Guru Fikih yang Nyastra

Saya terkejut ketika pada suatu sore, sepulang dari refresing di alun-alun, ada sms masuk. Bukan di hape saya, tetapi di hape istri saya. Ah, ah, kami memang biasa bertukar hape, jadi entah itu hape punya siapa. Yang jelas, sms itu dari salah seorang wartawan. Rupanya sang Wartawan sudah menelepon berkali-kali dan tidak diangkat dan meminta saya untuk mengangkat telepon karena mau wawancara. Bagaimana mau mengangkat telepon, orang hape saya ketinggalan. Maka, singkat saya jawab, “Ya.”

Dan sesaat kemudian sang wartawan mulai menelepon, mengaku tertarik untuk membuat profil saya untuk dimuat di Jawapos Radar Semarang rubrik Sang Guru. Satu demi satu pertanyaan saya jawab dengan agak deg-degan. Maklum, jarang-jarang saya diwawancarai sama wartawan.

Lalu esok harinya, keluarlah tulisan seperti ini:

profil jawa posYusuf Amin Nugroho, Guru yang Novelis

Bentuk Komunitas Sastra Tuk Bimalukar

Nama Yusuf AN sudah cukup dikenal dalam penulisan sastra. Kendati bukan guru sastra maupun bahasa, toh beberapa karyanya kerap dipublikasikan.

Yusuf bahkan tercatat sudah melahirkan beberapa novel. Tak hanya itu. Prestasi membanggakan dia torehkan pada 2010 (yang benar 2009). Ketika itu, ia mendapatkan penghargaan dari pusat perbukuan nasional sebagai guru penulis puisi terbaik.

Sedangkan pada 2013 ini, Yusuf kembali mendapatkan penghargaan Tirto Utomo Award sebagai penulis cerpen terbaik.

Pendidikan sarjana Yusuf Amin Nugroho atau yang lebih dikenal dengan nama Yusuf AN, ditempuh di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jogjakarta, tepatnya pada Fakultas Syariah. Ia lulus tahun 2007.

Sebagai Sarjana Hukum Islam, bukan berarti dia hanya pandai dengan studi fikih dan pendidikan agama. Sebaliknya, dunia sastra, dia jelajahi melalui lembaga teater dan kumpulan pencinta sastra ketika dia masih duduk sebagai mahasiswa di Kota Gudeg.

“Saya dulu ikut teater sanggar Jepit di Jogja. Di sanalah, saya menemukan bakat penulisan sastra,” Aku pria kelahiran Wonosobo 2 Mei 1984 kepada Radar Semarang.

Yusuf berkisah, keterlibatannya dalam dunia penulisan sastra, dimulai sejak dia masuk di UIN Jogja pada 2002. Awalnya, tujuan ikut komunitas tersebut, hanya ingin menambah wawasan tentang dunia sastra.

Namun, pada 2002, perguruan tinggi tempat dia menimba Ilmu, menggelar lomba penulisan cerpen. Mendengar info tersebut, Yusuf mencoba mengikuti. Hasilnya, dia meraih juara 1 sebagai penulis cerpen terbaik.

“sejak itulah, saya mulai mendapatkan semangat, ternyata saya punya kemampuan dalam dunia penulisan sastra.”

Ayah satu anak, juga suami dari Miftakhul Jannah ini mengaku, setelah mendapatkan penghargaan sebagai penulis cerpen terbaik di kampus, gairah menulisnya terus diasah.

Dia kembali mengirimkan hasil karyanya ke sejumlah media massa. Sepanjang 2003 hingga saat ini, sederet karyanya pernah di muat di sejumlah media. Seperti Horison, salah satu majalah bergengsi karya sastra Indonesia, Jawa Pos, Minggu pagi dan harian lainnya.

Lulus dari UIN Jogja, pria berjenggot ini pulang kampung di Wonosobo dan memilih sebagai guru pendidik di MTs Wonsoobo. Selain menjadi guru agama, Yusuf selalu mendorong para pelajar Wonosobo untuk menekuni dunia menulis. Di MTs, dia kembangkan ekstrakurikuler menulis dan teater.

