“Saya harap nanti kalian tidak bosan dengan casing saya ini…”
Kalimat itu saya katakan ketika perkenalan dengan siswa baru. Mendengar itu, kontan mereka tertawa ngakak. Dan saya senang dan bersyukur bisa mendengar tawa mereka dan memandang wajah-wajah yang memancarkan kebahagiaan.
Di sela-sela memberikan materi pelajaran, kerap pula saya memancing agar siswa bisa gerrr. Ketika wajah-wajah mereka mulai terlihat tegang. Ketika mata-mata mereka mulai sayu dan mengantuk. Ketika konsentrasi mereka mulai pudar dan kegaduhan di kelas tidak bisa lagi dikendalikan. Pada saat-saat seperti itulah, penting bagi untuk memunculkan sense of humor-nya. Seperti komputer, otak dan pikiran mereka sekali-kali mesti di-refresh biar segar kembali.
Humor memang tidak bisa diremehkan. Minat dan perhatian para ilmuwan terhadap humor telah berlangsung sejak lama. Hal ini tidak mengherankan karena humor adalah salah satu kualitas khas manusia. Bahkan, Nabi Muhammad juga dikenal humoris. Nabi kerap melontarkan humor-humor segar dalam berbagai kesempatan. Humor yang telah akrab dengan kita adalah ungkapan Nabi kepada seorang nenek bahwa di surga tidak ada wanita tua. Nenek tersebut sedih mendengar keterangan Nabi, dan kemudian Nabi mengungkapkan bahwa semua penghuni surga akan di-muda-kan, termasuk si Nenek.
Dalam tradisi Indonesia sendiri kita mengenal tokoh pewayangan Punokawan. Sementara dalam tradisi Sufi kita mengenal kisah-kisah Nasrudin Khoja dan Abu Nawwas. Kiai dan Ustadz juga sering menyisipi humor dalam ceramah-ceramahnya.
Kaitannya dalam dunia pendidikan, humor bisa dijadikan salah satu cara interaksi dan komunikasi yang menyenangkan antara guru dengan siswa. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan sisipan humor ternyata bisa memberikan dampak baik bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Humor yang identik dengan senyum dan tertawa dipercaya bisa membuat orang lebih merasa nyaman, menghilangkan rasa tertekan, bosan, dan membuat otot-otot wajah menjadi rileks. Selain itu, humor juga bisa meningkatkan daya ingat dan mempermudah pemahaman dalam bidang-bidang tertentu. Humor juga telah terbukti bisa meningkatkan daya afirmasi peserta didik dalam pembelajaran.
Namun demikian, di Indonesia humor dalam pembelajaran masih sering dianggap asing, bahkan dijauhi oleh para guru. Humor sering dianggap sebagai perusak suasana serius dan bisa mengurangi kewibawaan guru. Anggapan tersebut bisa jadi benar. Tetapi, efek sense of humor guru yang baik untuk meningkatkan kualitas interaksi dan kumunikasi juga tidak bisa dinafikan.
Perlu diingat, interaksi dan komuniasi menyenangkan antara siswa dan guru merupakan faktor utama dalam menerapkan strategi pembelajaran menyenangkan. Jika siswa mendapatkan stimulus yang menyenangkan maka ia akan mencapai hasil belajar terbaiknya.
Tak hanya itu, humor juga dirasa bisa memperkaya hubungan batin guru dengan siswa. Ketika guru mengajar di depan kelas, sebenarnya guru sedang berkomunikasi seara sosial dengan peserta didiknya. Suasana akan kaku dan kering tanpa humor. Kebosanan adalah salah satu penyakit yang sering muncul dan humor mujarab menyembuhkannya.
Maka dari itu, humor tidak patut dijauhi, tetapi bagaimana seorang guru meramu dan mengendalikan sense of humor-nya. Misalnya, jangan sampai guru mengeluarkan humor-humor porno di hadapan siswa. Sebab selain tidak pantas, juga akan menjadikan citra guru tersebut jadi buruk. Sekali saja guru mengeluarkan humor porno di hadapan siswa, wibawanya akan hancur dan ia tidak akan lagi disegani.
Sebenarnya humor bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari karikatur humor, cerita singkat anekdot, atau humor yang didesain khusus dalam pembelajaran, dan lain sebagainya. Sebab humor, menurut Emil Salim, adalah suatu situasi dan kondisi yang bebas nilai baku (fixed value). Humor memiliki daya rangsang untuk tertawa, namun tertawa bukun tujuan terakhinya.
