Review Karapan Laut: Membaca Kematian dalam Cerpen-cerpen Mahwi

Jusuf AN*)

Entahlah, saya sendiri tidak tahu kenapa cerpen-cerpen saya selalu dipenuhi dengan aroma kematian. Begitulah kurang lebih pengakuan Mahwi Air Tawar kepada saya, suatu ketika.

Saya kira tidak ada yang kebetulan, tidak ada yang lahir dari ruang hampa. Cerpen dan karya sastra lainnya, kita tahu, bukan saja merupakan pandangan penulis tentang dunia, tetapi juga buah perenuangan penulis atas dirinya, alam, dan lingkungannya. Mungkin Mahwi sebenarnya tidak ingin tokoh-tokoh dalam cerpennya mengalami kematian, tetapi alam bawah sadarnya telah menggerakkan cerita menuju ke arah itu, dan Mahwi tidak berdaya.

Karapan Laut, buku yang merangkum 12 cerpen mutakhir Mahwi Air Tawar hampir semuanya dipenuhi dengan bau kematian. Suatu malam, di atas kasur, menjelang tidur, saya memutuskan untuk tidak meneruskan membaca cerpen Anak-anak Laut. Bukan karena mengantuk, tetapi disebabkan kengerian yang dibangun cerpenis Madura ini seolah benar-benar hadir di depan mata. Saya takut mimpi buruk. Saya tidak tahan dengan debar jantung saya sendiri melihat anak kecil berenang di lautan yang ganas pada malam hari. Saya berhenti. Saya kalah.

Tapi pada akhirnya saya tergoda juga untuk meneruskan membaca cerpen itu, juga cerpen-cerpen lainnya. Sesekali saya bergumam, hebat benar kawan satu ini, pastilah cerpen-cerpennya tidak ditulis dalam semalam. Pastilah ia sudah memelototi cerpen-cerpennya lebih dari lima kali. Dan, ya, saya baru ngeh sekarang, kenapa Mahwi sering pulang dari Jogja ke Madura. Tentu, selain melebur rindu, juga dalam rangka proses pengentalan cerita-cerita yang sedang ia garap.

Mahwi yang lahir di Pesisir Sumenep, pastilah memang sudah sangat akrab dengan Madura dan alam pikir rang-orangnya. Tapi, percayalah, memetik kisah-kisah yang dianggap layak untuk cerpen, mengungkapkan gaya hidup dan gambaran alam dengan kata-kata, bukan sesuatu yang remeh sama sekali. Dan karenanya saya angkat topi kepada ayah Are Timur Daya ini.

Saya tahu, saya ketinggalan jauh dengan Mahwi. Dan saya juga terlambat karena baru menulis tentang Karapan Laut setelah buku terbitan Komodo Book itu lahir awal 2014. Tapi tidak apa-apa. Tidak apa-apa pula Mahwi menggunakan nama tokoh-tokoh yang unik seperti Tarebung, Durakkap, dan Markoya. Kadang saya membatin, kenapa tidak pakai nama Achmad, Mukhlis, atau Amrin, misalnya. Bukankah Achmad Mukhlis Amrin adalah orang Madura juga. hehe… Saya percaya, nama-nama tokoh dalam prosa fiksi memiliki makna sendiri, selain mungkin sebagai metafora. Dan saya kira Mahwi tidak sedang epigon dengan para pendahulunya, seperti AS Laksana dengan Seto-nya, dan Seno senang dengan Alit-nya. 
review karapan laut


Kembali kepada soal kematian. Penyebab kematian di seluruh dunia pada dasarnya hanya satu: jantungnya berhenti berdegub. Kadang-kadang Mahwi menyembunyikan kematian tokoh-tokoh cerpennya. Ini bisa dilihat dalam cerpen Janji Laut, Wasiat Api, Bajing, Ujung Laut Perahu Kalianget. Ending yang terbuka memberikan kebebasan bagi pembaca untuk menentukan bagaimana tokoh-tokoh cerpen kita (mungkin) pada akhirnya akan mati.

Keputusan Mahwi mengangkat lokalitas etnik Madura adalah hal yang tepat sekaligus berani. Soal ini pernah saya singgung dalam tulisan Cerita-cerita yang Menelanjangi Madura. Mungkin Mahwi merasa tidak ada yang perlu ditutup-tutupi dari Madura. Tentang mantra-mantra gaib, senok di pelabuhan, bajing, blater, adu caruk, dll. Bahwa cerita-cerita yang Mahwi tulis mungkin hanyalah fiksi, tapi ia bukan omong kosong, sehingga Madura dapat sedikit terdedah melalui cerita-ceritanya. Meski begitu, saya percaya Mahwi menulis bukan dalam rangka menebalkan citra miring atas Madura, melainkan untuk mengenalkan khasanah lokal, selain mengajak pembaca untuk memunguti hikmah dari setiap peristiwa.

Ya, cerita-cerita kematian dibuat bukan untuk menakut-nakuti (meski pembaca akan merinding). Lebih dari itu ia mengajak kita untuk lebih mensyukuri hidup dan kehidupan, dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap persoalan.

*) Jusuf AN, pengagum Mahwi, tinggal di Wonosobo

Shalat sebagai Ibadah yang Utama

Dari Anas, Nabi Saw. Bersabda: “Sesungguhnya yang pertama-tama difardhukan Allah atas manusia dalam urusan agama mereka ialah shalat. Dan yang pertama-tama dihisab pun adalah sahalat. Allah berfirman, “Lihatlah olehmu salat hamba-Ku.” Maka jika ia sempurna ditulis sempurna. Dan jika ia kurang, Allah berfirman, ‘Adakah bagi hamba-Ku shalat sunnat?’ Maka jika ada padanya shalat sunnat, disempurnakanlah yang wajib dengan sunnat.” (H.R Abu Ya’la)

Shalat sebagai Ibadah yang Utama


shalat ibadah utama
Semua muslim tahu, shalat adalah ibadah yang paling utama. Tetapi, seringkali pengetahuan tidak diiringi dengan amal. Saya kerap bertanya di dalam kelas, siapakah yang dalam seminggu ini shalatnya full? Hanya ada satu dua jari yang terangkat. Padahal, mereka (Anda juga?) Islam semua, siswa madrasah pula. Betapa memprihatinkan!

Shalat berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Kalau haji bisa diwakilkan, puasa bisa diganti dengan fidyah, zakat boleh tidak dibayarkan bagi yang tidak mampu, maka shalat tidak. Shalat tidak boleh diwakilkan, tidak ada qadha, tidak bisa diganti dengan uang (fidyah), dan wajib bagi yang kaya maupun miskin.

Dalam keadaan apapun kita, sakit seperti apa, bahkan ketika perang sekalipun, semiskin apapun, ada air atau tidak, kita tetap diwajibkan shalat. Ini menandakan bahwa shalat adalah ibadah yang utama. Lebih utama dibanding dengan ibadah-ibadah yang lain. Belum lagi ketika kita cermati hadist Nabi Saw di atas, kian jelaslah, bahwa shalat adalah ibadah yang utama.

