Saya Menulis, Maka Saya Ada

Wonosobo sebenarnya memiliki banyak sastrawan berbakat. Tetapi sayang, kebanyakan dari mereka lebih asyik dengan dunianya masing-masing. Padahal, ada banyak bibit unggul yang tentunya membutuhkan pendampingan sekaligus pencerahan dari sastrawan pendahulunya. Jika bibit-bibit itu tidak disirami, kemungkinan bisa kering sebelum pupus, atau tumbuh tetapi lambat.

Dari situlah kemudian terbentuk Komunitas Sastra Bimalukar (KSB) Wonosobo. Sebuah komunitas beranggotakan pecinta dan penulis sastra berbagai usia dan profesi, dari mulai guru, pelajar, mahasiswa, juru rias, PNS, sampai pengusaha.

“Menulis, baik puisi, cerpen, atau novel, memang pekerjaan sunyi. Tetapi bukan berarti seorang penulis (sastra: red) tidak membutuhkan komunitas,” ujar Eko Hastuti, salah seorang penggagas berdirinya KSB. Menurutnya, ketika penulis memiliki komunitas, maka akan muncul gesekan kreatif yang dibutuhkan dalam berkarya. Selain itu, dengan berkomunitas maka penulis bisa bertukar pengalaman dan ilmu, khususnya dalam soal-soal kesusastraan. KSB juga dimaksudkan untuk mewadahi bakat dan minat calon-calon sastrawan. “Kita berdosa jika membiarkan lesunya gairah bersastra di Wonosobo,” tegas Hastuti.

Apa yang menjadi harapan komunitas sastra Bimalukar akan diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Di antaranya, Lomba Cerpen dan Puisi untuk memperebutkan piala Bupati. Kegiatan ini akan diawali dengan workshop dengan menghadirkan sastrawan-sastrawan dari luar Wonosobo.

“Saya Menulis Maka Saya Ada, itulah temanya,” kata Vanera El-Arj, yang notabene merupakan Ketua Panitia kegiatan ini. “Tema itu diangkat mengingat masih banyaknya masyarakat Wonosobo yang memarjinalkan literasi, khususnya sastra. Padahal dengan menulis kita akan menemukan jadi diri kita.”

Wah, itu sebuah pesan yang hebat. Maka, bagi siapa saja yang tertarik bisa langsung daftar kepada panitia. Kegiatan ini diagendakan berlangsung tanggal 3-5 Mei 2013 di kantor Perpustakaan Umum daerah Wonosobo. (jusuf)

Share this

Related Posts