Holocaust dan Awal Terbentuknya Israel



Oleh M. Yusuf Amin Nugroho

Judul Buku: Adolf Hitler dan Holocaust: Mengungkap Fakta,Sejarah, dan Kontroversi di Balik Holocaust
Penulis: George Sanford, Gerhard L. Winberg, dkk
Penerjemah: Abdul Qodir Sheleh
Penerbit: Prismasophie, Yogyakarta
Cetakan: I, Mei 2007
Tebal Buku: 158 halaman

Presiden Iran, Ahmadinejad, pernah mengatakan bahwa Holocaust adalah “cerita fiktif” yang dihembuskan untuk memasukkan Israel di jantung dunia Islam, sehingga Barat mempunyai kaki tangan yang sangat ampuh untuk menyerang dunia Islam dan membuat kekisruhan dengan sikap bangsa Israel yang terkenal munafik.

Terlepas dari anggapan itu, Holocaust sendiri sering diartikan dengan peristiwa pembasmian terhadap umat Yahudi di Eropa yang dilakukan oleh tentara Nazi dan kolabolatornya selama Perang Dunia II (1939-1945). Pada pertengahan Abad ke-19, kita ingat, sebuah teori ras muncul di Eropa. Menurut teori ini, humanitas terbagi menjadi ras “tertinggi” dan ras “paling rendah”. Dalam pandangan para penganut teori tersebut, umat Yahudi merupakan ras paling rendah dan dianggap sebagai ancaman abadi terhadap kemurnian ras “tertinggi”. Teori itulah yang kemudian dijadikan alat oleh Adolf Hitler untuk mempersalahkan umat Yahudi atas kekalahan Jerman pada Perang Dunia I. Ketika rezim Nazi berkuasa, Hitler semakin arogan dengan mengagungkan ras Jerman, Arya, dan semena-mena menghancurkan etnis, bangsa, ras, dan budaya lain yang dianggapnya tidak berguna. Hasilnya, lebih dari 5,6 juta orang Yahudi dibunuh dengan sadis.

Masuknya Yahudi ke Tanah Palestina

Pasca Perang Dunia II, sekitar 250.000 orang Yahudi yang selamat menekan kepada pemerintahan Amerika Serikat untuk membiarkan mereka bermigrasi ke Palestina. Namun, Amerika Serikat justeru menekan Inggris untuk menerima para pengungsi Yahudi tersebut agar diijinkan tinggal di Inggris. Inggris menolak, dan ribuan korban selamat Yahudi itu akhirnya menyeberangi lautan untuk bermigrasi secara ilegal ke tanah Palestina.

Palestina, yang saat itu merupakan jajahan Inggris, bukanlah tempat kosong, melainkan telah dihuni oleh bangsa Arab. Meski Inggris sendiri telah berusaha membatasi imigrasi kaum Yahudi dan berjanji melindungi hak-hak politik dan ekonomi bangsa Arab, tapi usaha-usahanya terbuksi sia-sia. Bahkan, Inggris mengumumkan maksudnya untuk menarik diri dari Palestina sebelum didirikannya PBB pada tahun 1947.

Tidak bisa dipungkiri bahwa warisan Perang Dunia II yang paling monumental adalah berdirinya PBB, sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk menciptakan perdamaian, kerja sama, dan hak-hak asasi manusia. Hingga sekarang PBB memiliki peran politik internasional yang signifikan dan berpengaruh besar terhadap gerak sejarah, termasuk sejarah terbentuknya Negara Israel.

Tak lama setelah Inggris meninggalkan Palestina, Majelis Umum PBB rekomendasikan pembagian Palestina menjadi negara Arab (Palestina) dan Negara Yahudi. Kemudian, pada Mei 1948 orang Yahudi di Palestina memploklamirkan berdirinya Negara Israel yang independen, yang kemudian menimbulkan ketegangan antara bangsa Arab dengan Israel. Hingga sekarang permusuhan yang ditimbulkan oleh Negara Israel masih mengancam stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah.

Buku ini menarik untuk dibaca tidak hanya karena berisi biografi Adolf Hitler yang detail, akan tetapi karena buku ini mencoba menafsir ulang sejarah, khususnya peritiwa holocaust yang merupakan salah satu penyebab terbentuknya Negara Israel di tanah Paletina. Terlepas dari nyata atau fiktifnya peritiwa holocaust, yang jelas berbagai tugu dan peringatan holocaust telah dibangun hampir di seluruh dunia. Di Amerika sendiri telah dibangun dua musium yang dibuka pada tahun 1993; the United States Holocaust Memorial Museum di Washingtan dan the Museum of Tolerance di Los Angeles, California.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »