oleh agama, bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II, sebagaimana dikutip A. Khoirul Anam dalam artikelnya, menjelaskan, para Sahabat dan Ulama tidak ada yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil menangis. Peringatan haul yang diadakan secara bersama-sama menjadi penting bagi umat Islam untuk bersilaturrahim satu sama-lain; berdoa sembari memantapkan diri untuk menyontoh segala teladan dari para pendahulu; juga menjadi forum penting untuk menyampaikan nasihat-nasihat keagamaan. 

Demikianlah pendapat NU mengenai tahlil, yang intinya tahlil tidak bertentangan dengan syariat. Karena dengan seseorang mengikuti tahlilan, baik sendiri-sendiri, berjamaah, dalam acara haul atau tidak, maka mereka menjadi berdzikir dengan mengalunkan kalimah syahadah, juga membaca ayat suci al-Qur’an serta bacaan dzikir yang lain, yang semua itu tidak lain sebagai cara istighatsah kepada Allah agar doanya diterima untuk mayit. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

126 comments

comments
7 April 2012 pukul 13.09 delete

smoga saling menghormati satu sama lain... n smoga ikhtilaf menjd rahmat

Reply
avatar
16 April 2012 pukul 10.30 delete

Saya NU,tapi saya juga salut dengan Muhammadiyah

Reply
avatar
7 Mei 2012 pukul 22.26 delete

jika kita mau saling memahami dan menghargai indah rasanya hidup ini.tak bijak saling mengkafirkan karena kita belum tau nasib kita di akherat nanti

Reply
avatar
15 Mei 2012 pukul 14.35 delete

Saya lahir dan dibesarkan di keluarga NU hingga remaja. Setelah dewasa saya bergaul dengan orang-orang Muhammadiyah. Tidak ada masalah. Saya pribadi mengagumi sosok KH. Ahmad Dahlan sebagai tokoh pembaharu. Sekarang bisa dikatakan bahwa saya setengah NU-setengah Muhammadiyah. Selama tauhid tetap sama, setiap muslim adalah saudara.

Reply
avatar
15 Mei 2012 pukul 19.12 delete

mari kampanyekan terus rasa toleransi sesama ummat Islam. Kita boleh dan bahkan niscaya berbeda dalam fiqh, tetapi persatuan tetap terjaga...

Reply
avatar
28 Mei 2012 pukul 21.55 delete

saya bangga ada situs yang bisa membuat pencerahan dengan pemahaman,argumen aqli dan naqli dengan cukup fair [ tidak condong kekeri atau kekanan ] dan ini membuat sejuk kita beragama tanpa harus mengkafirkan satu dg yg lain ...inilah indahnya islam

Reply
avatar
20 Agustus 2012 pukul 21.50 delete

akhirnya saya tau ,,, trimaksih atas info yg bermanfaat ini ,,,

....

Reply
avatar
5 September 2012 pukul 20.08 delete

Sy masih galau, mau berpegang yang mana???????...

Reply
avatar
9 September 2012 pukul 18.04 delete

pada dasarnya semua sama
yang penting islam
menjalankan syariat* islam

Reply
avatar
21 September 2012 pukul 00.37 delete


Asskum .Yasinan tahlilan kirim pahala dll kalo ana condong kepada kirim2 dosa pada pir'aun kira2 nyampe ga ya ? Logikanya kalo krim phala nyampe knapa enga dengan kirim dosa sebab ana sring denger yg nyebut pir'aun lanatulloh nah bagai mana klo kita ikut melanat dngan krim dosa mabuk jina dll kepada pir'aun .
Kalo nyampe kacau dunia ini tentu banyak pemabok pejina dll. Juga krim yasin dll klo memang nyampe knapa hrus 1,2,3, hari dan strusny knapa enga tiap malam dilakukan. Mhon jawabanya.wassalam

Reply
avatar
21 September 2012 pukul 01.13 delete

Eeeemm.
Mohon maaf tulisan ana yg di atas aga ngawur. Itu bentuk keanehan pemikiran ana yg awam ko bisa sesama muslim beda pendapat.
Poin yg penting coment ana tolong dikaji lagi hadis tentang fadilah2 surat yasin doif apa soheh.
Ana takutnya hadis doif apalagi palsu entar dapetnya surga2an.
Juga yg jelas imam kita nih imam syafi'i iman nawawi dll hadiah bacaan fatihah / qur'an tidak akansampe kepada arwah.
Trus kenapa harul alfatihah enga albaqoroh dll pedahal surat lain lbih panjang mungkin lbih bnyak pahalanya.
Trus klo memang bisa nyampe ana usul adakan biro amal /kantorpos amal di mesjid2 lumayan buat nambah2 bayar pln dari 1 arwah psang tarif 5000 umpamanya.
Kan enak yg kaya bisa nyuruh orang bikin amal.
Didunia g ibadah.
Mohon koreksi kalau tulisan ini ada yg kurang baik.

Reply
avatar
24 September 2012 pukul 00.04 delete

@amir khan. Silahkan dikaji lagi hadisnya, Amir. ana, maksud saya, saya mencoba memaparkan yang saya bisa dari pendapat-pendapat NU dan Muhammadiyah. Soal Tahlil, kirim pahala NU tidak berpatokan dengan pandangan Syafi'i, tetapi dengan madzhab lain (salah satu dari madzahab yang 4, karena NU bukan hanya Sayafi'i).
usul ente lumayan ngaco, dan terkesan agak mengejek warga NU.
Saya, maksud saya, ana cuma memenuhi permintaan anda agar supaya komentnya dikoreksi.
terimakasih telah berkunjung.

Reply
avatar
27 September 2012 pukul 21.04 delete

Asskum. Diatas sdah sya ucapkan tlisan sya emang ngaco.
Sya memang orang awam sangat awam skali dalam agama.
Sehinga tidak tau mana yg slah & yg bener.
Namun untuk tahlilan saya merujuk ke kitab i,anatuttolibin juz 2 hlaman 64.

Reply
avatar
27 September 2012 pukul 23.53 delete

Saya sebagai pmeluk agama islam ingin brada dalam islam yg kaffah & tentunya sya mengikuti ajaran2 islam
namun tidakmau ikut2 tan. Artinya stiap ibadah yg sya lakukan saya kaji terlebih dhulu apakah yg saya lakukan
adalah sariat nabi .juga mengenai ihtilaf saya mengambil yg shoheh tidak yg mashur.
Ahirkata saya mohonmaaf kepada sgenap muslimin bila kata2 saya kurang berkenan itu krena kebodohan dan kedoifan saya tentang ilmu.
Juga sya mohon do'a nya agar saya ditunjukan kepada jalan yg lurus.wassalam.

Reply
avatar
5 Oktober 2012 pukul 18.14 delete

bgs sngt ini artikel.Saya yang tadiny tdk bgtu paham jd sngt bs memilah dan memilih & klo saya utaran d sini yg lbh bs saya trima adalh pndapat Muhammadiyah(wlwpn sy blm msk k ormas islam itu).

Reply
avatar
20 Oktober 2012 pukul 03.21 delete

@amir:
ma'af mas, njenengan nulis salamny jauh dari ajaran nabi Muhammad. ,
terimakasih:-)

Reply
avatar
28 Oktober 2012 pukul 00.07 delete

Assalamu'alaikum...
Segala sesuatu itu tergantung niatnya..
Tahlilan jika diniatkan karena Allah tentu boleh...
Namun jika niatnya lain itu yang salah...

Kita pergi ke dokter saja itu bisa benar bisa juga salah...
Kita pergi ke dokter lalu kita sembuh, kita berfikiran dokter yang menyembuhkan kita dan kita tidak meminta kesembuhan pada Allah, itu syirik kecil...

masalah Muhammadiya melarang tahlil itu urusan mereka...

Reply
avatar
9 November 2012 pukul 15.51 delete

@amir; saya memaafkan perkataan2 anda yg kurang berkenan yg mungkin itu dikarenakan kebodohan dan kedhoifan ilmu anda.. Dan saya beserta segenap muslimin juga mendoakan anda..mudah2an anda mendapat hidayah dari alloh swt.amin ^_*,,
untuk menjadi muslim yang kaffah dan tidak ikut2an dengan kebodohan dan kedhoifan ilmu anda saya rasa tidak akan bisa.. Karna pangkajian anda terhadap setiap ibadah anda lakukan pun masih termasuk IKUT2AN,..sya rasa anda berbohong kalo anda tau dalil itu shahih dr Rosululloh Saw. langsung...pasti tau shohih nya juga dr orang lain/buku/kitab..dll (so..itu ikut2an juga kan^_^\/ )

Reply
avatar
16 November 2012 pukul 23.14 delete

sekarang emang udah jaman modern, jdi mana yang baik dan yang buruk kita bisa memilih, apabila hal itu baik kenapa xo dipermasalahkan, orang protestan yang menghormati umat muslim berpuasa..., itu aja udah dapat jatah surga, apa lagi lwo qita mengadakan acara tahlil yang sifatnya baik..!!! pasti wah besar banget tu pahalanya...

Reply
avatar
5 Desember 2012 pukul 12.27 delete

Artikelnya bagus, tidak memihak. bahkan saya tidak bisa menilai apakah penulis ini NU atau Muhammadiyah? he he he.
tapi komentar2 diatas sangat beragam, ada yg mengingnkan kerukunan, ada yang memihak, bahkan ada yang cenderung mengejek kaum Nahdiyin (@amir).
sebenarnya saya juga sependapat dengan Muhammadiyah, yang mengatakan bahwa Tahlil itu BID'AH(tidak pernah dilakukan oleh Nabi).
tapi,,,,, apakah yang bid'ah itu semuanya dilarang????????
karena saya liat orang Muhammadiyah setiap hari ber-Bid'ah-ria, dan mereka tetap enjoy aja.
seperti : ber-HP, Laptop/Komputer, akses internet, naik motor, mobil bahkan pesawat. apa itu tidak termasuk Bid'ah?
karena saya yakin Nabi tidak punya HP, Laptop, komp, motor, mobil, apalagi pesawat. karena dijaman Nabi memang tidak di kenal alat2itu.

sedangkan kalimah Tauhid (dzikir) sudah ada sejak jaman Nabi.

jadi....... menurut saya, antara NU dan Muhammadiyah, yang sama-sama didirikan oleh Tokoh Besar Islam Indonesia, harus tetap menjaga "Ukhuwah Islamiyah". biarkan perbedaan masalah pemahaman dalil. yang terpenting masih tetap berada pada jalur Syariah.

ma'af jika tulisan saya kurang berkenan.

Reply
avatar
13 Desember 2012 pukul 14.48 delete

Keputusan Masalah Diniyyah Nahdlatul Ulama No: 18 / 13 Rabi’uts Tsaani 1345 H / 21 Oktober 1926 Tentang
KELUARGA MAYIT MENYEDIAKAN MAKAN KEPADA PENTAKZIAH

TANYA : Bagaimana hukumnya keluarga mayat menyediakan makanan untuk hidangan kepada mereka yang datang berta’ziah pada hari wafatnya atau hari-hari berikutnya, dengan maksud bersedekah untuk mayat tersebut? Apakah keluarga memperoleh pahala sedekah tersebut?

JAWAB : Menyediakan makanan pada hari wafat atau hari ketiga atau hari ketujuh itu hukumnya MAKRUH , apabila harus dengan cara berkumpul bersama-sama dan pada hari-hari tertentu, sedang hukum makruh tersebut tidak menghilangkan pahala itu.
`
Keterangan :
1. Dalam kitab I’anatut Thalibin, Kitabul Janaiz : MAKRUH hukumnya bagi keluarga mayit ikut duduk bersama orang-orang yang sengaja dihimpun untuk berta’ziyah dan membuatkan makanan bagi mereka, sesuai dengan hadits riwayat Ahmad dari Jarir bin Abdullah al Bajali yang berkata: ”Kami menganggap berkumpul di ( rumah keluarga ) mayit dengan menyuguhi makanan pada mereka, setelah si mayit dikubur, itu sebagai bagian dari RATAPAN ( YANG DILARANG ).”

2. Dalam kitab Al Fatawa Al Kubra disebutkan : “Beliau ditanya semoga Allah mengembalikan barokah-Nya kepada kita. Bagaimanakah tentang hewan yang disembelih dan dimasak kemudian dibawa di belakang mayit menuju kuburan untuk disedekahkan ke para penggali kubur saja, dan tentang yang dilakukan pada hari ketiga kematian dalam bentuk penyediaan makanan untuk para fakir dan yang lain, dan demikian halnya yang dilakukan pada hari ketujuh, serta yang dilakukan pada genap sebulan dengan pemberian roti yang diedarkan ke rumah-rumah wanita yang menghadiri proses ta’ziyah jenazah. Mereka melakukan semua itu tujuannya hanya sekedar melaksanakan kebiasaan penduduk setempat sehingga bagi yang tidak mau melakukannya akan dibenci oleh mereka dan ia akan merasa diacuhkan. Kalau mereka melaksanakan adat tersebut dan bersedekah tidak bertujuan (pahala) akhirat, maka bagaimana hukumnya, boleh atau tidak?
Apakah harta yang telah ditasarufkan, atas keingnan ahli waris itu masih ikut dibagi/dihitung dalam pembagian tirkah/harta warisan, walau sebagian ahli waris yang lain tidak senang pentasarufan sebagaian tirkah bertujuan sebagai sedekah bagi si mayit selama satu bulan berjalan dari kematiannya. Sebab, tradisi demikian, menurut anggapan masyarakat harus dilaksanakan seperti “wajib”, bagaimana hukumnya.”

“Beliau menjawab bahwa semua yang dilakukan sebagaimana yang ditanyakan di atas termasuk BID’AH YANG TERCELA tetapi tidak sampai haram (alias makruh), kecuali (bisa haram) jika prosesi penghormatan pada mayit di rumah ahli warisnya itu bertujuan untuk “meratapi” atau memuji secara berlebihan (rastsa’).
Dalam melakukan prosesi tersebut, ia harus bertujuan untuk menangkal “OCEHAN ORANG-ORANG BODOH” agar mereka tidak menodai kehormatan dirinya, gara-gara ia tidak mau melakukan prosesi penghormatan di atas. Dengan sikap demikian, diharapkan ia mendapatkan pahala setara dengan realisasi perintah Nabi shallallahu’alaihi wasallam terhadap seseorang yang batal (karena hadast) shalatnya untuk menutup hidungnya dengan tangan (seakan-akan hidungnya keluar darah). Ini demi untuk menjaga kehormatan dirinya, jika ia berbuat di luar kebiasaan masyarakat.
Tirkah tidak boleh diambil / dikurangi seperti kasus di atas. Sebab tirkah yang belum dibagikan mutlak harus disterilkan jika terdapat ahli waris yang majrur ilahi. Walaupun ahli warisnya sudah pandai-pandai, tetapi sebagian dari mereka tidak rela (jika tirkah itu digunakan sebelum dibagi kepada ahli waris). ”

SUMBER: AHKAMUL FUQAHA, SOLUSI PROBLEMATIKA HUKUM ISLAM, KEPUTUSAN MUKTAMAR, MUNAS, DAN KONBES NAHDLATUL ULAMA (1926-2004 M), hal. 15-17, Pengantar: Rais ‘Am PBNU, DR.KH.MA Sahal Mahfudh, Penerbit Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur dan Khalista, cet.III, Pebruari 2007.

Reply
avatar
13 Desember 2012 pukul 14.50 delete

Berkata Imam Asy-Syafi’i رحمه الله : "Aku membenci ma'tam, yaitu berkumpul-kumpul (di rumah keluarga mayit), meskipun di situ tidak ada tangisan, karena hal itu malah akan menimbulkan kesedihan baru." (Al-Umm 1: 248).
Lihat juga: Raudhatut Thalibin, Imam An-Nawawi 2:145, Mughnil Muhtaj 1: 268, Hasyiyatul Qalyubi 1: 353, Al-Majmu' Syarah Muhadzab 5: 286, Al- Fiqhu Alal Madzahibil Arba'ah 1:539, Fathul Qadir 2:142, Nailul Authar 4:148.
Lebih lanjut di Kitab I'anatut Thalibin, Syarah Fathul Mu'in, juz 2, hal.145 –Kitab rujukan Nahdlatul Ulama (NU) - disebutkan:
نَعَمْ , مَايَفْعَلُهُ النَّاسَ مِنَ اْلإِجْتِمَاعِ عِنْدَ أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنْعِ الطَّعَامِ مِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلىَ مَنْعِهَا
“Ya, apa yang dikerjakan orang, yaitu berkumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan dihidangkannya makanan untuk itu, adalah termasuk BID'AH MUNGKARAT yang bagi orang yang mencegahnya akan diberi pahala.

Jadi sebenarnya... Apa bedanya antara NU dan Muhammadiyah dalam maslaha ini?

Reply
avatar
18 Desember 2012 pukul 10.19 delete

ana pro nu " kirim doa/amalan kepada mayyit intinya mendo'akan mereka kita sebagai anak sholeh adapun mengundang orang2/berjama'ah ini sebagai tolong menolong dalam kebaikan dan dibarengi dengan shodaqohan. Asal semua dilakukan nsecara iklas dan lillahi ta'ala insya Alloh diterima Alloh SWT dan si Mayyit akan mendapat rohmat dan ampunan Alloh SWT. Semoga

Reply
avatar
25 Desember 2012 pukul 14.17 delete

Saya pikir tuhanlah yg menentukan. Tdk dengan hadist ato shohih kita berbuat kebaikan. Krna jaman dulu jaman sekarang beda. Dulu naik onta skrang naik motor. Menurut saya selagi perbuatan itu tdk menyimpang. Tentunya boleh di lakukan. Asalkan niat yg baik dan di benarkan oleh para ulama.. Dan tiap2 perbuatan itu tdk ada yg tau apakah dapt pahala ato tdk. Sesungguh tuhanlan yg menentukan

Maaf kalo kurang jelas from (sam)

Reply
avatar
30 Januari 2013 pukul 14.34 delete

assalamualaikum
saya jg bingung nih....
yg bener ..ngikut rosululloh ( sahabat..tabi;in..tabi'ut tabi'in,,,,) atau ngikut tradisi yg dilakukan banyak orang.....

truss...tahlilan dlm rangka memperingati 7,40,100.pendak 1..pendak 2..1000hr... itu hukum nya apa... sunah ( klo sunah nih,,,)..atau wajib...?

kok bagi yg g melakukan,,dianggap islam baru... dikucilkan masyarakat...(nuwun)

Reply
avatar
30 Januari 2013 pukul 17.47 delete

menurut saya semua kebaikan itu ibadah,baik ada dalil & haditsnya ataupun tidak,karena dalil dan hadits perlu dipahami dengan ilmu,karena penjabarannya sangat luas jadi kalau kita memahaminya hanya tekstual saja kadang malah jadi sempit pemahaman kita,yang penting kita berdoa dg iklas diterima/tidaknya hanya Alloh yg tahu,mendo'akan sesama muslim yg sudah matipun tidak mengapa semoga diampuni dosa-dosanya,3,7,40 hari hanya sarana untuk bersilaturahmi sesama muslim,semoga dapat mengobati kesedihan yg ditinggal mati,dan bersama-sama berdikir kepada Alloh semoga yg ditinggal mati selalu kuat Imannya dan tidak putus asa akan takdir Alloh,Segala niat dihati kita Hanya Alloh yang maha mengetahui.

Reply
avatar
13 Februari 2013 pukul 14.35 delete

sebelumnya saya minta maaf, ini hanya komentar dari sepengetahuan saya, kalau do'a itu sebenarnya ada dua cara yaitu yang pertama doa langsung dan yang kedua doa dengan amalan,
keduanya memang benar dalam syariah. kalau doa langsung berarti kita langsung berdoa kepada allah yang sesuai dengan hati kita dan tidak harus dengan bhs.arab.
kalau doa dengan amalan berarti ada syaratnya yaitu: harus punya guru dengan silsilah amalan tersebut yang urut sampai rosulullah, yang kedua amalanya haq yaitu bersumber dari al-quran, hadits dan para wali.

Reply
avatar
29 Maret 2013 pukul 13.29 delete

berkumpul di keluarga mayit jaman sekarang dan jaman Rosululloh berbeda. Pada jaman Rosululloh meratap/nihayah saat ada kematian masih merupakan peninggalan jaman jahiliyah yang disertai dengan jamuan pesta pora yg berlebih2an selama berhari-hari.Kalo semua kegiatan berkumpul dalam acara kematian jaman sekarang dikatakan meratap bgmana dengan orang berkumpul menunggu prosesi sholat jenazah dan pemakaman sambil meminum 1 gelas air dan sepotong kue apa juga dapat disebut nihayah? Dan bagaimana pula dengan memberikan sebungkus nasi kepada penggali kubur yang memang belum sempat sarapan dan perlu makanan sebagai tenaga membuat lubang kubur bisa dikatakan sebagai makruh dan tercela? padahal penggali kuburpun tidak digaji(ikhlas) dan yg memberikan nasipun ikhlas bukan karena takut dicerca tetangga.

Reply
avatar
20 April 2013 pukul 13.24 delete

Assalam...
Terimaksih atas penjelasannya, pada intinya hati, pikiran, dan lisan kita untuk senantiasa menggingat Allah SWT dengan lafal kalimat toyibah...
Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita.
Wasslm...

Reply
avatar
21 April 2013 pukul 22.11 delete

salam
maaf, admin jarang nongol. senang dapat banyak komentar dan masukan / tambahan dari kawan-kawan. tapi, sekali lagi, kita berhak memilih NU or Muhammadiyah atau yang lain, atau memunculkan pendapat baru. tapi persatuan umat Islam tetap harus dikedepankan.

Reply
avatar
22 April 2013 pukul 13.48 delete

Assalam... Mau tanya,misalkakan ada 2 masjid dalam satu kampung kemudian tempat sholat jum'at dibuat bergilir dari masjid "A", jum'at berikutnya masjid "B", bagaimana hukumnya?

Reply
avatar
23 April 2013 pukul 22.04 delete

masalah perbedaan pendapat itu biasa,yang penting kita tetap bersaudara yaitu ISLAM, AGAMA YANG PALING BENAR YANG ADA DI MUKA BUMI INI.

Reply
avatar
23 April 2013 pukul 22.06 delete

masalah perbedaan pendapat itu biasa, yang penting kita umat ISLAM dari mana pun organisasi nya kita semua bersaudara ISLAM. Karena ISLAM lah agama yang paling benar di muka bumi ini.

Reply
avatar
Anonim
24 April 2013 pukul 21.42 delete

enggak usah berantem dan jangan saling menyombongkan diri ingatlah padi smkin berisi semakin menunduk

Reply
avatar
Anonim
24 April 2013 pukul 21.46 delete

Jangan berantem dan sombong ingatlah padi semakin berisi semskin menunduk

Reply
avatar
30 April 2013 pukul 13.18 delete

Ingatlah Islam itu satu, NU dan Muhamaddiyah hanyalah organisasi dakwah, tidak perlu mengaku "aku NU" atau "aku Muhammadiyah" tapi sebutlah "aku Islam". Beda pendapat hanyalah masalah pemahaman yang banyak dipengaruhi oleh asal sumber ilmu yang didapat, maka pelajarilah ilmu agama Islam ini dari manapun, tak perlu menganggap remeh yang lain. Haram hukumnya kita sebagai Muslim berpecah belah mengaku aliran-aliran sendiri (lihat Q.S. Ali Imron ayat 103).
Ingat pula pesan Rosulullah s.a.w. bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 ke neraka dan hanya 1 gol. masuk surga. Ini berarti bila kita ikut salah satu gol menyebabkan kemungkinan masuk surga hanya 1/73 atau 1,37%. Agar kita bisa 100% masuk surga maka kita harus konsisten mengamalkan ayat 103 dari surat Ali Imron tersebut.

Reply
avatar
30 April 2013 pukul 13.34 delete

Ingat, Islam itu satu, jangan merasa "aku NU" atau "aku Muhammadiyah" tapi selalulah berpikir "aku Islam". Perbedaan pendapat atau amalan hanya masalah pemahaman, dan yang banyak menentukan adalah dari mana sumber ilmu yang kita dapat, maka teruslah mencari ilmu agama ini dari manapun sumbernya tidak perlu meremehkan yang lain. Ilmu yang kita dapat semuanya harus kita pastikan bersumber dari Al Qur'an dan Hadits shohih baru kita amalkan.
Ingat pula Surat Ali Imron ayat 103, bahwa Allah meharamkan kita bercerai berai. Ingat pula pesan Rosulullah s.a.w. bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 ke neraka dan 1 gol. ke surga. ini berarti bila kita bercerai berai akan menyebabkan kemungkinan masuk surga hanya 1/73 atau 1,37 %. Maka agar kita bisa 100% masuk surga, kita harus konsisten mengamalkan ayat 103 dari surat Ali Imron tersebut.

Reply
avatar
30 April 2013 pukul 14.12 delete

maaf bang mawar, komen anda bagus, tapi masalah bid'ah itu bukan Muhammadiyah yang memberi peringatan, tapi Rosulullah Muhammad salallahu alayhi wa salam sendiri yang mengingatkan umatnya. Bid'ah yang dimaksud oleh Rosulullah s.a.w. tentunya bukan bid'ah masalah duniawi seperti yang anda sebut, tetapi masalah agama yaitu masalah ibadah kepada Allah atau masalah hubungan dengan sang pencipta. Kalimat dzikirpun diajarkan nabi untuk kita yang hidup, bisa menjadi shodaqoh-pun tentunya shodaqoh untuk orang lain yang hidup. Bila kita mengkaji arti surat Al Fatihah-pun pastilah ini untuk kita yang hidup. Sedangkan terhadap saudara kita yang mati, kita hanya bisa berdoa memohonkan ampunan dari Allah, bukan mengirimi pahala. emang pahala itu milik kita? Tapi maaf itu pemahaman saya. Memang, ibadah Haji, Kurban dan Shodaqoh bisa diatasnamakan orang yang telah meninggal, tapi jangan dianggap itu mengirimi pahala, karena ada pahala atau tidaknya mutlak wewenang Allah. Seolah-olah dengan kata 'mengirimi' akan menganggap pahala sudah kita pegang. Apakah ini tidak mendahului Allah?

Reply
avatar
30 April 2013 pukul 14.30 delete

Bagus pak Raden..., anda termasuk pecinta kebaikan. Tapi harus ingat kebenaran hanyalah mutlak dari Allah, maka suatu yang kita anggap baik belum tentu baik menurut Allah.
Di saat orang belum tahu zina itu haram, pastilah orang yang melakukan akan menganggap baik, karena bisa menghasilkan kenikmatan dan keturunan bagi yang menghendaki, lalu bagai mana bila orang sudah tahu itu haram?
Agama kita sudah sempurna, maka kita harus selalu mempelajari agama ini untuk menuju kesempurnaan ibadah kita.
Jangan acuh, karena banyak orang yang menganggap tradisi itu baik.

Reply
avatar
30 April 2013 pukul 14.40 delete

bagus mas hudi, orang berpendapat itu kan karena pemahamannya saja. yang penting kita selalu berdoa agar dikaruniai pemahaman agama yang benar dari Allah. Dan tak perlu antipati atau menganggap salah pada pendapat orang lain, berhati lunaklah dan berusaha mengetahui alasan dan dalilnya. Semua ini agar tidak ada perpecahan di antara kita muslimin.

Reply
avatar
30 April 2013 pukul 14.49 delete

Bagus pak Yusuf, memang Islam itu satu dan kita harus bersatu. maka sebetulnya kita tak perlu memilih NU atau Muhammadiyah atau yang lain, karena ini hanyalah organisasi dakwah dan bukan aliran keagamaan. Hanya masyarakat sendiri yang sering menganggap ini seperti aliran dalam Islam. Terimalah dakwah dari semua organisasi Islam, tapi perlu kita kaji sendiri, mana yang benar-benar sesuai Al Quran dan Hadist Shohih. Tak perlu meremehkan satu sama lain.

Reply
avatar
Anonim
24 Mei 2013 pukul 01.19 delete

Assalamu'alaikum...wrb
yang mau bertahlil baik, yang tidak bertahlil juga sae mawon.. atas dasar warisan ilmu dari ulama-ulama " belajar agama bukan untuk menyalahkan atau membid'ahkan orang, tapi amalkan apa yang telah diajarkan" setiap ingin melakukan sebuah tindakan, yang dipikirkan adalah dampaknya, membawa kemashlahatan ummat, atau tidak? ya ikhwan sekalian sdh tau jawabannya, dan jika tidak, juga sdh tau jawabannya, jdi mari kita saling menghormati pendapat dan pegangan saudara kita yang lain dalam berhujjah.." wallaahu a'lam..

Reply
avatar
doni dhoif
24 Mei 2013 pukul 22.31 delete

Diriwayatkan dari Auf bin Malik RA, ia berkata, Rasulullah SAW pernah menshalati jenazah dan saya hafal do’a Rasulullah SAW tersebut. Do’a yang beliau baca adalah, Ya Allah, ampunillah dosanya, kasihanilah dia, selamatkanlah dan maafkanlah dia. Ya Allah, baguskanlah tempat kembalinya, luaskanlah kediamanya, bersihkanlah ia dengan air dan embun, bersihkanlah ia dari dosa-dosanya, sebagaimana Engkau membersihkan baju putih nan suci dari kotoran. Berilah ia rumah yang lebih bagus, karuniakanlah isteri yang lebih baik dari isterinya (ketika di dunia), masukanlah ia kedalam surga, dan selamatkanlah ia dari siksa kubur dan siksa api neraka.”dari keterangan dia atas kita tidak d suruh buat dengki ama yang udah wafat malah dianjurkan untuk mendo'akan.

Reply
avatar
doni dhoif
24 Mei 2013 pukul 23.05 delete

Dari Aisyah ra.bahwa seorang laki-laki berkata kepada rasulullah SAW. “Sesungguhnya ibuku telah meninggal, dan aku melihatnya seolah-olah dia berkata, bersedekahlah. Apakah baginya pahala jika aku bersedekah untuknya?”. Rasulullah SAW. Bersabda,”ya”. (HR. Muttafaqu ‘alaih).
jadi shodaqoh yang hidup juga manfa'at buat yang sudah wafat.

Reply
avatar
25 Mei 2013 pukul 21.29 delete

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Kalimat Tahlil itu diantaranya adalah, mengucapkan Lailahaillallah. Menurut hemat saya, baik organisasi Muhammadiyah, NU, FPI, dll., semua organisasi Islam, membolehkan Tahlilan. Akan tetapi ada beberapa orang yang bertanya, termasuk saya, diantaranya adalah tentang cara melakukannya. Mengapa harus 3 hari setelah orang meninggal, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari. Apakah Qu'ran dan Hadist mengajarkan itu?. Selain itu kalimat Tahlil dilakukan dengan lisan, titik, dan koma yang sama, seperti menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya yang dipimpin oleh seorang pemandu lagu?, apakah hal itu juga di ajarkan oleh Alquran dan Hadist?

Reply
avatar
25 Mei 2013 pukul 21.51 delete

wa'alaikum salam
tahlilan dalam artian yang dilakukan warga NU sebagaimana sudah disampaikan diatas, tentu tidak semua ormas Islam menjalankannya.
Kalau soal 3, 7, 40 hari itu sebenarnya tidak ada kewajiban. memang itu adalah peninggalan hindu, dan saya kira ulama NU tahu soal itu. tetapi sepengetahuan saya, bukan bararti NU mewajibkan harus hari2 itu ya. hanya saja karena sudah menjadi tradisi, maka kebiasaan itu sulit dihapus. dan saya kira sah2 saja.
ya, ada imam dalam tahlilan. barangkali gunanya untuk menyatukan bacaan, karena bacaan dalam tahlilan pun berbeda-beda. tentu saja tidak diajarkan (implisit) oleh al-qur'an dan hadist, tetapi, bukan berarti yang tidak diajarkan (secara langsung) terus dilarang.

Reply
avatar
Anonim
26 Mei 2013 pukul 19.22 delete

Emang betul,,,sebagaimana anak yg sholeh,,,yg slalu mendoaka ortunya,,,berhubung tdk smuanya sholeh,,,maka warga NU mempertahankan tradisi tahlilan dg tujuan salahsatunya adalah membantu yg terkena musibah dg membacakan tahlil dan do'a2.semua bacaan yg kita sumbangkan untuk si mayit,,,yakinlah pasti sampai kepadanya,,,buktinya tdk ada do'a/bacaan yg dikembalikan oleh malaikat....

Reply
avatar
Anonim
26 Mei 2013 pukul 19.32 delete

hehehe,,,maaf,,,mumpung kita masih hidup sebaiknya lebih banyak amal lbh baik bro,,,kuncinya hanya satu,INNAMAL A'MALU BINNIYATI,WAKULLILMRIIN MANAWA,,,sesungguhnya pekerjaan itu sah kalo diniatin,,,dan smua pekerjaan tergantung kpd niatnya,,,warga NU meyakini waliyullah itu ada,,,hanya para waliyullah yang bisa langsung kepada rasulullah SAW untuk bertanya,apakah sampai/tidak,,,jika sampe sekarang tradisi itu tetp dilakukan berarti pasti sampai,,,itu hanya para waliyullah saja yg tahu,,,kemudian diberitakan kpd para ulama2 yg memiliki karomah,,,tdk dipublikasikan kpd kt2 yg penuh dosa,,,karena untuk tahlilan ini adalah rahasia dibalik rahasia,,,Contohnya,,Nabi Muhammad SAW sbl diangkat menjadi rasul di usia sblm 40 th,nabi sering bertahannus/menyepi di gua hiro,,,kira2 apa yg dikerjakan Nabi??? jawabannya adalah:Nabi bertawassul kpd para ruh2 Nabi sebelumnya,,,untuk mengetahui rahasia2 segalanya,,serta persiapan mental untuk tugas berat yg akan dipikulnya,,,serta Dll...Wallahu a'lam bisshowab...