Shalat merupakan bukti kepatuhan kita kepada Yang Maha Kuasa. Dengan mendirikan shalat kita berarti tengah mengakui bahwa diri kita adalah makhluk. Makhluk yang tidak punya daya dan tenaga tanpa ridha dari-Nya. Kita kita shalat, kita puji Allah Swt, kita memohon, kita pasrah sepenuhnya di depan Sang Pencipta.

Bukankah secara bahasa shalat berarti doa. Doa yang khusus. Doa yang dikerjakan dengan syarat dan rukun tertentu. Orang yang enggan berdoa tergolong orang-orang yang sombong. Dan sombong sifat Iblis. Kenapa orang yang enggan shalat dikatakan sebagai orang sombong? Sebab seolah-olah ia menganggap bahwa dirinya mampu berbuat apapun tanpa membutuhkan bantuan dari Allah Swt.

Kita tahu, belum lengkap Islam seseorang apabila ia tidak mendirikan shalat. Sekali lagi, ‘mendirikan’, bukan hanya ‘mengerjakan’. Mendirikan shalat adalah mengerjakan shalat secara rutin, tidak bolong-bolong atau ketika kita mau saja.

Apakah mendirikan shalat itu berat? Hanya liwa waktu dalam sehari, bukan 50 waktu. Ini sebagaimana diperintahkan Allah Swt kepada Nabi Saw dalam peristiwa yang dikenal dengan Isra' Mi'raj (12 Rajab).

Ya, bagi yang merasa berat mendirikan shalat itu berarti ia telah kalah dengan nafsunya (setan). Kita mesti selalu siap untuk berperang melawan nafsu setan. Kemalasan mengerjakan shalat harus kita perangi, harus kita lawan. Jika kita terlampau sering mengalah atau kalah dengan nafsu dalam diri, lama-kelamaaan nafsu itu akan menguat, dan kita akan semakin kewalahan menghadapinya. Karenanya, nafsu mesti kita lawan, kita kalahkan, sehingga kita tidak lagi merasa berat mengerjakan shalat.

Shalat bukan semata-mata kewajiban, tetapi ia adalah kebutuhan kita sendiri. Anda tentu tahu, sekiranya semua makhluk di dunia ini tidak ada yang shalat, Allah Swt tidak bangkrut dan berkurang sedikit pun Keagungannya. Shalat adalah kebutuhan kita, bukan kebutuhan Allah. Kitalah yang membutuhkan Allah, bukan sebaliknya.

sumber gambar: pintu-hikmah01.blogspot.com

baca juga:
SHALAT JUMAT
Panduan Lengkap Shalat dalam Keadaan Darurat

kata kunci:
shalat ibadah utama
shalat ibadah paling utama
shalat ibadah yang utama
sholat ibadah paling utama
shalat ibadah utama

Fiqh Khilafiyah NU-Muhammadiyah Seputar Dzikir

Oleh: M. Yusuf Amin Nugroho

Dzikir merupakan ibadah yang banyak disinggung baik dalam al-Qur’an maupun hadist. Dzikir merupakan perintah Allah yang (sebenarnya) mestilah dilaksanakan setiap saat, di manapun dan kapan pun. Dzikir bisa dilakukan dengan hati dan lisan, dan dengan sendiri maupun dalam sebuah kelompok (majlis dzikir). Dzikir memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah dapat membuat hati menjadi tenang.
            Karena itulah maka dzikir mesti kerap dilakukan, agar hati senantiasa tenang dan senantiasa mengingat Allah. Firman Allah:

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Q.S. al-Ahzab: 41)

Rasulullah telah memberikan contoh berkaitan dengan bacaan-bacaan dzikir atau doa. Demikian pula, berkaitan dengan waktu-waktu di mana kita disunnahkan membaca dzikir tertentu, seperti dzikir setelah shalat, dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan keutamaan-keutamaan dzikir, NU dan Muhammadiyah tidaklah berselisih pendapat. Perbedaan pendapat dalam masalah dzikir ada pada tata cara pelaksanaannya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa di Masjid-masjid di mana warga NU menjadi basisnya, setiap kali ba’da shalat biasa dilaksanakan dzikir berjamaah, yang mana dipimpin oleh Imam shalat. Dzikir tersebut kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin Imam dan diamini oleh makmum. Bukan hanya dzikir setelah shalat, NU juga memiliki tradisi melakukan puji-pujian (shalawat, syair, dll) yang dilantunkan sebelum shalat berjamaah. Di kalangan warga NU juga biasa digelar acara istighasah, mujahadah, atau dzikir akbar, yakni sebuah acara yang intinya adalah doa dan dzikir bersama dalam sebuah majlis dzikir. Acara tersebut biasanya dilakukan di lapangan, masjid, atau tempat-tempat lain dengan menggunakan pengeras suara.
Sementara itu di Masjid-masjid di mana warga Muhammadiyah menjadi basisnya, tak ada dzikir berjamaah yang dipimpin oleh Imam setelah shalat. Muhammadiyah tidak pula tertarik untuk menggelar dzikir atau doa bersama, atau istighasah.
Lebih jelasnya tentang masalah ini, marilah kita simak dalil dan pendapat dari NU dan Muhammadiyah berikut.

Fiqh Khilafiyah NU-Muhammadiyah Seputar Dzikir

tata cara dzikir

1.      Muhammadiyah

Dalam majalah Suara Muhammadiyah pernah muncul sebuah pertanyaan, begini: “Dzikir dengan suara keras selesai shalat wajib menurut Ibnu ‘Abbas biasa dilakukan pada masa Rasulullah saw, apakah dapat diamalkan?”
Sebelum kami tuliskan jawaban dari Suara Muhammadiyah, lebih dulu kami singgung bahwa dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah tidak terdapat keterangan yang detail berkaitan dengan tata cara berdzikir, lebih-lebih dzikir yang khusus dilaksanakan selesai shalat.
Pada pembahasan masalah “Amal Setelah Shalat Berjama’ah” dalam HPT terdapat keterangan bahwa setelah shalat berjamaah Imam menghadap ke arah ma’mum sisi kanan. Landasannya, salah satunya adalah hadis dari Samarah yang artinya sebagai berikut:

“Adalah Nabi Saw, apabila telah selesai mengerjakan shalat beliah menghadap mukanya kepada kita.”

Selain itu, Tarjih juga menyatakan agar setelah selesai shalat berjamaah, supaya jamaah shalat duduk sebentar. Dasarnya ialah hadits Abu Hurairah berikut:

“Sesungguhhnya para Malaikat memintakan Rahmat untuk salah seorang dari kamu selama masih duduk di tempat shalatnya dan sebelum berhadats; para malaikat mendoakan: “Ya Allah, ampunilah dosanya dan kasihanilah ia.”

Selain keterangan di atas, tidak kami temukan pembahasan yang rinci berkaitan dengan masalah dzikir dalam HPT. Namun demikian, Muhammadiyah menegaskan dan menjelaskan pendapat-pendapatnya bukan hanya lewat HPT melainkan juta lewat media lain, baik elektronik maupun cetak.
Dalam menjawab pertanyaan di Majalah Suara Muhammadiyah mengenai dzikir dengan suara keras setelah shalat, telah kutip ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang berhubungan dengan dzikir dan doa, meskipun tidak semuanya.
Memang, terdapat sebuah hadis yang dari Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah melakukan dzikir dengan suara keras. Yaitu, hadist yang artinya sebagai berikut:
Dahulu kami mengetahui selesainya shalat pada masa Nabi karena  suara dzikir yang keras".

Namun demikian hadis tersebut, dianggap bertentangan dengan al-Qur’an dan beberapa hadis lainnya.
Dalam surat Al-A’raf ayat 55 Allah berfirman:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-A’raf: 55)

Surat Al-A’raf ayat 205:

Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S. Al-A’raf: 205)

Dari dua ayat tersebut, Muhammadiyah berpendapat bahwa Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar berdoa dan berdzikir dengan merendahkan diri, dalam arti lain tidak dengan mengeraskan suara.
Untuk menegaskan pendapat tersebut, tak lupa Muhammadiyah mendasarkannya pada hadist, yakni sebagai berikut:

“Diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan, kemudian orang-orang mengeraskan suara dengan bertakbir. Lalu Nabi saw bersabda: Wahai manusia, rendahkanlah suaramu. Sebab sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada (Tuhan) yang tuli, dan tidak pula jauh, tetapi kamu sedang berdoa kepada (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.” (HR. Muslim)

Demikian pula hadits yang diriwayatkan Abu Musa, menegaskan agar merendahkan suara dalam berdoa kepada Allah, sebab Allah Swt tidak tuli dan tidak jauh, melainkan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat.
            Hadis yang berasal dari perkataan Ibnu Abbas tersebut, selain dianggap bertentangan, dalam Fatawa-Fatawa Al-Bani diterangkan, bahwa sebagain Ulama menyimpulan lafal “Kunnaa” (kami dahulu), mengandung isyarat halus, yang artinya perkara ini tidaklah berlangsung terus menerus.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda:
Wahai sekalian manusia, masing-masing kalian bermunajat  (berbisik-bisik) kepada Rabb kalian, maka janganlah sebagian kalian  men-jahar-kan bacaannya dengan mengganggu sebagian yang lain.”

Al-Baghawi menambahkan hadis tersebut dengan sanad yang kuat.

"Sehingga mengganggu kaum mu'minin (yang sedang bermunajat)".

  1. Nahdhatul Ulama

            Pembahasan masalah dzikir dan tata caranya di kalangan warga NU akan kami muat dalam tiga bagian. Petama, dzikir dan syair sebelum shalat berjamaah; kedua, dzikir dengan suara keras setelah shalat; dan ketiga, dzikir berjamaah (semisal istighasah. dsb) yang diselenggarakan secara khusus.

  1. Dzikir sebelum Shalat Berjama’ah

Setelah adzan, kita tentunya kerap mendengar lantunan puji-pujian dari pengeras suara di masjid-masjid. Puji-pujian itu bisa syair yang berisi nasehat dan peringatan, shalawat (baik shalawat Nabi, Nariyah, dan lan sebaginya) maupun bacaan-bacaan dzikir yang lain. Dzikir dan syair biasanya dilakukan dengan menggunakan pengeras suara, diikuti oleh hampir seluruh orang yang hadir untuk menunggu datangnya imam shalat. Ketika imam telah datang dan iqamat dilantangkan, maka berhenti pula syair dan dzikir tersebut.
Perlu diketahui, bahwa syair atau bacaan-bacaan dzikir yang dilagukan dari masjid-masjid sebelum shalat berjamaah, tidak dilaksanakan di semua masjid. Hanya masjid-masjid tertentu saja, yang mana (biasanya) masyarakat disekitarnya adalah kaum Nahdhiyin.
Bagaimanakah hukum melantunkan syair dan dzikir sebelum shalat berjamaah?
KH Muhyiddin Abdusshomad, telah menerangkan persoalan ini dalam situs resmi Nahdhatul Ulama. Menurutnya, membaca dzikir dan syair sebelum pelaksanaan shalat berjama'ah, adalah perbuatan yang baik dan dianjurkan. Anjuran ini bisa ditinjau dari beberapa sisi.
Pertama, dari sisi dalil. Terdapat hadis yang menyatakan bahwa dahulu pada masa Rasulullah Saw. para sahabat juga membaca syair di masjid. Dalam sebuah hadits:
Dari Sa'id bin Musayyab, ia berkata:

“Suatu ketika Umar berjalan kemudian bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab, ‘aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia darimu.’ Kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. ‘Bukankah engkau telah mendengarkan sabda Rasulullah SAW, jawablah pertanyaanku, ya Allah mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus.’ Abu Hurairah lalu menjawab, ‘Ya Allah, benar (aku telah medengarnya).’ ” (HR. Abu Dawud)

Berkaitan dengan hadis di atas, Syaikh Isma’il az-Zain dalam Irsyadul Mu'minin ila Fadha'ili Dzikri Rabbil 'Alamin menjelaskan bahwa, melantunkan syair yang berisi puji-pujian, nasihat, pelajaran tata krama dan ilmu yang bermanfaat di dalam masjid adalah sesuatu yang bukan dilarang oleh agama, dengan kata lain hukumnya adalah mubah.
Kedua, dilihat dari sisi syiar dan penanaman akidah umat, menurut KH Muhyiddin Abdusshomad, selain menambah syiar agama, amaliah tersebut juga merupakan strategi yang sangat jitu untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Karena di dalamnya terkandung beberapa pujian kepada Allah SWT, dzikir dan nasihat.
Misal, lantuan dzikir istighfar berikut:
Astaghfirullah, Rabbal baraya, astaghfirullah minal khathoya.
Contoh lain, adalah syair karangan Sunan Bonang berikut:
Tombo ati, iku ana limang perkoro, ingkan ndingin, maca qur’an lan maknane, kaping pindo, shalat wengi lakonono, kaping telu dzikir wengi ingkang suwe, kaping papat, wetengi ngiro luwih ono, kaping limo, wong kang shaleh kumpulono. (obat hati itu ada lima macam, pertama membaca al-Qur’an berserta maknanya, kedua shalat malam lakukanlah, ketiga, dzikir malam jalankanlah, keempat, perutmu laparkanlah (puasa), kelima, berkumpullah dengan orang shaleh.
Dan masih banyak lagi syair-syair lain yang dianggap sangat bermanfaat karena memberikan nasehat dan menedekatkan orang yang membacanya kepada Allah Swt.
Ketiga, dari aspek psikologis, masih menurut KH Muhyiddin Abdusshomad, lantunan syair yang indah itu dapat menambah semangat dan mengkondisikan suasana. Dalam hal ini, tradisi yang telah berjalan di masyarakat tersebut dapat menjadi semacam warming up (persiapan) sebelum masuk ke tujuan inti, yakni shalat lima waktu.
Selain ketiga manfaat tersebut, syair dan dzikir yang dilantunkan sebelum shalat berjamaah bisa mengobati rasa jemu sembari menunggu waktu shalat jama'ah dilaksanakan. Juga agar para jama'ah tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu ketika menunggu shalat jama'ah dilaksanakan.
Berdasarkan dalil dan hujjah di atas, maka NU tetap melanggengkan tradisi melantunkan dzikir dan syair sebelum shalat berjamaah di masjid dan mushala. Namun begitu, perlu digaris bawahi, bahwa amalaiah ini tergantung pula pada situai dan kondisi, tidak dibenarkan apabila sampai mengganggu orang yang shalat dan membuat bising masyarakat di sekitar masjid atau mushala.

  1. Dzikir Sesudah Shalat

Kita tahu, bahwa salah satu tujuan dzikir adalah untuk meraih ketenangan, agar kita bisa lebih dekat dengan Allah Swt. Untuk mencapai tujuan itu, tentu dibutuhkan dzikir yang tidak hanya sekedar ucapan lisan, melainkan membutuhkan kesungguhan hati, dalam kata lain, dzikir mestilah dilakukan dengan khusuk.
KH. Cholil Nafis, seorang ulama NU menulis, dzikir harus dilaksanakan dengan sepenuh hati, jiwa yang tulus, dan hati yang khusyu' penuh khidmat. Untuk bisa berdzikir dengan hati yang khusyu' itu diperlukan perjuangan yang tidak ringan. Cara untuk khusuk, menurutnya, berbeda-beda setiap orang. Bisa jadi satu orang lebih khusyu' kalau berdzikir dengan cara duduk menghadap kiblat, sementara yang lain akan lebih khusyu' dan khidmat jika berdzikir dengan cara berdiri atau berjalan, ada pula dengan cara mengeraskan dzikir atau dengan cara dzikir pelan dan hampir tidak bersuara untuk mendatangkan konsentrasi dan ke-khusyu'-an.
Satu sisi, memang terdapat dalil-dalil yang menyuruh ummat muslim untuk berdzikir dengan suara yang lemah lembut, dan pada sisi yang lain terdapat pula dalil yang membolehkan untuk berdzikir dengan suara keras. NU menganggap dalil-dalil tersebut, baik antara al-Qur’an dengan hadist, maupun hadist dengan hadist, tidaklah saling bertentangan, karena masing-masing memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Beberapa dalil yang menunjukkan kebolehan dzikir dengan suara keras setelah shalat antara lain hadist riwayat Ibnu Abbas:
“Aku mengetahui dan mendengarnya (berdzikir dan berdoa dengan suara keras) apabila mereka selesai melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Adra’ juga pernah berkata: "Pernah saya berjalan bersama Rasulullah SAW lalu bertemu dengan seorang laki-laki di Masjid yang sedang mengeraskan suaranya untuk berdzikir. Saya berkata, wahai Rasulullah mungkin dia (melakukan itu) dalam keadaan riya'. Rasulullah SAW menjawab: "Tidak, tapi dia sedang mencari ketenangan."
Sementara dalil yang menjelaskan keutamaan berdzikir dengan secara pelan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sa'd bin Malik bahwasannya Rasulullah saw bersabda:

"Keutamaan dzikir adalah yang pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu yang mencukupi."

Lalu, bagaimana pendapat Ulama NU dalam mengkompromikan dua hadits yang seakan-akan kontradiktif itu? Cholil Nafis, mengutip penjelasan Imam Nawawi sebagai berikut:
“Imam Nawawi menkompromikan (al-jam’u wat taufiq) antara dua hadits yang mensunnahkan mengeraskan suara dzikir dan hadist yang mensunnahkan memelankan suara dzikir tersebut, bahwa memelankan dzikir itu lebih utama sekiranya ada kekhawatiran akan riya', mengganggu orang yang shalat atau orang tidur, dan mengeraskan dzikir lebih utama jika lebih banyak mendatangkan manfaat seperti agar kumandang dzikir itu bisa sampai kepada orang yang ingin mendengar, dapat mengingatkan hati orang yang lalai, terus merenungkan dan menghayati dzikir, mengkonsentrasikan pendengaran jama’ah, menghilangkan kantuk serta menambah semangat." (Ruhul Bayan, Juz III).

Pendapat Imam Nawawi, sebagai juru bicara dari Madzhab Syafi'i, sejalan dengan keterangan yang ditulis Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm, bahwasanya tujuan Nabi Saw. mengeraskan suaranya ketika berdzikir adalah untuk  mengajari orang-orang yang belum bisa melakukannya. Dan jika amalan tersebut untuk hanya pengajaran maka biasanya tidak dilakukan secara terus menerus.
Masalah dzikir dengan suara keras juga disinggung dalam Fathul Mu’in karangan Imam Zainuddin al-Malibari, kitab yang sering dijadikan rujukan kaum Nahdhiyin. Dalam kitab tersebut didapat keterangan bahwa berdzikir dengan suara pelan setelah shalat adalah sunnah, baik bagi orang yang shalat sendirian, maupun berjamaah, imam yang tidak bermaksud mengajarkannya dan tidak bermaksud pula untuk memperdengarkan doanya supaya diamini mereka.
Dari keterangan Zainuddin al-Malibari tersebut maka didapati hukum berdzikir dengan suara keras setelah shalat adalah boleh. Jelaslah sekarang, bahwa NU tidak mewajibkan atau mengharuskan warganya untuk berdzikir dengan suara keras, melainkan tergantung kepada situasi dan kondisi; jika dalam kondisi ingin mengajarkan, membimbing dan menambah ke-khusyu’-an maka mengeraskan suara dzikir itu hukumnya sunnah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Bahkan dalam beberapa keadaan sangat dianjurkan untuk mengeraskan dzikir, demikian menurut Chalil Nafis.

c. Dzikir Berjamaah

Salah satu amaliyah warga NU yang terkenal dan mengundang kontroversi dari Ormas lain adalah Istighasah. Arti istighasah adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt. Pelaksanaan istighasah diisi dengan doa-doa dan dzikir-dzikir tertentu yang dibaca secara berjamaah dan dipimpin oleh seorang Imam istighasah.
Disebutkan dalam buku Antologi NU, bahwa dalam skala besar, PBNU telah beberapa kali menggelas itighasah Nasional, yang dihadiri lebih dari satu juga kaum Nahdziyin. Pernah diadakan di lapangan Parkir Monas Jakarta, Gelora 10 November dan Lapangan Makodam V brawijaya Surabaya. Di semua tingkat kepengurusan NU, selalu akrab dengan budaya istighasah tersebut, kadang menggunakan istilah istighasah hubro, istighasah nasional, dan lain sebagainya.
Dzikir yang dibaca dalam istighasah dikalangan NU memakai dzikir yang dibakukan oleh Jami’iyah Ahli Thariqah al-Muktabarah an-Nahdhiyah, ijazah dari Sayikhana Chili Bangkalan.
Dalil dianjurkanya istighasah, atau dzikir berjamaah antara lain al-Qur’an surat al-Imran ayat 191:

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. al-Imran: 191)