Kalimat itu saya katakan ketika perkenalan dengan siswa baru. Mendengar itu, kontan mereka tertawa ngakak. Dan saya senang dan bersyukur bisa mendengar tawa mereka dan memandang wajah-wajah yang memancarkan kebahagiaan.
Di sela-sela memberikan materi pelajaran, kerap pula saya memancing agar siswa bisa gerrr. Ketika wajah-wajah mereka mulai terlihat tegang. Ketika mata-mata mereka mulai sayu dan mengantuk. Ketika konsentrasi mereka mulai pudar dan kegaduhan di kelas tidak bisa lagi dikendalikan. Pada saat-saat seperti itulah, penting bagi untuk memunculkan sense of humor-nya. Seperti komputer, otak dan pikiran mereka sekali-kali mesti di-refresh biar segar kembali.
Humor memang tidak bisa diremehkan. Minat dan perhatian para ilmuwan terhadap humor telah berlangsung sejak lama. Hal ini tidak mengherankan karena humor adalah salah satu kualitas khas manusia. Bahkan, Nabi Muhammad juga dikenal humoris. Nabi kerap melontarkan humor-humor segar dalam berbagai kesempatan. Humor yang telah akrab dengan kita adalah ungkapan Nabi kepada seorang nenek bahwa di surga tidak ada wanita tua. Nenek tersebut sedih mendengar keterangan Nabi, dan kemudian Nabi mengungkapkan bahwa semua penghuni surga akan di-muda-kan, termasuk si Nenek.
Dalam tradisi Indonesia sendiri kita mengenal tokoh pewayangan Punokawan. Sementara dalam tradisi Sufi kita mengenal kisah-kisah Nasrudin Khoja dan Abu Nawwas. Kiai dan Ustadz juga sering menyisipi humor dalam ceramah-ceramahnya.
Kaitannya dalam dunia pendidikan, humor bisa dijadikan salah satu cara interaksi dan komunikasi yang menyenangkan antara guru dengan siswa. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan sisipan humor ternyata bisa memberikan dampak baik bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Humor yang identik dengan senyum dan tertawa dipercaya bisa membuat orang lebih merasa nyaman, menghilangkan rasa tertekan, bosan, dan membuat otot-otot wajah menjadi rileks. Selain itu, humor juga bisa meningkatkan daya ingat dan mempermudah pemahaman dalam bidang-bidang tertentu. Humor juga telah terbukti bisa meningkatkan daya afirmasi peserta didik dalam pembelajaran.
Namun demikian, di Indonesia humor dalam pembelajaran masih sering dianggap asing, bahkan dijauhi oleh para guru. Humor sering dianggap sebagai perusak suasana serius dan bisa mengurangi kewibawaan guru. Anggapan tersebut bisa jadi benar. Tetapi, efek sense of humor guru yang baik untuk meningkatkan kualitas interaksi dan kumunikasi juga tidak bisa dinafikan.
Perlu diingat, interaksi dan komuniasi menyenangkan antara siswa dan guru merupakan faktor utama dalam menerapkan strategi pembelajaran menyenangkan. Jika siswa mendapatkan stimulus yang menyenangkan maka ia akan mencapai hasil belajar terbaiknya.
Tak hanya itu, humor juga dirasa bisa memperkaya hubungan batin guru dengan siswa. Ketika guru mengajar di depan kelas, sebenarnya guru sedang berkomunikasi seara sosial dengan peserta didiknya. Suasana akan kaku dan kering tanpa humor. Kebosanan adalah salah satu penyakit yang sering muncul dan humor mujarab menyembuhkannya.
Maka dari itu, humor tidak patut dijauhi, tetapi bagaimana seorang guru meramu dan mengendalikan sense of humor-nya. Misalnya, jangan sampai guru mengeluarkan humor-humor porno di hadapan siswa. Sebab selain tidak pantas, juga akan menjadikan citra guru tersebut jadi buruk. Sekali saja guru mengeluarkan humor porno di hadapan siswa, wibawanya akan hancur dan ia tidak akan lagi disegani.
Sebenarnya humor bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari karikatur humor, cerita singkat anekdot, atau humor yang didesain khusus dalam pembelajaran, dan lain sebagainya. Sebab humor, menurut Emil Salim, adalah suatu situasi dan kondisi yang bebas nilai baku (fixed value). Humor memiliki daya rangsang untuk tertawa, namun tertawa bukun tujuan terakhinya.