Reply
avatar
Anonim
3 Juni 2013 pukul 07.14 delete

Bismiallahirrahmanirrahiim, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh.
Saya pernah membaca buku tentang bid'ah (kupas tutas tentang bid'ah) intinya hukum bid'ah hanya diperuntukkan pada persoalan yang berhubungan ibadah mahdhoh bukan persoalan muamalah yang berkaitan dengan persoalan dunia. Urusan ibadah mutlak ditunjukkan melalui firman Allah dan sunnah rosul, pendapat sahabat (termasuk tabiit-tabiin). Jadi perkara laptop komputer mobil dll itu adalah persoalan dunia khan? Kalau perkara ibadah tanyakan perintahnya...kalau perkara dunia tanyakan laranganya. Allahu a'lam...koreksi saya bila salah Wassalam

Reply
avatar
4 Juni 2013 pukul 16.29 delete

berkaryalah yang nyata dan bermanfaat

Reply
avatar
Anonim
11 Juni 2013 pukul 21.46 delete

Insya ALLah aku istiqomah nglakuin tahlil..... Allah nda mungkin memasukkan hambanya yang senang bermajelis dzikir ke dalam neraka........
Jika pahala tahlil bisa nyampe ke alam barzah ya Alhamdulillah,,itung2 ngirimi almarhumah ibu dan simbah..jika tidak, biarlah pahala itu buat aku sendiri.............

Reply
avatar
Anonim
11 Juni 2013 pukul 21.54 delete

Allahummarobbana taqobbal wa aushil tsawabamaa qoro'naa hu minal qur anil adzimm dst..............
Apa salahnya kita memohon kepada ALLah supaya pahala tersebut di sampaikan kepada kaum muslimin/muslimat yang telah wafat.......
di kabulkan atau tidak, itu urusan Allah.........

Reply
avatar
15 Juni 2013 pukul 00.08 delete

Yg pntng substansinya rahmatallilalamin

Reply
avatar
Anonim
17 Juni 2013 pukul 07.16 delete

Sebagai generasi Indonesia yang menghadapi masa pembaharuan dan reformasi yang belum selesai marilah kita menjalin persatuan dan menjaga kesatuan bangsa dengan saling menghargai satu sama lain karena apa yang kita lakukan selama itu berurusan dengan Allah pasti menjadi lebih baik dan saya setuju dengan saudara kita Imam Ahyar yaitu YANG PENTING SUBSTANSINYA RAHMATALLILAALAMIN, merdeka.

Reply
avatar
Anonim
19 Juni 2013 pukul 09.34 delete

islam itu agama yang paling mulia dan kita sebagai umat islam sama2 memiliki tujuan yaitu menuju surganya Alloh swt tapi kenapa harus ada perbedaan toh islam NU dan Muhammadiyah itu sama2 agama islam kan.NU dan Muhammadiyah itu hanya sebuah organisasi kenapa harus harus diperdebatkan dalam islam.itu hnya akan membuat agama islam mnjdi tercoreng.so,tetp bersatu j lahh

Reply
avatar
21 Juni 2013 pukul 16.18 delete

umat islam seharusnya bersatu..
adapun masalah khilafiyah dalam furu'iyyah, mnrt sy pribadi gk usah d besar2kan apalagi sampai memberi label sesat.. persatuan umat islam hrs d utamakan..
Salam kenal dan ukhuwwah tuk semuanya

Reply
avatar
24 Juni 2013 pukul 13.31 delete

mantep banget lo Amir Khan..itu bukan kirim-kirim dongeng bray..kita niatin amal baik yang kita perbuat di dunia moga ngeringanin dosa-dosa yang udah ninggal..logika loh jangan di pake tolak ukur bray..ntar isri mi'roj lo pake logika lage..ngawur deh

Reply
avatar
Anonim
28 Juni 2013 pukul 21.22 delete

islam yes...perbedaan yes...permusuhan no..

Reply
avatar
Anonim
29 Juni 2013 pukul 13.05 delete

untuk perbedaan furu'iyah yang penting kita akur saling menghormati sesama islam kita diberikan akal dan fikiran oleh Allah swt dituntut untuk menggunakan akal dan fikiran kembalikan kepada Allah dan Rasulnya yakni Alqur'an dan Assunah sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah saw ketika haji wada karena islam sudah sempurna ....

Reply
avatar
Anonim
8 Juli 2013 pukul 15.16 delete

Sebenarnya sederhana saja, apakah ajaran ALLAH yang disampaikan lewat Al-Qur'an dan As-Sunnah itu masih kurang sempurna? sampai ada manusia jaman sekarang yang merasa bisa menyempurnakan.
Bukankah ALLAH pernah berfirman "..telah KUsempurnakan untukmu agamamu...",
Apakah ajaran Rasulullah masih kurang?
Apakah kalian tahu ada orang yang terkena musibah ditinggal mati anggota keluarganya,terus harus hutang ke toko dan warung2 untuk membuat jamuan kepada orang2 yg datang takziyah dan untuk acara tahlilan ,sementara mereka sedang berduka.
Kenapa kita tidak berusaha melakukan amal2 yang sudah di ajarkan saja,kenapa harus sibuk berasumsi yang penting baik dan mengatakan itu sunnah, sementara kita sering meninggalkan yang wajib2.
Saya yakin ALLAH tidak menciptakan agama islam ini untuk menjadi sesuatu yang rumit dan sulit dimengerti. Cukup kita perdalam Al Qur'an dan Al Hadist.
Mudah2an ALLAH membimbing kita semua....aamiinn...

Reply
avatar
8 Juli 2013 pukul 19.48 delete

hasil ijtihad NU juga bagian dari memperdalam pemahaman akan Al Qur'an dan Al Hadist. dan menurut NU tidak ada kewajiban untuk mengadakan jamuan. salam

Reply
avatar
17 Juli 2013 pukul 03.56 delete

Assalamu'alaikum.. nanya ya,. untuk haul keluarga yang sudah meninggal, harta siapa yang lebih berhak digunakan untuk sedekah? apakah peninggalan dari almarhum, harta istri atau harta anak?

Reply
avatar
21 Juli 2013 pukul 01.05 delete

Kematian bukan lah akhir dari segala petualangan....Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat...
Manusia bisa tidak dikatakan celaka kecuali berilmu,beramal,ikhlas..
Semoga kita semua bisa menjauhi kejaliman,. Menjalimi orang lain,atau menjalimi diri sendiri

Reply
avatar
22 Juli 2013 pukul 18.45 delete

BUKU KITAB FIQH JILID TELU, yang dikarang dan diterbitkan oleh MUHAMMADIYYAH bagian TAMAN PUSTAKA Djokjakarta, terbit tahun 1343 Hijriyyah. Silahkan baca disini muhammadiyahstudies.blogspot.com/2013/07/kitab-fiqh-muhammadiyah-awal.html?m=1

Reply
avatar
31 Juli 2013 pukul 05.21 delete

Bagi tmen2 yg gag suka tahlilan,cari pondok pesantren trus kalian berdebat deh sepuasnya disitu,kalo emang gentleman sih,,kalo sampe ente2 bsa mematahkan pendapat para ulama,wah kalian hebat,,krn setahu sya setiap ada orang yg mau msuk ke pondok sya,akhir2nya pulang2 mlah kecewa,krn kalah debat sama ulama...Coba aja kalo brani.

Reply
avatar
4 Agustus 2013 pukul 10.12 delete

@ yanuar ozil tanggapan anda seperti ngajak perang,begitukah yang dicontohkan oleh guru- guru anda???

Reply
avatar
8 Agustus 2013 pukul 22.02 delete

Ma'af ikut nimbrung, perlu di ingat
manusia yang meninggal hanya meninggalkan amalan,ilmu dan anak anak yang soleh.

Mengirim doa kepada mayat berarti urusan anak anak yang soleh.maksudnya anak dari si mayit.setiap amal baik yang dilakukan si anak ,orang tua yang telah meninggal akan mendapatkan bagian pahala dari amalan yang dikerjakan oleh si anak tersebut.itulah infestasi si mayit .

Saufdara doni@ yg di maksud hadistersebut adalah nasehat si orang tua untuk anaknya.agar dia mendapatkan bagian pahala dari usaha anak tersebut

sekian,jangan d cemooh

Reply
avatar
9 Agustus 2013 pukul 06.31 delete

Apa sih hebatnya manusia di dunia sehingga sangat angkuh dan keras kepala.sehingga menganggap apa yg mereka utarakan,lakukan dan mereka siarkan itu sesuatu yang benar" akan diterima oleh Alloh.

Agama islam ini sepeninggal nabi sudah sempurna.kenapa harus kita yg membuat aturan dan hal" lain yang di ajaran aslinya tidak ada.

Kita di dunia sesama muslim di anjurkan untuk selalu mengingatkan.tetapi kita juga harus sadar watak dan dasar sifat manusia.hanya sedikit orang yang bisa legowo/iklas hati tanpa dendam saat orang lain menginggatkan.

Mari kita baca AL-QUR'AN & terjemahan,kita baca dari ayat demi ayat yang akhirnya seluruh surat di dalamnya.pahami dan di mengerti.

Jika ada sesama muslim yang berkata tentang agama yang diluar kebiasaan kita,kita cari dulu di AL-QUR'AN tentang hal tersebut dan jangan langsung di lawan dengan argumen..

Muslim yang berada di NU,enggan beribadah di masjid" MUHAMADIAH.tapi sebaliknya.entah kenapa demikian,apakah ini bobroknya islam di indonesia.

Kedua orang tua saya masih hidup saat ini.dan saya sudah menjelaskan kepada mereka tentang apa yang di bahas di blog ini.saya berkata

"Ibu,Bapak,,,,,saya akan mengadakan tahlilan untuk Ibu dan Bapak hanya untuk menghormati lingkungan dan umat Muslim di lingkungan kita dan bersodakoh dalam hal nasi kenduri.percayalah Ibu dan Bapak,setiap doa,amalan dan ibadah wajib di agama kita Ibu dan Bapak akan mendapatkan bagian dari setiap amalan baik yang saya kerjakan"

akhirnya mereka mengerti,dan saya juga tidak melarang yasinan atau tahlilan yang mereka lakukan untuk leluhur.hanya dewasa ini sudah ada yang hilang dari kebiasaan orang tua saya,dulu sada sajen di kamar ,tapi sekarang tidak pernah ada lagi.padahal saya tidak berkata apa" kepada mereka tentang hal tersebut.

Saya tidak pandai beragama,tapi Insyaaloh,yang saya baca dan saya dengar itu adalah AL-QUR'AN dan hadist.

Aameen,,,,

Reply
avatar
11 Agustus 2013 pukul 01.22 delete

Askum...
Ane pilih pendapat NU,karna tahlil itu kan baik...
Dri pd termenung kan mending kirim doa,ya gak.?
Dan kenapa muhammadiyah melarang tahlin...
Apa salahnya?
Kenapa tahlin di protes,kok yang main judi.mabok,jina gak di protes?
Sedangkan tahlin yg nilaynya bik kok di protes?
Atau gini aja,nendingan warga NU DI PROTES sekalian masalah pemakaman,knpa gak di bakar aza mayatnya,ya siapa tau aza NU dan MUHAMADIYAH benar benar berpecah belah,kan enak ada perang sodara ke 20.wak wak wak...
Jd ane sbgay Warga NU GK trima ada protesan masalah tahlilan krna itu sudah menjadi tradisi kami sebagay warga NU...
Mohon dipertimbangkan
Wassalam..

Reply
avatar
11 Agustus 2013 pukul 13.09 delete

jadi intinya siapa yang melarang tahlilan?
Apakah islam sendiri apa janggan jangan pihak muhamadiyah yang sok pinter mempermasalahkan tahlilan yg hukumnya bernilay positif...
NU KERAS bro kalau ada yang ingin berbuat masalah,
tapi
NU RAMAH bila saling meghormati...
Ane sebagay warga NU AKAN menghormati muhamadiyah bila pihak muhamadiyah sendiri menghormati NU...
Terima kasih

Reply
avatar
12 Agustus 2013 pukul 06.24 delete

Rujukan saya AL-QUR'AN,saya membacanyya dan saya lupa pada surat apa.