Ada sementara kalangan yang tidak menyepakati digunakannya dalil tersebut sebagai pembolehan dzikir berjamaah. Mereka mengutip pendapat dari Syaikh Dr. Muhammad bin Abdur Rahman al-Khumayyis dalam “Adz-Dzikr al-Jama’i baina al-Ittiba’ wal Ibtida’. Menurutnya, sighat (konteks) jama’ dalam ayat di atas (yakni kata “yadzkuruna”) adalah sebagai anjuran yang bersifat umum dan menyeluruh kepada semua umat Islam untuk berdzikir kepada Allah Swt. tanpa kecuali, bukan anjuran untuk melakukan dzikir berjama'ah. Selain itu jika sighat jama’ dalam ayat tersebut dipahami sebagai anjuran untuk melakukan dzikir secara berjama'ah atau bersama-sama maka kita akan kebingungan dalam memahami kelanjutan ayat tersebut. Disebutkan bahwa dzikir itu dilakukan dengan cara berdiri (qiyaman), duduk (qu'udan) dan berbaring ('ala junubihim), lalu bagaimanakah praktek dzikir bersama-sama dengan cara berdiri, duduk dan berbaring itu? Apakah ada dzikir berjama'ah dengan cara seperti ini?
Selain pernyataan ketidaksepakatan tersebut, yang dipermasalahkan juga oleh mereka yang tidak sependapat adalah bahwa ayat tersebut turun kepada Rasulullah Saw. dan para shahabat berada di samping beliau. Apakah Rasulullah Saw. dan para shahabat memahami ayat tersebut sebagai perintah untuk dzikir bersama-sama satu suara?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dalam buku Risalah Amaliah NU, PCNU Kota Malang. Di sana dibeberkan dalil-dalil lain yang membolehkan dzikir berjamaah, termasuk juga istighasah.
Bahwa Rasulullah dan para para sahabat pernah melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali khandaq (parit). Rasul Saw. dan sahabat r.a bersenandung bersama sama dengan ucapan: "Haamiiim laa yunsharuun..".
Cerita ini termuat dalam buku sejarah tertua, yakni Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq. Kitab ini dikarang oleh seorang Tabi’in sehingga datannya dianggap lebih valid.
Pada bab Bab Hijraturrasul saw- bina' masjidissyarif, sebagaimana tertulis dalam Risalah Amaliyah NU, para sahabat juga bersenandung saat membangun membangun Masjidirrasul saw dengan melantunkan syair:
"Laa 'Iesy illa 'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah." Senandung para sahabat kemudian diikuti oleh Rasulullah dengan semangat.
Mengenai makna berdiri (qiyaman), duduk (qu'udan) dan berbaring ('ala junubihim), mengandung tafsir, bahwa ayat tersebut diatas lebih dititikberatkan kepada bagaimana tata cara orang shalat, yaitu bisa dilakukan dengan berdiri, duduk, maupun tiduran. Namun secara umum dapat juga diartikan dzikir secara lafdziy. Seseorang dapat berdzikir kepada Allah dengan segala tingkah sesuai kemampuannya. Dalam majlis dzikir, sebagian orang mungkin duduk, sebagian lagi berdiri dan mungkin ada yang tiduran tergantung kondisi masing-masing individu.
Selain dalil di atas, juga ada hadis Qudsy yang menyatakan anjuran untuk berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran (pelan dan terang), di dalam hati, dalam sendiri maupun berjamaah.

"Bila ia (hambaku) menyebut namaKu dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam Diriku, bila mereka menyebut namaKu dalam kelompok besar, maka Aku pun menyebut (membanggakan) nama mereka dalam kelompok yg lebih besar dan lebih mulia". (HR Muslim).

Selain itu, Sabda Rasulullah Saw juga telah bersabda:

“Sungguh Allah memiliki malaikat yang beredar di muka bumi mengikuti dan menghadiri majelis majelis dzikir, bila mereka menemukannya maka mereka berkumpul dan berdesakan hingga memenuhi antara hadirin hingga langit dunia, bila majelis selesai maka para malaikat itu berpencar dan kembali ke langit, dan Allah bertanya pada mereka dan Allah Maha Tahu : “Darimana kalian?” Mereka menjawab: ‘Kami datang dari hamba hamba Mu, mereka berdoa padamu, bertasbih padaMu, bertahlil padaMu, bertahmid pada Mu, bertakbir pada Mu, dan meminta kepada Mu, Maka Allah bertanya: “Apa yg mereka minta?”, Malaikat berkata: ‘Mereka meminta sorga, Allah berkata: ‘Apakah mereka telah melihat sorgaku?, Malaikat menjawab: ‘Tidak.’ Allah berkata : “Bagaimana bila mereka melihatnya”. Malaikat berkata: ‘Mereka meminta perlindungan-Mu, Allah berkata: “mereka meminta perlindungan dari apa?”, Malaikat berkata: “Dari Api neraka”, Allah berkata: “apakah mereka telah melihat nerakaku?”, Malaikat menjawab, ‘tidak.’ Allah berkata: ‘Bagaimana kalau mereka melihat neraka Ku. Malaikat berkata: ‘Mereka beristighfar pada Mu.’ Allah berkata: “Sudah kuampuni mereka, sudah kuberi permintaan mereka, dan sudah kulindungi mereka dari apa apa yg mereka minta perlindungan darinya.’ Malaikat berkata: “Wahai Allah, diantara mereka ada si fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu ikut duduk bersama mereka, Allah berkata: ‘Baginya pengampunanku, dan mereka (ahlu dzikir) adalah kaum yg tidak ada yg dihinakan siapa siapa yg duduk bersama mereka.”

Dzikir bersama, atau istighasah selain merupakan doa bersama dalam rangka memohon pertolongan menghadapi permasalahan yang besar dan jalan yang ditempuh semakin sulit, juga merupakan tandingan untuk panggung panggung maksiat yang dari hari ke hari kian marak saja, menyeret pemuda dan pemudi untuk larut, sehingga sangat mungkin akan melupakan Allah. NU menganggap istighasah atau dzikir berjamaah merupakan suatu perbuatan yang mulia karena berusaha menggemakan nama Allah.

kata kunci:

cara dzikir yang benar menurut islam
cara dzikir setelah shalat fardhu
cara dzikir sesudah shalat fardhu
cara dzikir menurut islam
cara dzikir muhammadiyah
cara dzikir menurut rasulullah
cara dzikir nabi muhammad
cara dzikir nu
cara dzikir nafas nufus
cara dzikir yang baik dan benar
cara dzikir asmaul husna yang benar
cara dzikir yang benar menurut islam
cara dzikir dan pernapasan yang konsentrasi
tata cara dzikir la ilaha illallah
cara menghitung dzikir dengan jari tangan
cara pengaruh dzikir terhadap kesehatan jiwa
tata cara dzikir pagi dan petang
cara dzikir tarekat qadiriyah wa naqsyabandiyah
cara dzikir yang benar setelah sholat tahajud
cara dzikir yang benar setelah sholat
cara dzikir yg baik dan benar
tata cara dzikir yang baik dan benar
cara memikat hati wanita dengan dzikir
tata cara dzikir dengan asmaul husna
cara zikir yg baik dan benar
tata cara dzikir setelah sholat tahajud
tata cara dan dzikir sholat tahajud
tata cara sholat tahajud dan dzikir

Cek Jadwal dan Daftar Peserta UKG Kemenag Tiap Propinsi

UKG Kemenag - Jumat 3 Desember 2015 menjadi hari yang cukup mengejutkan bagi saya (mungkin juga bagi guru yang lain). Setelah ngawasi Ujian Akhir Semester Gasal, rekan yang bertugas sebagai operator sekolah memberikan cepithir alias kertas kecil yang berisi nama, NUPTK, dan password untuk login ke SIMPATIKA.

“Silakan Cek Detail Peserta UKG,” begitu kata sang operator. Saya manut. Tiba di rumah, barulah saya buka SIMPATIKA. Dan benar, menurut keterangan Bos Simpatika saya sudah terdaftar sebagai calon peserta UKG 2015/2016.

