Ada sebuah cerita yang sangat kocak, tapi bisa kita petik hikmah darinya:
Suatu ketika seorang guru mate palajaran fiqih sedang memberikan materi mengenai makanan yang halal dan yang haram. Guru tersebut, memang aneh. Ia membawa alat peraga ke dalam kelas berupa dua gelas kosong yang di dalamnya sudah di isi dengan cacing. Ia lalu mengeluarkan sebuah botol berisi matanol (alkohol) dari dalam tasnya. “Ini Bapak dapatkan dari apotik,” katanya. Anak-anak terperangah dan ingin tahu apa yang akan dilakukan Pak Guru dengan metanol dan cacing-cacing itu.
“Baiklah, sekarang bapak ingin membuktikan kepada kalian tentang bahaya minuman keras. Lihatlah ini! Di dalam gelas ini sudah ada cacing. Gelas yang satu akan saya isi dengan air kendi, dan gelas satunya akan saya kasih alkohol. Dan kita akan lihat apa yang terjadi!”
Sesaat setelah melakukan apa yang baru dikatakan, para siswa geleng-geleng kepala. Cacing-cacing di dalam gelas yang diberi air kendi terlihat menggeliat dan biasa-biasa saja. tetapi cacing-cacing di gelas yang diberi alkohol seketika langsung sekarat.
Di luar dugaan, semua siswa mengangkat tangannya dan berkata dengan serentak: “Jika tidak ingin cacingan, minumlah alkohol!” Lalu, gerrrr…..
Dan sang guru lemas terkulai, kemudian pingsan.
**
Usaha yang dilakukan oleh guru fiqih di atas dengan membawa berbagai macam alat peraga memang patut dihargai. Tetapi kita tahu, teknik dan strategi yang keliru bisa berakibat fatal!Oleh sebab itu marilah kita kaji bersama berkait masalah Model Pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran fiqih.