Di tengah kesibukannya mengajar, Yusuf masih terus mengembangkan kemampuan menulisnya. Terbukti, beberapa buku lahir dari tangannya. Antara lain, Novel (yang benar kumpulan cerpen) Gadis Kecil yang mencintai Nisan, Burung-burung Cahaya, Mimpi Rasul, Jehenna; Rahasia Sebuah kekuatan Impian serta kumpulan puisi, yaitu Sebelum kupu-kupu. Berkat karyanya, dia dinobatkan sebagai guru penulis terbaik oleh Pusat Perbukuan Nasional 2010 lalu.

Dengan ilmu yang dimiliki sebagai penulis Yusuf merasa punya tanggung jawab untuk membagi ilmu kepada sejumlah pelajar di Wonosobo. Langkah yang ia lakukan dengan membuat Komunitas Sastra Tuk Bimalukar. Melalui komunitas ini, Yusuf rajin mendampingi pelajar yang mempunya minat menulis hinggga melahirkan karya.

Hasil pendampingan terhadap para pelajar, kata Yusuf, komunitasnya telah melahirkan karya. Tahun ini, telah menerbitkan buku berisi kumpulan cerpen dan puisi karya pelajar Wonosobo. Judulnya: Dieng dan Buku Harian Sang Ronggeng. (Sumali.ibnu.chamid/isk/cel)

--------------------

Saya berpikir, profil saya tersebut memang layak dibuat berita. Hem, saya tidak sedang sombong. Tapi marilah kita gunakan logika jurnalistik. Saya bisa berkata begitu karena alasan berikut: Saya yang seorang guru fikih dan menulis banyak karya sastra tentu dipandang sebagai sesuatu yang aneh, dan karenanya media sangat menyukainya. Kalau saya seorang guru Bahasa Indonesia misalnya, mungkin bisa saja media tertarik, meski banyak pembaca yang akan menganggap sebagai berita biasa. Bagaimana menurut anda?

Dalam berita tersebut, terdapat beberapa kekeliruan yang sebenarnya tidak fundamental, tetapi penting untuk diluruskan. Antara lain, penghargaan yang saya terima dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan bukan pada tahun 2010 melainkan tahun 2009. Lalu, buku gadis kecil yang mencintai nisan bukanlah novel, melainkan kumpulan cerpen. Perihal beberapa kekeliruan dalam berita itu, saya kira wajar. Dan karena saya mengetahui kekeliruan itu maka saya punya tanggung jawab untuk meluruskan.

Sebenarnya ada pula kalimat-kalimat yang sepertinya lebay dan membuat saya merasa tidak enak, khususnya bagi pembaca yang sudah mengenal saya.

Bahwa dalam membentuk komunitas sastra Bimalukar (bukan tuk bimalukar) saya tidak bekerja seorang diri. Ada beberapa teman pegiat sastra di Wonosobo yang bergerak bersama-sama. Nah, dalam berita tersebut seolah-olah saya sendirilah yang bekerja.

Demikianlah, saya hanya tidak ingin ada yang menganggap bahwa saya telah membesarkan nama pribadi dengan memberikan keterangan palsu. Tidak, itu sangat amit-amit bagi saya.

Share this

Related Posts

2 comments

comments
8 Oktober 2013 pukul 07.59 delete

Saya suka dengan blog dan tulisan saudara. Saya juga suka menulis walau tidak punya latar belakang sastra.saya suka menulis walaupun jarang menulis dan tidak ada karya saya yang dimuat media. Saya suka menulis karena saya suka membaca. Salut untuk anda. Terus berkarya dan terima kasih telah membuat blog ini.

Reply
avatar
13 Oktober 2013 pukul 19.54 delete

salam mas supra
terimakasih kunjungannya. semoga tulisan-tulisan saya yang bisa bermanfaat.
mari tetap menulis.

Reply
avatar