Waktu itu sahabat nabi takbir/berzikir di atas gunung dengan suara yang lantang dan keras.maka Alloh menurunkan ayat tersebut.bahwa Alloh tidak tuli dan agar memelankan suara saat malam hari.

Itu maksudnya bahwa Alloh melarang.dan Alloh telah mengatakan dalam QUR'AN "ibadah yang menurut kalian baik,belum tentu di mata Alloh"

saya pribadi,akan beribadah berdasarkan AL-QURAN dan hadist.

Berdasarkan pesan Nabi sebelum beliau wafat,sepeninggal nabi Muhamad ajaran ini telah sempurna dan tidak perlu di tambah".

Saya sendiriahir dikeluarga NU,sehingga saya bisa menghargainya perbedaan ini.

Untuk pengajaran walisongo,insyaalloh beliau bisa mempertanggung jawabkannya di akhirat.karna itu cara dia mengislamkan orang" hindu waktu itu.

Sekian

Reply
avatar
12 Agustus 2013 pukul 06.31 delete

Semua orang keras mas,paling tidak bisa menghargai sesama muslim jika mereka mengingatkan.jadi di simak dulu apa kata" orang yang mengingatkan.
,muhamadiah saya kira tidak melarang,hanya saja mengatakan itu tidak ada tuntunanya.semua ibadah telah diatur dan tidak kurang sedikitpun.

Jika agama ini belum sempurna ajaranya,pasti Alloh masih menurunkan seorang Nabi

sekian

Reply
avatar
12 Agustus 2013 pukul 08.56 delete

Mungkin bukan protes mas bro,sesama muslim harus saling mengingatkan.

Alloh mengatakan dalam Al-QURAN ,saya membacanya waktu itu.kita dianjurkan menunaikan ibadah wajib(sholat 5 waktu),sodakoh, zikir(mengingat Alloh),zakat (semua yang berhubungan dengan zakat) dll.dan Alloh mengatakan didalam kitabNYA,,,jika ibada-ibadah tersebut(yg saya tulis diatas) masih kita rasa kurang,Alloh menyuruh kita sholat malam sebagai ibadah tambahan.

Itu sudah jelas,ibadah tambahan apa yg Alloh sendiri anjurkan untuk kita.jadi kita gx perlu membuat cara ibadah sendiri.

Perlu diingat bahwa "IBADAH YANG MENURUT KITA BAIK BELUM TENTU BAIK BAGI ALLOH"

Alloh memudahkan kita dalm beribadah,jadi tidak usah dipersulit.

Mudah"an Alloh memberkahi kita Aameen,,,

Reply
avatar
12 Agustus 2013 pukul 11.30 delete

ente bener deh bro,klw mw dpet pahala tambahan tu biasanya melalui yang sunah sunah,misal seperti kta ente sholat malat,nah gmana klau udah mati,kan tanggung jwb yg msk hidup mas bro ya trutama anak cucunya,untuk mendoakannya,ya bisa juga dngan mengadakan tahlilan,ya soal keterima gaknya doa kita kan apa kata allah,jadi kalaw ane ada kta2 ane yg salah itu smua krna ane sbg wrga NU MSH brpegang teguh yg sbg AGAMAKU. Wassalam

Reply
avatar
14 Agustus 2013 pukul 10.07 delete

@Mas arjuna,saya mengatakan di atas bukan berdasarkan ormas manapun.saya menulisnya berdasarkan perkataan Al-qur'an.

Ilmu Alloh dan NabiNya itu sangatlah sempurna.jadi tidak perlu di tambah".

Usia saya 30 thn,dan cukup 2 thn saya mengenal muhamadiah.sebenernya basik keluarga saya NU tp ikut"an.
Mengenal muhamadiah bukan berarti berkecimpung di dalamnya.tp sekedar mengenal pengajaran yg di ajarkan.setiap pembahasan apapun saya cari di Al-qur'an.bukan membaca arabnya,tp terjemah dan tafsir.itu yg membuka mata hati saya.

Jadi untuk memahami agama ini gx perlu kita berada didalam NU atau MUH.cukup kita ambil pengajaran yg sesuai akidah islam.

Saya teringat tulisan entah dari ulama mana yg kira" bunyinya ",,,islam akan menjadi asing di muka bumi"

dan saya pribadi menafsirkan kata" tersebut demikian.

Asing bukan berarti tidak dikenal nama Islam itu,yg asing adalah pelaksanaanya.maksudnya kita masih melihat orang" muslim beribadah solat,tapi pengamalan dr sunah"(sunah anjuran dan sunah larangan) Nabi Muhamad tidak tampak,karena sunah" tersebut tertutup oleh bid'ah yg telah berubah menjadi sunah.

Mf kalau kata" saya sngat sulit di mengerti,karna saya tidak pandai berbicara dan berkata" dll

Al-qur'an mengatakan ",,,segala perselisihan mengenai keagamaan,hendaklah kembali kepada Al-qur'an"

kurang lebihnya demikian,

Reply
avatar
18 Agustus 2013 pukul 15.50 delete

Mf mas,di acara tahlilan yg dipimpin seorang imam umumnya membaca ayat" Al-qur'an.dan umumnya juga dibaca secara bersama".

Tidakkah kita mengingat ayat Alloh yang mengatakan bahwa saat dibacakan Al-qur'an kepada kita hendaklah kita diam dan mendengarkan agar mendapat rahmat.lalu bagaimana acara tahlilan menyikapi ayat Alloh tersebut?

Reply
avatar
21 Agustus 2013 pukul 07.46 delete

Nabi memiliki beberapa anak, yang anak laki2 semua

meninggal sewaktu masih kecil. Anak-anak perempuan

beliau ada 4 termasuk Fatimah, hidup sampai

dewasa.
Ketika Nabi masih hidup, putra-putri beliau yg

meninggal tidak satupun di TAHLIL i, kl di do'akan

sudah pasti, karena mendo'akan orang tua,

mendo'akan anak, mendo'akan sesama muslim amalan

yg sangat mulia.

Ketika NABI wafat, tdk satu sahabatpun yg TAHLILAN

untuk NABI,
padahal ABU BAKAR adalah mertua NABI,
UMAR bin KHOTOB mertua NABI,
UTSMAN bin AFFAN menantu NABI 2 kali malahan,
ALI bin ABI THOLIB menantu NABI.
Apakah para sahabat BODOH....,
Apakah para sahabat menganggap NABI hewan....

(menurut kalimat sdr sebelah)
Apakah Utsman menantu yg durhaka.., mertua

meninggal gk di TAHLIL kan...
Apakah Ali bin Abi Tholib durhaka.., mertua

meninggal gk di TAHLIL kan....
Apakah mereka LUPA ada amalan yg sangat baik,

yaitu TAHLIL an koq NABI wafat tdk di TAHLIL i..

Semua Sahabat Nabi SAW yg jumlahnya RIBUAN,

Tabi'in dan Tabiut Tabi'in yg jumlahnya jauh lebih

banyak, ketika meninggal, tdk ada 1 pun yg

meninggal kemudian di TAHLIL kan.

cara mengurus jenazah sdh jelas caranya dalam

ISLAM, seperti yg di ajarkan dalam buku2 pelajaran

wajib dr SD - Perguruan tinggi. Termasuk juga tata

cara mendo'akan Orang tua yg meninggal dan tata

cara mendo'akan orang2 yg sdh meninggal dr kaum

muslimin.

Saudaraku semua..., sesama MUSLIM...
saya dulu suka TAHLIL an, tetapi sekarang tdk

pernah sy lakukan. Tetapi sy tdk pernah mengatakan

mereka yg tahlilan berati begini.. begitu dll.

Para tetangga awalnya kaget, beberapa dr mereka

berkata:" sak niki koq mboten nate ngrawuhi

TAHLILAN Gus.."
sy jawab dengan baik:"Kanjeng Nabi soho putro

putrinipun sedo nggih mboten di TAHLILI, tapi di

dongak ne, pas bar sholat, pas nganggur leyeh2,

lan sakben wedal sak saget e...? Jenengan Tahlilan

monggo..., sing penting ikhlas.., pun ngarep2

daharan e..."
mereka menjawab: "nggih Gus...".

sy pernah bincang-bincang dg kyai di kampung saya,

sy tanya, apa sebenarnya hukum TAHLIL an..?
Dia jawab Sunnah.., tdk wajib.
sy tanya lagi, apakah sdh pernah disampaikan

kepada msyarakat, bahwa TAHLILAN sunnah, tdk

wajib...??
dia jawab gk berani menyampaikan..., takut timbul

masalah...
setelah bincang2 lama, sy katakan.., Jenengan

tetap TAHLIl an silahkan, tp cobak saja

disampaikan hukum asli TAHLIL an..., sehingga

nanti kita di akhirat tdk dianggap menyembunyikan

ILMU, karena takut kehilangan anggota.., wibawa

dll.

Untuk para Kyai..., sy yg miskin ilmu ini,

berharap besar pada Jenengan semua...., TAHLIL an

silahkan kl menurut Jenengan itu baik, tp sholat

santri harus dinomor satukan..
sy sering kunjung2 ke MASJID yg ada pondoknya.

tentu sebagai musafir saja, rata2 sholat jama'ah

nya menyedihkan.
shaf nya gk rapat, antar jama'ah berjauhan, dan

Imam rata2 gk peduli.
selama sy kunjung2 ke Masjid2 yg ada pondoknya,

Imam datang langsung Takbir, gk peduli tentang

shaf...

Untuk saudara2 salafi..., jangan terlalu keras

dalam berpendapat...
dari kenyataan yg sy liat, saudara2 salfi memang

lebih konsisten.., terutama dalam sholat.., wabil

khusus sholat jama'ah...
tapi bukan berati kita meremehkan yg lain.., kita

do'akan saja yg baik...
siapa tau Alloh SWT memahamkan sudara2 kita kepada

sunnah shahihah dengan lantaran Do'a kita....

demikian uneg2 saya, mohon maaf kl ada yg tdk

berkenan...
semoga Alloh membawa Ummat Islam ini kembali ke

jaman kejayaan Islam di jaman Nabi..., jaman

Sahabat.., Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in
Amin ya Robbal Alamin

Reply
avatar
25 Agustus 2013 pukul 17.06 delete Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
avatar
12 September 2013 pukul 20.51 delete

Assalamu alaikum ..
Kalau Sekalian pembaca ada yg masih bingung dengan perbedaan tersebut diatas, itu menandakan kedangkalan ilmu Agamanya.
Maka agar tidak bingung, sebaiknya mengaji/berguru kpda Ulama/Kyai/ ke pondok pesantren yg terpercaya atau Guru yg Mursyid.
Insya Allah dan semoga ga ada kebingungan lagi dan akan bisa memahami dan yaqin thd suatu amalan yg dilakukannya, karena sudah tau ilmunya.
Maka solusi buat yg kebingungan adalah : NGAJI / BERGURU kpd Ulama/Kyai Yg lebih tahu Ilmunya.

Ulama adallah pewaris Nabi.

Jangan sekali2 meninggalkan Ulama.

Karena rusaknya Ummat Islam adalah karena meninggalkan Ulama dan mengejar dunia.

WALLAHU 'ALAM

Assalamu alaikum...

