Judul buku: Dahsyatnya Doa Orang Tua
Penulis : M. Yusuf Amin N
Penerbit : Diva Pres, Jogjakarta
SATU hal yang menjadikan dunia ini kacau dan terpuruk adalah karena sebagian besar orang lebih senang mencari untung ketimbang memberi untung; lebih senang dibantu ketimbang membantu; lebih senang menerima ketimbang memberi. Orang baru akan memberi manakala ia sudah diberi. Kalaupun ada yang memberi terlebih dahulu, biasanya ia akan menunggu untuk dibalas pemberiannya itu, mengungkit-ungkitnya, atau bahkan menagihnya.
Apakah sikap orangtua terhadap anaknya juga demikian, lebih senang diberi ketimbang menerima?
Mungkin ada seorang ibu yang memiliki anak masih kecil menganggap bahwa anaknya tidak pernah memberikan apa-apa kepadanya, justru anaknya telah diberi banyak hal darinya. Anggapan demikian sungguhlah tidak tepat. Sebab suatu pemberian tidaklah hanya terbatas pada materi. Jangan dikira anak yang masih bayi tidak pernah memberikan apa-apa terhadap orangtuanya kecuali tangisan dan kotoran. Seorang bayi yang baru lahir dalam sebuah keluarga akan menambah kemuliaan bagi orangtuanya, begitu sabda Nabi Muhamad SAW.
“Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya,” kata Pak Harfan, tokoh dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Itulah kalimat yang seharusnya dijadikan prinsip oleh para orangtua. Itulah pegangan hidup sang pencinta. Begitulah seharusnya sikap orangtua ketika merawat, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Jika prinsip itu telah dipegang kuat oleh para orangtua maka istilah “kutukan orangtua” sebenarnya tidak pernah akan kita dikenal—sehingga buku ini pun tak akan pernah saya tulis.
Lalu bagaimana dengan anak? Bagaimana dengan putra-putri anda? Apakah ia (atau mereka) yang sudah anda beri banyak hal justru bersikap durhaka kepada anda, tidak memberikan apa-apa yang anda harapkan? Hei, bukankah anda juga merupakan anak? Apa saja sudah anda berikan untuk orangtua?
Perintah yang menyuruh anak untuk berbakti kepada orangtua begitu tegas, keras, dan jelas sekali di dalam al-Qur’an dan hadis. Perintah itu dapat kita lihat dalam banyak ayat dan riwayat, berbeda dengan perintah orangtua untuk berbuat baik kepada anaknya yang sedikit saja kita temukan. Kenapa demikian? Apa saja bentuk-bentuk berbakti pada orangtua? Ganjaran apa yang akan diperoleh anak yang berbakti? Seberapa dahsyat doa orang tua kepada anaknya? Bagaimana pula tentang kutukan? Dan apakah kita termasuk anak yang durhaka?
Buku ini akan mengupas tuntas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Cinta orangtua kepada anaknya akan terus diuji. Orangtua akan selalu dicoba ketika mengasuh, merawat, dan mendidik anak. Apakah jika suatu saat anaknya durhaka kepadanya cinta orangtua kepada anak akan luntur sehingga menyebabkan kata kutuk meloncat dari mulutnya? Sungguh, kutukan orangtua itu begitu membahayakan, sebaliknya doa orangtua kepada anak akan sangat menentramkan, mendamaikan, mensejahterakan, dan sangat berguna.
Sebuah buku yang layak dibaca siapa saja.
4 comments
commentswihh pak guru.. kereennn
Replyterimakasih om.... buku itu udah setahun lebih antri, eh nongol juga akhirnya..semoga manfaat
Replymestinya setiap guru di Indonesia bisa meneladani action anda
Replyhehe...saya masih belajar, Mbak Dewayanti. Terimakasih kunjungannya.
Reply