Cek Jadwal dan Daftar Peserta UKG Kemenag di Simpatika


Ck..ck.ck…. Tak terbayang bahwa saya bakal menjalani Ujian Kompetensi Guru ( UKG)

Jika anda juga guru yang mengabdi di kementerian Agama, baik mapel umum atau mapel PAI dan Bahasa Arab, tentunya juga sudah terdaftar sebagai calon peserta UKG. Jika nggak percaya silakan saja anda login dengan NUPTK atau Peg.Id anda di Sipatika.kemenag.go.id

Cara Daftar UKG Kemenag 

1. Buka http://simpatika.kemenag.go.id
2. Pilih Login PTK/Admin

peserta ukg 2015
Setelah terbuka silakan login dengan NUPTK/Peg.Id anda.
3. Ada beberapa menu setelah anda berhasil masuk. Pilih layanan SIMPATIKA - dan dibawahnya ada PTK (gambar logo Ikhlas Beramal)
cara daftar ukg kemenag

4. Anda akan melihat penampakan ini:
jadwal ukg 2015

Kepada Pendidik (Guru) Yth.
Anda telah terdaftar sebagai Calon Peserta UKG 2015/2016, silakan cek kembali detil informasi status pendaftaran Anda. Penyesuaian/pengubahan Mapel UKG dapat dilakukan hingga 4 Desember 2015 pk. 15.00 WIB.

4. Lihat detail informasi anda. Apakah mapel anda sudah sesuai dengan yang ada di simpatika atau belum. Jika anda mengajar bahasa inggris tetapi di sana tertulis Bahasa Arab maka anda bisa edit.

Jadwal UKG Kemenag

daftar peserta ukg 2015
Di sana terdapat keterangan yang mungkin anda butuhkan meliputi nomor peserta juga lokasi dan jadwal UKG. Sampai tulisan ini dibuat seluruh data tersebut masih kosong dan dibawah ada keterangan:

Kepastian jadwal dan lokasi UKG periode 2015/2016 akan diinformasikan setelah tanggal 4 Desember 2015 (hari ini). Mungkin nanti malam sudah keluar.
Inilah Peserta UKG Kemenag 2015 Tiap Propinsi

UKG Kemenag 2015 ternyata tidak diikuti oleh semua guru, melainkan hanya guru yang mengampu mapel umum saja. Tidak hanya itu, ternyata juga tidak semua yang mengajar mapel umum mengikuti UKG 2015. Hanya orang-orang tertentu saja.

Kenapa UKG Kemenag tidak dilaksanakan oleh semua guru dan hanya guru mapel umum dan itupun cuma pilihan? Entahlah. Barangkali Kemenag memang belum benar-benar siap melaksanakan UKG 2015.

Ada juga perbedaan ukg kemenag dengan ukg kemdiknas. Yakni jika UKG Kemenag dilaksanakan secara offline artinya dengan tertulis. Wah...jadi ukg kemenag off line ya, demikian salah seorang guru kaget mendengar. Baiklah, kan malah lebih mudah.

Daftar Peserta UKG Kemenag 2015


Apakah saya termasuk peserta daftar UKG Kemenag tahun ini? Jika anda punya pertanyaan seperti itu silakan lihat sendiri apakah dalam daftar propinsi ada nama anda? Silakan kunjungi link di bawah ini. Filenya PDF, jadi kalau mau dipajang langsung mesti convert dan pasti kalau convert tabel dari PDF jadinya tak karuan. MEnding anda download saja ya.

Berikut merupakan daftar peserta UKG Kemenag tahun 2015 untuk setiap propinsi di Indonesia.

 Peserta Propinsi Aceh
 Peserta Propinsi Sumatera Utara
 Peserta Propinsi Sumatera Barat
 Peserta Propinsi Riau
 Peserta Propinsi Bangka Belitung
 Peserta Propinsi Jambi
 Peserta Propinsi Kepulauan Riau
 Peserta Propinsi Lampung
 Peserta Propinsi Sumatera Selatan
 Peserta Propinsi Bengkulu
 Peserta Propinsi Banten
 Peserta Propinsi DKI Jakarta
 Peserta Propinsi Kalimantan Barat
 Peserta Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
 Peserta Propinsi Jawa Barat
 Peserta Propinsi Jawa Tengah
 Peserta Propinsi Bali
 Peserta Propinsi Jawa Timur
 Peserta Propinsi Nusa Tenggara Barat
 Peserta Propinsi Nusa Tenggara Timur
 Peserta Propinsi Kalimantan Tengah
 Peserta Propinsi Kalimantan Selatan
 Peserta Propinsi Kalimantan Timur
 Peserta Propinsi Sulawesi Utara
 Peserta Propinsi Sulawesi Tengah
 Peserta Propinsi Sulawesi Selatan
 Peserta Propinsi Sulawesi Tenggara
 Peserta Propinsi Gorontalo
 Peserta Propinsi Sulawesi Barat
 Peserta Propinsi Maluku
 Peserta Propinsi Maluku Utara

Lihat dan Download Daftar Peserta UKG Tiap Propinsi di Link Biru itu.

Jika sudah terdaftar sebagai peserta UKG atau sebagai persiapan mengikuti UKG Kemenag anda bisa mempelajari soal UKG Kemenag 2015. Lihat juga materi UKG Kemenag dan Kisi-kisinya. Demikian. semoga bermanfaat

Contoh RPP 2013 dan Cara Membuat RPP dengan Mudah

RPP atau yang kerap di kenal dengan Rencana Proses Pembelajaran merupakan salah satu administrasi penting bagi sebagian guru. Kenapa saya katakan sebagian, karena kenyataannya banyak juga guru yang menganggap bahwa RPP bukan sesuatu yang penting. Terlebih lagi ketika RPP hanya dijadikan sebagai administrasi semata, maka RPP kehilangan ruh atau maknanya.

Untuk menyusun RPP sendiri tidak boleh sembarangan. Sudah ada aturannya. Saya pernah bertanya kepada senior saya, kenapa RPP harus begitu ribet, harus memenuhi unsur-unsurnya sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional itu? Jawabannya kurang lebih begini, “Ya namanya juga aturan. Kalau kamu beli handphone misalnya, coba lihat panduan pengguna. Buka kotak, pasang baterai, tekan tombol on. Sebenarnya kamu kan nggak butuh panduan macam gitu, wong kamu sendiri sudah sangat paham. Kita bisa tidak mempedulikan aturan pengguna itu, tetapi menggunakan cara lain. Ya tho?”

Cara Membuat RPP

Contoh RPP 2013 dan Cara Membuat RPP dengan Mudah


Iya juga ya. Di langkah-langkah pembelajaran RPP misalnya, ada keterangan misal, guru membuka dengan salam, guru membuka pelajaran dengan bacaan doa, menanyakan kepada siswa tentang pembelajaran yang lalu, dan sebagainya. Bukannya itu sudah sangat biasa bagi seorang guru, kenapa pula harus dibuat begitu detail. Tapi begitulah yang namanya RPP.