Reply
avatar
14 September 2013 pukul 10.22 delete

Orang tua NU tapi anak2 termasuk aku besar dipendidikan Muhammadiyah,2pedoman besar antara NU dn Muhammadiyah dpt aku pahami..klu kita mendiskreditkan/mnyalahkan pemahaman ke 2 organisasi ini aku rasa kurang bijak..intinya ambil titik tengah dlm pemahaman ini..tetap pegang teguh tali silahturahmi tanpa memandang kultur,budaya dn organisasinya apa dia NU atau Muhammadiyah.."Orang yg benar adalah orang yg mnjalankan perintah-Nya dn menjauhi lararangan-Nya"

Reply
avatar
4 Oktober 2013 pukul 09.19 delete

Keyakinan tidak bisa dipaksakan dengan cara apapun sekalipun nyawa taruhannya...sekedar bertukar pikiran atau berdikusi boleh2 saja asalkan tidak saling menjelek2an atau menyalahkan. Satu contoh yg pasti saja, kita sesama umat muslim tahu kalau tidak menyembah Allah itu syirik dan kekal di neraka , tapi apakah umat agama lain serta merta bisa menerima kebenaran bahwa tiada Tuhan kecuali Allah SWT ? Tunjukkan bahwa kita umat muslim itu rahmatan lil 'alamiin , cinta perdamaian , menghormati sesama makhluk Allah, ajaran2 Islam itu baik dan benar dari sisi moral dan ilmu pengetahuan, Insya Allah Islam itu menarik untuk dipelajari kaum non muslim.
Apabila kaum muslim saling bermusuhan atau bahkan saling berperang ( seperti yg terjadi di Timur tengah) ... siapa lagi yang akan mengambil keuntungan ?

Reply
avatar
4 Oktober 2013 pukul 21.23 delete

Bagi yg muhammaddiyah pendapat mereka yg benar
Bagi yg NU pendapat merekalah yg benar.
Sy bukan lah seorg yg dlm pengetahuannya dlm agama islam.
Bagi sy ALLAH itu maha pengasih&penyayang.
Siapa yg ikhlas meminta pd ALLAH SWT niscaya akan dikabulkan permintaannya.
Minta yg buruk blsn mndptkn yg buruk
Minta yg baik niscaya mndptkn blsan yg baik.
Selagi kt meminta pd ALLAH untuk kebaikan bukanlah termasuk perbuatan dosa.

Reply
avatar
20 Desember 2013 pukul 16.31 delete

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Saya mau sedikit nimbrung... barangkali pemikiran saya ada manfaatnya. Tapi kalau ternyata apa yang saya katakan salah, gak usah dianggap/dipakai... buang aja jauh-jauh...
Terjadinya persoalan-persoalan seperti ini, khususnya antara NU dan Muhammadiyah (atau organisasi lain), menurut saya kok lebih karena masing-masing terlalu fanatik dengan organisasi/kelompoknya. Bahkan sekarang ini sudah cenderung asal tidak sama.
Perbedaan dalam islam itukan mestinya menjadi rahmat, bukan sumber perpecahan. Dan rahmat itu hanya bisa didapatkan jika mau mengikuti nasehat Rasulullah SAW, yaitu masing-masing hanya menyandarkan diri kepada Al Qur'an dan As Sunnah.
Pada awalnya barangkali kelompok yang satu berniat menasihati/meluruskan amalan kelompok lain yang dianggapnya salah. Namun karena caranya salah, justru yang terjadi tidak seperti yang diharapkan.
Jika niatnya menasihati/meluruskan, mestinya tidak dilakukan di forum terbuka, atau di rapat-rapat besar kelompoknya sendiri, yang justru berakibat kelompok lain merasa disalahkan dan direndahkan. Kalau memang berniat tulus memberi nasihat, kenapa tidak datang langsung menemui tokoh dari kelompok yang hendak di nasehati/diingatkan. Berbicara empat mata sebagai kolega dan saudara seiman, insyaAllah hasilnya akan benar-benar menjadi rahmat, karena sebagai tokoh/ulama besar Islam pasti keduanya akan menyandarkan diri kepada Al Qur'an dan As Sunnah.
Jika keduanya tidak mencapai kata sepakat, maka tidak ada yang dipermalukan/disalahkan, karena hanya mereka berdua yang tahu isi dan jalannya pembicaraan, dan itu menjadi rahasia mereka berdua. Sebaliknya jika diperoleh kata sepakat, masing-masing bisa mneyampaikan kepada anggota kelompoknya hasil diskusi mereka berdua.
Melihat banyaknya diskusi untuk persoalan seperti ini yang diunggah di dunia maya, saya pesimis bakal menghasilkan titik temu. Yang terjadi justru makin memperlebar perbedaan dan pertentangan, bahkan bukan tidak mungkin malah memicu kebencian satu sama lain. Ini akibat, diskusi dilakukan secara terbuka dengan masing-masing tokoh membawa pasukan yang siap "berperang". Di hadapan banyak orang masing-masing tokoh pasti tidak mau dipersalahkan dan dipermalukan. Pengikutnya pun tidak mau jika kelompoknya terlihat salah atau kalah.
Jadi jika ingin perbedaan menjadi rahmat, berpeganglah kepada Al Qur'an dan As Sunnah dengan hati yang ikhlas, tanpa membawa niat untuk menjatuhkan lawan diskusi.
Maaf jika ada yang salah dari tulisan saya ini. Yang salah pasti dari diri saya sendiri, dan yang benar pasti dari Allah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Reply
avatar
6 Januari 2014 pukul 12.21 delete

TUNTUNAN DARI WARGA
1. Bacaan Alfatihah pada sholat sebaiknya tetap mengucapkan Bassmallah (ucapan Bassmallah bukan lirih atau dibatin) alasannya : karena manusia tempatnya lupa, diberitahu saja lupa, sehingga menghindari kelupaan diri sebainya diucapkan, terutama bagai para imam sholat.

2. Salam agar dibaca lengkap “Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh” bukan hanya Assalamu’alaikum atau Assalamu’alaikum warohmatullah, alasannya karena itu doa yang baik, dibaca lengkap akan lebih baik.

3. Sholat tahiyatul masjid tidak perlu menunggu adzan selesai, seperti yang terjadi pada sholat jum’at sering kita temui berdiri menunggu adzan selesai baru sholat tahiyatul masjid. Alasannya karena masuk masjid diawali dengan sholat tahiyatul masjid, kecuali menunggu adzan berdiri di luar masjid, itu lebih tepat.

4. Sesudah sholat tidak perlu bersalaman, karena setelah sholat saatnya untuk berdoa. Kalaupun terpaksa bersalaman yang penting jangan menyentuh mengajak bersalaman pada orang yang sedang berdoa. Itu sangat mengganggu konsentrasi doa, itu berdosa.

5. Niat sholat tidak perlu diucapkan, cukup di dalam hati. Dan niat dalam hati Allah sudah mengetahui.

6. Pada saat Sholat Subuh tidak perlu qunut karena tidak dalam keadaan perang secara fisik.

7. Tahillan untuk orang mati tidak ada. Yang ada tahlil diri sendiri untuk beribadah, mendekatkan diri semata-mata kepada Allah dan insya Allah bisa membersihkan diri dari unsur dunia.

8. Mendoakan orang mati cukup melafalkan Khususon Arwahi (sebut namanya yang meninggal……. Allahuma firlahu warhamhu dst… untuk jenazah pria, Allahuma firlaha dst… untuk wanita. Diucapkan berkali-kali seikhlasnya. Jika orangtua sendiri ditambah Allahuma firli wali walidaya warham huma kama robbayani sohiro berkali-kali seiklasnya. Sebaiknya dilakukan setiap selesai sholat, bisa ditambah sepuluh hari sekali, sebulan sekali dll.

9. Tolong buatkan format urut2-an mendoakan orang yang sudah mati, yang benar. Tidak seperti tahlilan di kampung-kampung.

Reply
avatar
8 Januari 2014 pukul 00.29 delete

Marilah kita sebagai orang islam bersatu, berlomba-lomba lah dalam kebaikan. apapun itu bentuknya dirasa baik maka akan baiklah yang kita lakukan.. jangan menyalahkan apapun bila itu dirasa baik.. Allah akan senang kepada orang yang selalu menyebut namanya..

Reply
avatar
8 Februari 2014 pukul 10.03 delete

yang gak setuju dgn amalan orng nu silahkan datang dan tanya langsung kpda ulama nu supaya lebih faham.

Reply
avatar
9 Februari 2014 pukul 12.14 delete

Sewaktu jaman perang, nabi Muhammad tidak melakukan tahlilan untuk jenasah2 para syuhada yg gugur. Begitu pula sebaiknya kita jg begitu. Ada yg satu yang penting akan saya sampaikan: Daripada tahlilan, wajibnya selama kita masih hidup, kita lakukan pengajian bersama MEMBACA QURAN bergilir dari rumah ke rumah yg lain. Dlm pengajian tsb sisipkan doa2 yg saling mendoakan antara yg masih hidup. Agar dlm hidup selalu diberi hidayah Allah Swt dan diringankan dosanya setelah mati nanti. Ini wajib terus menerus dilakukan hingga kita mati. Ini jelas sesuai dgn tuntunan nabi. Doa-doa selama kita hidup tsb utk bekal kita hidup dan setelah mati. Daripada tahlilan yg prakteknya cuman ngumpul2, gak baca Quran, malah main kartu remi, bikin susah yg punya rumah. Logikanya adalah: selama hidup saja dia gak pernah baca Quran, begitu dia mati malah ditahlilin terus-terusan. Apa manfaatnya? Dunia gak dapet, akhirat jg gak dapet apa2. Mari kita luruskan.

Reply
avatar
16 Februari 2014 pukul 23.42 delete

Alhamdulillah, ada juga yang saya suka pendapatnya

Reply
avatar
12 Maret 2014 pukul 08.44 delete

Muhammadiyah itu dulu, ketika zaman nya pendirinya KH ahmad dahlan, ternyata praktek amaliah ibadahnya sama dengan NU...sholat subuh pake qunut, tarowih 23 rekaat, menyebut nabi muhammad dalam sholat juga pake sayyidi...silahkan baca sendiri buku fikih tersebut....https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/sejarah-awal-muhammadiyah-yang-terlupakan/494673400617330

Reply
avatar
12 Maret 2014 pukul 10.27 delete

Derajat manusia di hadapan Allah sama.Yang penting kuncinya adalah Tauhid yang bnar (mengesakan Tuhan) dan tidak perlu perantara/tawasul karena umat Islam sudah berjanji bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Hanya kepadaMu menyembah dan minta pertolongan. Karena itu buktikan. bahwa umat Islam tidak memuja, tidak minta tolong para wali, para nabi apalagi sosok-sosok ciptaan Tuhan, karena yang dibutuhkan pertolongan dari Tuhan.

Reply
avatar
13 Maret 2014 pukul 13.21 delete

@Bang Mawar : aduh.. gak ngerti apa-apa ikut2 komentar -__-

Reply
avatar
3 April 2014 pukul 10.10 delete

Memang perbedaan Muhammadiyah dengan NU sangat mendasar.Kita perlu mempelajarinya baik secara diskusi maupun baca buku agama tentang perbedaan.Apalagi kita yang sudah usia magrib.contoh kongkrit aja gimana kita melakukan sholat ikut imam di makkah atau madinah.dan bagaimana merekah menangani jenazah.dan kapan mereka sholat id Makkah kalau gak salah perbedaan hanya 4 jam dengan indonesia 'mari kita pedomani cara2 IBADAH DI MAKKAH WAKTU KITA HAJI.demikian ajakan kami.semoga kita tidak ter masuk orang yang musyrikin.amin ya rabbal alamin

Reply
avatar
17 Oktober 2014 pukul 15.25 delete

Kewajiban kita adalah bukan hanya sekedar berkata ini semua baik, ini semua ada alasannya. Namun jika kita ingin menjadi islam secara sempurna, hendaknya tetap belajar. Utk apa belajar, supaya mengetahui mana yg benar dan mana yg salah. Saya tidak memihak salah satu NU ataupun Muhammadiyah namun ada baiknya kita pelajari pendapat keduanya. Dari hasil pembelajaran tersebut hendaknya kita bisa menarik kesimpulan dan kemudian melaksanakannya namun bukan untuk menyalahkannya.

Reply
avatar
6 Januari 2015 pukul 09.23 delete

Terima kasih atas perjuangannya untuk mencerdaskan bangsa!, sangat intelek, adil tidak memihak, Semua kembali kepada pembaca, Karena kedua-duanya memiliki dasar -dasar dan dalil yang insyaallah dapat dipertanggungjwabkan!, silakan di jalankan mana yang diyakini! yang penting kesamaan diantara keduanya adalah... ALLAH al-Haq, Laa ilaha Illa Allah, Muhammadarrosuulullah. Allahu Akbar walillahilhamdu

Reply
avatar
Anonim
8 Maret 2015 pukul 19.28 delete

@tirta sukendi ; iki maneh wong edan nmbah siji,,.,. klo misalnya anda sedang sakit apakah gk pernah ke dokter?? lgsung mnta bntuan sma Allah SWT gitu?? ataw misalnya nih y anda kecebur kali trus gk bisa berenang sementara dstu ada bnyak orang mau nolongin lalu anda bilang " maaf derajat manusia itu sma saya gk btuh bntuan anda sya hanya nunggu pertolongan dari Allah!!!" yo keburu kelelep dirimu blok goblok,.,., maaf sebelumnya,,.,

Reply
avatar
20 April 2015 pukul 00.06 delete

Perdebatan Di Perbolehkan Dalam Islam, Tetapi Bukan Untuk Permusuhan, Melainkan Untuk Menambah Wawasan.. Bisa Dilihat Di Sejarah Islam.. Pada Jaman Nabi Muhammad Banyak Para Kaum Nabi yang Berdebat Tentang Islam.. Maka Menurut ANA Kalo berdebat Untuk Kebaikan Sah Sah Aja broo!!! Sollu Alla Muhammad!

Reply
avatar
26 April 2015 pukul 22.14 delete

mbokya kalo membantah itu jangan kayak anak kecil..... hanya faham segitu aja dah kowar2....... coba kaji lagi asbabul wurud dan juga asbabun nuzulnya, kalo blum faham ya harus dengan panduan seo rang ulama. jangan hanya otodidak, apalagi punya pikiran asal bisa baca. asal kalian tahu, belajar tanpa dipandu guru yang ahlinya itu hukumnya gmn????

Reply
avatar
15 Mei 2015 pukul 20.55 delete

saya lebih cenderung tertarik pada pendapat Muhamadiyah .... melaksanakan agama sesua yang sudah dicontihkan oleh nabi Muhammad karen beliau Uswatun Hasanah...orang yang paling semporna diantara manusia

Reply
avatar
27 Mei 2015 pukul 22.46 delete

apakah Organisasi Muhammadiyah didirikan, ada perintah langsung dari Rosul ?...alias ada hadisnya. /Qur'annya. Tidak ada... maka Muhammadiyah termasuk organisasi Bid'ah...yang dolalah. teresat...dan semua produk hukumnya jadi dolalah semua....wa'tasimu bimuhammadiyyahi jami'a wala Tafarroqu...tidak ada dalam Al Qur'an.

Reply
avatar
31 Mei 2015 pukul 13.44 delete

kitab al-qur'an allah swt. dan sunnah rosullullah saw.

Reply
avatar
31 Mei 2015 pukul 13.55 delete

assalamualaikum wr.wb
wahai sodaraku yg seiman.
maaf sebelumnya.. namun saya rasa yang di maksud tirta sukendi bukan seperti apa yang anda fikirkan. yang saya tangkap maksud dari perkatanyaannya ialah.. kalo beribadah itu langsung kepada allah swt. tidak melalui perantara yg lain"nya. nah kalo misalnua dapat musibah or semacamnya.. yah tetap minta bantuan kepada orang lain. namum kalo kaya berdoa, beribadah, dll. itu langsung kepada allah swt.
itu sih yang saya tangkap. kalo ada salah kata sy mohon maaf sebelumnya. hanya memberi saran kepada sesama saudara muslim :-)

Reply
avatar
8 Juni 2015 pukul 21.10 delete

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.
Semalem ane belajar di kajian KRSB Kitab Ringkasan Shahih Bukhori.
Ane bertanya pada Ustadz, tentang penjelasan hadist yang Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia telah mati, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, dan anak saleh yang mendoakannya.” [HR. Muslim]
Jawaban beliau yang saya pahami / menurut pemahaman saya:
Anak adalah hasil jerih payah orang tua, kedua orang tua sudah banyak mengeluarkan harta, pikiran, tenaga, waktu untuk anak2nya. Apa yang orang tua kita keluarkan/lakukan/korbankan berupa harta untuk anak2nya adalah termasuk sedekah jariyah, misal untuk makan sehari2, sekolah, berobat dll, dan apa yang ortu kita ajarkan kepada kita dalam hal kebaikan adalah ilmu yang bermanfaat, oleh karena itu setiap amal sholeh yang dikerjakan oleh anak, maka ortu akan mendapatkan bagian pahala. Semua amal sholeh, baik yang berupa ibadah muamalah maupun ibadah mahdoh.
Jika anak membaca Al Qur’an, surat apapun dari semua surat didalam Al Qurr’an, tidak harus QS Yasin atau Al Fatihah, maka ortu akan mendapat bagian pahala dari membaca Al Qur’an itu, walaupun, sekalipun tidak diniatkan untuk mengirim pahala bacaan membaca Al Qur’an. Bahkan tidak perlu diniatkan untuk mengirim pahala bacaan atau menghadiahkan bacaan Al Qur’an, karena otomatis orang tua akan mendapat bagian pahala dari membaca Al Qur’an yang dilakukan oleh anaknya.
Dst, dst, dst
Demikian bro apa yang ane ketahui, semoga bermanfaat, jika ada salah ane mohon maaf.
Warga Muhammadiyah & NU adalah sesama umat Islam, bagaikan satu tubuh. Masak satu tubuh akan saling menyakiti, bunuh diri dong namanya, hehehehe intermezo...
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Reply
avatar
13 Juni 2015 pukul 22.08 delete

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.
Ikhawanul Muslimin yang dirahmati Alloh SWT, Yang perlu diingat bahwa Hukum Tahlil Adalah Mubah , Tapi Bacaan Apapun yang ada didalamnya Insyaalloh akan mendapat pahala, kalaupun tidak mendapat pahala, Minimal kita sudah berniat dan beramal baik. Tarima kasih. Tsummasalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Reply
avatar
27 Juni 2015 pukul 09.59 delete

Harta siapapun boleh,,, karena haul juga merupakan kesunnahan,, yang penting halalan thoyyiba.... terimakasih

Reply
avatar
27 Juni 2015 pukul 10.03 delete

sandy_ semoga orang-orang seperti itu segera memperoleh hidayah oleh Allah SWT.... aamiin

Reply
avatar
27 Juni 2015 pukul 10.16 delete

arjuna E_ setuju.....
iyya agama kita sudah sempurna,,, namun orang"nya yang tidak bisa diajak untuk mendekati titik kesempurnaan,,, tidak ada manusia yng sempurna akhlaknya melainkan Nabi Muhammad shallallahu"alaihi wasallam.

pda dasarnya semuanya mengajarkan kebaikan,, namun tokoh"nya yang sok"an, memang mas bro, itu tidak dituntun oleh kanjeng nabi langsung,,, namun itu merupakan tradisi dari leluhur yang didalamnya disi dengan amalan" islami..

sekian.terimakasih. kita semua bersaudara.

Reply
avatar
27 Juni 2015 pukul 10.22 delete

iya mas bro... sedikit membenarkan,, kalau ibadah,,,, itu semuanya pasti dalam hal kebaikan,, karena langsung ditujukan kepada allah ... tapi kalau amalan,, itu bisa dikatakan sperti yang anda katakan,,,


masalah para walisongo... anda hanya menganggap remeh, dengan bilang "cara dia mengislamkan orang" hindu atau budha"
apa anda pernah berpikir sejenak, jika allah tidak mengirimkan utusannya (walisongo) apa anda yakin pada detik ini anda dalam keadan islam,,, orng tua anda islam dst. . .

semuanya melalui wasilah/lantaran mas brooo,,,

sekian,terimakasih

Reply
avatar
23 September 2015 pukul 06.28 delete

agama ku ISLAM.
BUKAN ORGANISASI ISLAM. hati2,pikirkan,musuh dlm selimut!!
trik perang paling umum adalah menghancurkan dr dalam.

Reply
avatar
5 Oktober 2015 pukul 19.39 delete

Maaf, mas adat atau tradisi bukan masalah khilafiyah. Dalil tahlilan terlalu ngambang dan terlalu dipaksakan tafsiran. Mohon maaf, nuwun sewu. Ibadah itu kan sifatnya universal misalnya sholat subuh, dhuhur sama jumlah rakaat dan ketentuan waktu. Haji juga sama. Mengapa Tahlilan/yasinan tidak semua melakukan. Di Saudi, Qatar, Kuwait, Mesit, dan negara islam lainnya kecuali Indonesia dan negara serumpun.
Mohon penjelasannya dalam artikel baru.

Terima Kasih

Reply
avatar
20 Oktober 2015 pukul 20.18 delete

Bapak2 dan Mas2 serta saudara saudari Muslim tercinta
Disisni saya mau tanya sedikit dan tolong pencerahannya...
Saya tinggal disebuah kampung diereng Merapi Jawa tengah, dikampung saya maslah adat istiadat dan kegotong royongan sdh tak diragukan lagi apalagi masalah kerukunan dan toleransi antar umat beragama, Nah yg jadi pertanyaan saya, belum lama ini dikampung saya ada orang yg meninggal dunia, dalam hal ini (simeninggal bukan Muslim)tetapi oleh keluarganya yg muslim diadakan juga tahlilan dgn membaca Yassin dan semua doa2 dalam umumnya acara tahlilan, nah saya ingin tanya bagaimana ha yg demikian itu hukumnya? bagaimana pula yg ikut membaca doa dlm tahlilan tsb, krn si meninggal bukanlah Muslim?....padahal diantara pembaca/yg ikut dlm tahlil itu jelas org yg mengerti adab dlm hukum islam (katkanlah seorang Imam)...bagaimana pula dgn "LakumdiNukum Waliyadin"?.....saya bener2 ingin tau knp hal ini bisa terjadi?...
Mohon maaf bila ada kata2 yg kurang berkenan, akhirulkata saya ucapkan Wassalamualaikum Warrohmatullah wabarokatuh...