Bentuk atau susunan RPP itu sendiri ternyata berbeda-beda, tergantung kurikulumnya. Ketika KTSP digunakan muncullah RPP KTSP, lalu ada tambahan lagi, RPP KTSP Berkarakter (maksudnya RPP yang didalamnya ada muatan pendidikan karakter), lalu setelah Kurikulum 2013 digulirkan kini mulai marak dengan RPP K13.

Tulisan ini akan lebih ditujukan untuk membahas RPP yang lagi ngetrend itu, yakni RPP Kurtilas. Beberapa pertanyaan yang akan diulas dalam tulisan ini antara lain:

Apa Pengertian RPP dan Bagaimana aturan membuat RPP?

Komponen apa saja yang harus ada dalam RPP?

Bagaimana cara membuat RPP, khususnya RPP Kurikulum 2013?

Terakhir, saya akan memberikan contoh RPP Kurikulum 2013. Untuk contoh RPP K13 sendiri sudah sangat banyak. Anda bisa melihat dan mendownload contoh RPP Kurtilas di link biru itu.

Karena sepertinya tulisan ini akan menjadi tulisan panjang, maka saya akan membaginya menjadi beberapa posting. Postingan ini adalah postingan yang pertama dari beberapa bagian yang akan saya ulas. Anda tahu, ketika menulis beginian, sesungguhnya saya juga sedang belajar tentang apa yang saya tulis. Tapi ini bukan yang pertama saya menulis tentang RPP, sebelumnya saya pernah mengulas tentang Perbedaan RPP KTSP dan RPP Kurtilas. Silakan anda simak artikel tersebut.

Hari Baik

Cerpen Jusuf AN

Entah kenapa, ia merasa kalau hari ini akan menjadi hari paling baik di antara ribuan hari baik yang sudah ia lewati selama 30 tahun lebih. Ia sendiri tak tahu kenapa tiba-tiba pikiran semacam itu melintas di benaknya di saat ia tengah mengayuh sepeda menuju tempat kerja. Pikiran itu menguasai sebagian besar bagian otaknya, membuatnya tidak konsentrasi dan beberapa kali dimaki-maki klakson truk dan bus antar kota.

Ia bekerja di sebuah madrasah tsanawiyah yang cukup megah. Tentu ia bukan guru, begitu kita akan menebak ketika melihat penampilannya yang berjaket lusuh, celana komprang dan sandal jepit. Dan memang tebakan kita benar. Ia memang pernah berkeinginan menjadi guru, namun tak pernah terwujud. Tapi ia cukup bahagia setelah lulus sekolah menengah dan beberapa tahun menganggur kemudian ada seseorang menawarinya bekerja di sebuah sekolah negeri. “Kerjamu cuma buat minum untuk guru-guru, bersih-bersih lingkungan sekolah dan menjaga keamanan, tapi kamu tetap punya peluang diangkat menjadi pegawai negeri,” terang seseorang menawarkan. Sungguh, ia bahagia bukan lantaran masa depannya cukup menjanjikan. Ia menerima pekerjaan itu dikarenakan akan lebih dekat dengan aroma orang-orang mencari ilmu dan harum pengabdian para guru.

Ia menyukai pekerjaannya dan kerenanya ia betah. Sudah hampir 15 tahun ia bekerja di sekolahan itu dengan gaji yang meski sedikit, tapi (gaib) selalu cukup untuk menghidupi istri dan seorang anak.

Sebentar lagi lelaki berkulit coklat matang itu tiba di tempat kerjanya. Kepalanya masih rusuh. Apakah kabar baik akan aku terima hari ini? Adakah surat pengangkatanku sebagai CPNS akan turun? Ah, sepertinya tidak mungkin, ratusan guru bantu yang sudah bekerja lebih dari 20 tahun saja masih banyak yang belum turun, mana mungkin pemerintah memikirkan nasib seorang tukang kebersihan? Ya, tapi mungkin saja. Tidak ada yang tak mungkin bagi Tuhan, tampiknya sendiri. Ia pun mengayuh sepedanya lebih kencang, hampir-hampir membuat topi lusuhnya terbang disambang angin bergelombang.

Selalu ia menjadi orang pertama yang tiba di sekolahan itu. Gerbang sekolah ia buka. Sepedanya ia tuntun, disenderkannya di dinding. Ia rogoh saku celana, lalu mulai membuka kunci pintu ruang guru, ruang TU, ruang-ruang kelas, dan terakhir ia menuju dapur. Ia masak air dengan panci jumbo, menyiapkan gelas-gelas besar, membaca denah meja-meja ruang guru dan menyiapkan gelas mana yang mesti ia buat teh dan mana yang yang harus ia tuang air putih. Ia sudah melakukan pekerjaan itu selama lebih dari lima belas tahun dan sudah belajar banyak dari kesalahan-kesalahan, semisal menuangkan gula pada semua gelas atau memasak air terlalu sedikit. Pikiran tentang hari baik di kepalanya kini agak mengendur, tetapi cukup mengusik otaknya, membuatnya lupa berapa gelas yang mesti ia kasih gula, memaksanya melihat lagi denah meja ruang guru untuk memastikannya.

Beberapa hari lalu, ia memang mendengar kalau surat pengangkatan sebagai pegawai negeri akan turun bulan ini. Teringat itu ia menggeleng-gelengkan kepala, sambil tersenyum menertawakan pikirannya sendiri.

Detik melangkah cepat. Air di panci telah mendidih. Satu dua guru masuk ke dapur, membuat kopi dan teh sendiri, lalu dibawa ke ruang sebelah. Begitulah kebiasaan di sekolah itu. Sebelum bel masuk menjerit, sebagian guru akan masuk ke dapur, membuat minuman hangat, lalu di bawa ke ruang sebelah, duduk-duduk menyalakan rokok, membuka obrolan tentang apa saja, terutama tentang isu yang hangat.

Ia tengah menuang air yang baru mendidih ke dalam tremos dan mendengar guru-guru di sebelah dapur membincangkan isu tentang SK guru-guru bantu yang akan turun bulan ini. Ia yang takut kalau konsentrasinya pecah lalu air panas yang tengah ia tuang tumpah, memutuskan berhenti sejenak, mendengarkan obrolan mereka. Ia bergidik mendengar makian-makian para guru pada pemerintah, tentang gaji mereka yang rendah, dan rencana mereka menggelar aksi demonstrasi. Sampai di situ, ia kembali meneruskan kerjanya.

Sampai dzuhur ia belum menemukan sesuatu yang istimewa kecuali nikmat napasnya yang masih berembusan lewat hidung, keringat yang masih menetes, dan kerongkongan yang kembali segar ketika diguyur air putih.

Tapi ia seolah masih menunggu apa yang tadi terbersit di hatinya itu. Sempat terpikirkan olehnya untuk membongkar koran-koran yang tertumpuk di pojok ruang dapur lalu mencari kolom zodiak yang tersedia di koran Minggu. Ia ingin tahu apakah peruntungannya sesuai dengan firasat hatinya. Tapi ia buru-buru urungkan niatnya. Ia tak ingin melukai keimanannya. Ia ingin membiarkan takdir tetap gaib sebagaimana sifatnya.