Reply
avatar
1 April 2016 pukul 12.50 delete

kalau menurut saya
yang penting beriman kepada Allah,tetap menjalankan perintahNYA, jauhi segala larangannya, dan semua itu lakukanlah dengan ikhlas, karena perbedaan akan selalu ada dan sudah menjadi taqdir untuk berbeda contohnya ada barat ada timur ada atas dan ada bawah itu menandakan perbedaan, namun semua adalah ciptaan Allah dan kekuasaan Allah dan itu juga merupakan sumber untuk kita akan keimanan kita pada Allah, kalau untuk debat semacam ini bagiku hanya emosi yang semua tak ada ujungnya lebih khusukan diri untuk bermunajab kepada Allah atas dosa dosa kita, dan yang terpenting hal baik pasti menuai kebaikan itu menurut aku, dan lagi kalau semua orang di sini memang benar tak perlu kita sombongkan,kalau di sini semuanya berilmu tinggi juga tak perlu kita pamerkan, memberi ilmu tak harus berkoar dengan menyebut sana jelek sini bagus sana bagus sini jelek, bagi orang terpelajar sudah bisa memahami semua kebenaran tanpa harus di perdebatkan, bagiku perdebatan semacam ini menujukkan kebodohan kita, dan solusinya jalankan menurut ajaran anda masing masing yang menurut pemikiaran anda benar, dan semuanya adalah milik Allah semata tanpa terkecuali,itu menurut pandangan saya.
yang kedua :
bila ini hanya untuk perdebatan semata aku kira yang menulis coment coment di atas juga belum pernah pergi ke akhirat, semua masih berada di dunia, kalau emang pernah pergi ke akhirat pasti anggapan anda benar karena anda pernah mengalami, maka dari itu entah tulisan anda panjang lebar atau penuh beranda kalau anda belum mengalami pergi ke akhirt semua masih bisa terbantahkan dan juga tak akn bisa kita ketahuai kebenarannya,.dan kemabli lagi "BAHWA SEMUA INI ADALAH MILIK ALLAH DAN KEBNRAN JUGA MILIK ALLAH MAKA AKAN KEMBALI PULA KEPADA ALLAH"
dan tentunya WALLAHUALAM BISHAWAB
sekian terima kasih

Reply
avatar
5 Mei 2016 pukul 23.08 delete

Sedekah terbaik adalah sedekah di waktu susah , walau ada yang membalikkan kalimatnya sehingga berbunyi
" wong sedang susah kok sedekah ?? "
Saya bersaksi bahwa ketika ada perjamuan makan pada hari duka cita maka keluarga si mayit tidak tahu menahu ,
Yang masak – masak itu tetangga dan kerabatnya ... masa sedang sedih masak – masak ??? gila kaleee,,,???
sedangkan di hari berikutnya kemudian tahlilan ( di daerah saya namanya sedekah tapi sekarang namanya sudah mulai berubah menjadi “ tahlilan “) .
Pahala sedekah itu jelas sampai kepada si mayit ( harus berfikir positif – perkara tidak sampai itu gak masalah toh masih ada pahala sedekah ) .
Di dalam tahlilan jamaah berdo’a untuk keselamatan si mayit dan untuk ahli warisnya serta untuk seluruh kaum muslimin . Walaupun yang di do’akan itu bukan orang tuanya atau anaknya ...

emang gak sampai do’anya ???

Lha kalau gak sampai untuk apa Nabi mengajarkan sholat jenazah ?
untuk apa Nabi mengajarkan salam ketika kita masuk ke area makam ?
untuk apa Nabi mendoakan pamannya ( Abu Thalib ) ?
hingga karena pamannya belum menjadi muslim ( menurut sebagian ulama , ada juga yang menganggap Abu Thalib telah bersahadat sebelum meninggal ) maka Abu Thalib tetap masuk neraka tapi Neraka yang paling ringan , Abu Thalib hanya di kenakan sendal ( terompah ) dari api neraka , dalam banyak hadits , Seseorang yang masuk neraka yang paling ringan maka suatu saat akan di masukkan ke Surga .. ( sekali lagi kita harus berprasangka baik ).

Reply
avatar
5 Mei 2016 pukul 23.24 delete

Jika menganggap ritual itu hanya ada di Indonesia maka lihatlah di dalam sinetron Turki “ Sehrazat “ , disana ada Tahlilan , demikian pula di Arab Saudi bagian Barat , apalagi di wilayah Iran – Irak , Yaman , Suriah dll .
Apakah di disana ada Hindu - Budha ???
Salah satu buku berbahasa Jawa karangan Ronggo Warsito ( yang merupakan cicit murid sudan Kalijogo ) menerangkan hadits tentang keadaan mayit di hari pertama dikuburkan , keadaan hari ke 3 , hari ke 7 , hari ke 40 hingga hari ke satu tahun , dua tahun dan ke 3 tahun atau hari ke -1000 .

Dari kondisi mayit yang mengelupas kulitnya pada hari ke 7 oleh Sunan Kalijogo dilambangkan dgn ayam ingkung yang di kelupas kulitnya , kondisi jenazah pada hari ke 40 yang sudah belatungan ( dilambangkan dgn nasi kuning yang dibuyarkan ) , hingga keadaan hancur serupa dengan tanah tinggal tulang belulang pada hari ke 1000 , kesemuanya di jelaskan dengan hadits yang derajatnya minimal hasan dan kemudian agar orang lebih mudah mengingat pelajaran ini maka kemudian di lambangkan dalam bentuk makanan ataupun permisalan lainnya . ( terus terang saya sendiri pernah membaca buku tersebut ).

Jika kebetulan harinya sama dengan orang Hindu Budha maka itu kebetulan , dan jika anda yang menjadi sunan Kalijogo kemudian menjumpai ritual agama lain sama hari atau tanggalnya dengan pelajaran dari hadits maka itu sebuah keberuntungan , tidak usah mengubah harinya .

Jika anda berkunjung ke musium Ronggo Warsito dan membaca buku tersebut mungkin anda baru percaya , namun buku tersebut berbahasa jawa .

Cara dakwah sunan kalijaga ini tentunya berdasarkan keilmuan yang bersumber dari Rosulullah .

Reply
avatar
5 Mei 2016 pukul 23.26 delete

Nabi Muhammad juga mengambil beberapa tata cara ibadah dari agama lain seperti puasa Asyura ( puasa Asyura ditujukan untuk memperingati hari bebasnya Nabi Musa dari kejaran Firaun ) . Puasa Asyura adalah ritual orang Yahudi yang kemudian Nabi memerintahkan umat Islam untuk melakukan puasa Asyura juga bahkan harinya di tambah menjadi tanggal 9 dan 10 Muharam .

Islam agama yang sangat toleran , sehingga budaya dari luar Islam pun boleh di jalankan , contohnya : penggunaan Tasbih , Sarung , Peci , Pengobatan Bekam / hijama , Mimbar kutbah , Madu , Rukyah , Penanggalan ( Penanggalan Hijriah dulu adalah penanggalan Bangsa Arab ) .

Islam juga mengalami perbaikkan dari masa ke masa , selama sesuai dengan Alqur’an dan Hadits maka itu tidak mengapa bahkan berpahala , contohnya :
- Pengangkatan Khalifah yang berganti caranya ( Abu Bakar di pilih oleh perwakilan sahabat , Umar bin Khattab dipilih lewat penunjukkan , Utsman bin Affan di pilih oleh 4 orang tapi kemudian imbang dan kemudian Abd Ar-Rahman bin Auf yang menentukkannya dan dia memilih Utsman bin Affan ), Khalifah Ali di pilih secara aklamasi oleh semua kelompok yang ada .
- Pengumpulan Ayat Qur’an menjadi sebuah kitab yang dinamakan Al-Qur’an yang di sahkan pada masa Khalifah ke 3 ( Utsman bin Affan )
- Di ubahnya Shalat Tarawih yang sebelumnya sendiri –sendiri menjadi Shalat Tarwih berjama’ah .
- Dihapuskannya Nikah Mut’ah oleh Kalifah Umar , walau ada pihak lain yang tidak setuju dan melakukan .
- Khotbah Jum’at di ubah menjadi dua kali ( pada masa Khalifah Umar ) .
- Perubahan Tata cara Pembagian Harta rampasan perang oleh Khalifah Ali ( sebelumnya pembesar dapat yang besar , kemudian dirubah dan dibagi secara merata . )
- Perbaikkan tata cara perpajakkan dan Zakat yang adil .

Banyak sekali hal lain menyangkut masalah Bid’ah Hasanah dalam menjalankan Agama Islam .

Memang bahwa Islam adalah Agama yang paling sempurna di antara tingkatan sempurna bagi agama lain , tapi Kesempurnaan Hanya milik ALLAH SWT , bukan pada makhluk ciptaanNYA , termasuk Islam juga tidak sempurna , tapi terbaik atau paling sempurna diantara yang agama lainnya .

Reply
avatar
16 Juni 2016 pukul 23.37 delete

Rasulullah saw dilahirkan untuk memberantas tradisi atau kebiasaan masyarakat arab yang pada waktu itu.. jadi kesimpulannya sudah jelas menurut saya

Reply
avatar
12 September 2016 pukul 14.30 delete

maaf klo agak sedikit nyeleneh setahu saya sih selain orang yang beragama islam tidak ada yg bisa masuk surga walaupun dia beramal setinggi gunung dan bersedekah seluas lautan selagi dia belum mengucapkan syahadat

Reply
avatar
25 September 2016 pukul 19.39 delete

Di desa saya stiap ada yg mninggl pst sll ada taliln, tp mskipun disini trkadang ada yg gk ngasih jamuan sama skali krn kluarga yg mninggl org tak mampu tp warga msh ttp aktif hadir smp hr ke 7, mnurt sy tahliln sngt positif, slain bs berdzikir jg bs berkumpul brtmu dgn para ttangga mempererat prsaudaraan ,dan sbgai ungkapan turut berbela sungkawa, jg sbagai pengingat klo kt jg nnti PASTI akan mati,sm sperti halnya si mayyit, soal diksh mknn atau tidak itu bukan poin pnting krn disini mskipun tidak dikshpun warga ttp dtang dgn sukarela,
Itu cm mnurt yg sy rasakn aja lho ya bukane memihak,

Reply
avatar
26 September 2016 pukul 14.00 delete

Assalammu'alaikum wr wb .
Pendapat saya : Antara Adat dan Syariah itu beda .
Nabi tidak memberantas 100 % Adat Arab ,
Hanya adat-adat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami saja yang di berantas .
Adat-adat yang tidak berseberangan dengan nilai-nilai Islami tetap diberlakukan , bahkan di sesuaikan dengan nilai Islami .
Contohnya : Puasa Asyura, Cara menikahkan , Adat ritual kelahiran bayi , Adat berpakaian , adat pengobatan bekam , Adat pemerintahan , cara berperang , dll .

Kita melakukan upacara hari senin , penghormatan kepada bendera merah putih, pembacaan Pancasila , Menikahkan pasangan ,Pakaian adat,,, setiap Negara dan setiap daerah berbeda-beda .

Apakah ada cerita atau hadits yang isinya menceritakan tentang Nabi ataukah sahabat yang memberantas adat yang sejalan dengan syariat ???

Mendoakan Mayit adalah adat Jawa .
Bersedekah diwaktu susah adalah Adat Jawa .
Memilih hari dalam melaksanakan doa bersama adalah Adat Jawa
Berpesta judi dan sabung ayam ketika ada hajat adalah Adat Jawa

Nah ,, Para wali di Jawa yang mesih keturunan Nabi memilihkan mana-mana saja Adat yang sesuai dengan Syariat Islam , jika ada yang tidak sejalan maka tidak dipakai atau diganti .

Hanya Alloh Yang Maha Tahu kebenarannya








Reply
avatar
8 Februari 2017 pukul 01.16 delete

Banyak jalan menuju ISLAM.
Hidup NU & Muhammadiyah !!!!
Islam Nusantara & Islam berkemajuan!!!

Reply
avatar
30 Maret 2018 pukul 18.56 delete

saya sangat apresiasi perbedaan keduanya MD & NU tapi saya lebih condong ke sudut pandang MD (muhammadiyah) sangat logis & pas

Reply
avatar