Ia pulang ketika sekolah itu benar-benar sepi. Dengan perasaan yang sepi pula ia kayuh sepedanya di jalan raya yang ramai. Ia masih menduga-duga, apakah hal baik yang akan ia terima hari ini. Adakah saudaranya yang kabarnya sudah menjadi juragan di kota akan datang kemudian memberikan modal untuk istrinya membuka usaha warung kelontong. Apakah dana bantuan dari pemerintah untuk merehab rumahnya akan ia terima? Ataukah apa?

Baru kali ini ia berpikir sebegitu mendalam tentang sebuah firasat. Firasat yang ia sendiri tak tahu kenapa mendadak meledak di dadanya pada pagi-pagi di jalan raya. Firasat yang entah kenapa begitu kuat bertahan mencengkram batok kepalanya.

Setiba di rumah, ia langsung masuk dan mencari istrinya. Jika biasanya ia meminta segelas air putih, kali ini ia meminta jawaban, “Apakah Kang Darwito pulang dari Jakarta?” Istrinya menggeleng. “Apakah tadi ada petugas dari kelurahan yang datang?”

Istrinya menggeleng lagi, ganti bertanya, “Memangnya ada apa?”

Ia tidak menjawab, tapi meminta diambilkan air putih untuk mengganti keringat yang tumpah dari tubuhnya, mendinginakan perasaannya.

***

Ia berdiam di masjid sejak maghrib hingga isya turun, kebiasaan yang tidak disukai istrinya tetapi tetap ia pertahankan. Pulang dari masjid, ia sudah cukup terbebas dari firasat akan datangnya hal baik pada hari ini. Ia melangkah tenang, menikmati setiap ayunan kaki menjejak ke tanah. Membuka pintu rumah, ia mesti mengendap-endap mencari saklar lampu ruang depan. Membuka tutup saji di meja makan, ia tak menemukan apa-apa selain sepiring nasi dingin dan mie instan yang masih dalam kemasan. Ia berjalan membuka gorden pintu kamar, melongok, mendapati istri dan anaknya yang berusia tiga tahun sudah tidur. Segera ia menuju dapur, menyalakan kompor minyak tanah, memasak mie sembari mendinginkan hati, menebalkan kesabaran tentang sikap sang istri.

Di saat lidahnya mulai menari memainkan nasi campur mie, kepalanya kembali melayang, teringat akan firasatnya tadi pagi. Tapi ia tak ingin terus-terusan memikirkannya dan segera mengucap istighfar. Duduk sebentar di kursi ruang depan, ia langsung menuju kamar, mencium istri dan anaknya, lalu rebah di sisi mereka. Ia mesti tidur lebih awal karena tengah malam nanti ia mesti pergi ke sekolah untuk memastikan keadaan sekolah aman.

Dengan bismillah, ia melebur lelah di ranjang yang reot, lalu bangkit ketika mendengar bunyi tiang listrik di tabuh peronda. Dengan sarung dibalutkan di leher dan kepala mengenakan peci hitam ia kayuh sepeda menembusi dinding-dinding kabut melawan dingin yang meruncing menusuk-nusuk dadanya. Mendadak, seperti pagi tadi ketika ia berangkat kerja, ada yang meledak dalam dadanya, sebuah firasat tentang hari baik seperti yang tadi pagi ia terima, tapi kali ini lebih dahsyat, menebalkan keyakinannya, bahwa akan ada hal baik akan ia terima dalam waktu dekat. Ia kayuh sepedanya lebih cepat, meski tak dapat menandingi kecepatan laju truk tronton dan bus antar propinsi. Ia yakin kalau di depan sana, sesuatu yang terbersit dalam batinya itu seakan sudah menunggunya.

***
cerpen hari baik


Ketika matahari baru naik satu tombak seorang pegawai TU mendatangi rumahnya karena gerbang sekolah masih terkunci. Jelang siang lelaki pegawai kebersihan itu ditemukan tak bernyawa di mushala kecil di ruang guru dengan tasbih tergenggam di tangan serta peci hitam tergeletak di sisinya. Wajahnya nampak seperti seorang yang baru mendapat kabar gembira.

Wonosobo, 2009

Kisi-kisi, Materi dan Prediksi Soal UKG Kemenag 2015

UKG Kemenag 2015 sebentar lagi akan dilaksanakan. Kapan? Bulan Desember 2015. Tanggal berapa? Nah, itu dia. Setahu saya sih desember ada 31 hari, jadi pelaksanaan UKG Kemeterian Agama akan berlangsung sekitar tanggal 1 sampai dengan 31 Desember 2015.

Pengumuman UKG Kemenag sendiri sudah ditetapkan erdasarkan surat yang ditandatangi oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Prof. Dr. Phil Kamaruddin Amin, M.A. Dalam suratnya, Guru besar lulusan Jerman tersebut memeritahukan tentang pelaksanaan UKG Guru Madrasah.

UKG Kemenag 2015, Pelajari Teknis, Kisi-kisi, dan Soal


ukg kemenag 2015

SIAP UKG KEMENAG 2015



Ada beberapa phoin penting dari surat dirjen pendis nomor bla..bla..( lihat sendiri ya, jika perlu unduh) terkait ukg kemenag 2015.


ukg guru madrasah

Download surat Dirjen Pendis Terkait UKG Kemenag 2015

Tujuan UKG Kemenag


Bahwa UKG Kemenag dilaksanakan dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru. Karenanya dirasa penting untuk dilakukan UKG sebagai bahan pemetaan kompetensi secara detail yang menggambarkan kondisi objektif guru, baik kompetensi pedagogiknya maupun kompetensi profesionalnya. Kalau itu sudah diketahu maka nanti bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan. Mungkin saja guru-guru dengan nilai UKG yang rendah akan diberikan diklat, dan itu bagus. Tapi jangan mudah percaya dengan berita-berita yang judulnya menakutkan, bahwa guru dengan nilai UKG rendah akan distop sertifikasinya, akan dikantorkan, akan dimutasi ke daerah terpencil. Sebagai guru, tentu kita tidak mudah terpovokasi.

Peserta UKG Kementerian Agama

Ternyata, UKG Kemenag 2015 tidak mengikutkan guru madrasah yang mengajar mapel PAI dan Bahasa Arab. UKG Kementerian Agama 2015 hanya diikuti oleh guru RA, MI, MTs, MA yang mengajar mapel selain PAI dan Bahasa Arab (maaf saya ulangi, biar jelas), sesuai dengan bidang studi sertifikasi dan atau sesuai dengan kualifikasi akademiknya dan terdaftar di SIMPATIKA (sistem Informasi pendidik dan tenaga Kependidikan Kementerian Agama).

Jadwal UKG Kemenag Online

Jika merujuk surat edaran dirgen pendis, dikatakan dalam surat itu bahwa jadwal ukg kemenag dilaksanakan pada bulan Desember 2015. itu saja.

Dari isi surat tersebut, muncul beberapa pertanyaan, meski sebenarnya sudah tersirat dan tersurat. Misal, apakah Guru Honorer Kemenag juga wajib mengikuti UKG? Bagaimana dengan guru yang tidak terdaftar di SIMPATIKA, belum memiliki NUPTK misalnya? Di surat edaran hanya dijelaskan bahwa guru yang masih aktif mengajar (Non PAI dan Bahasa Arab) dan terdaftar di SIMPATIKA. Jadi Guru Honorer yang aktif mengajar saya kira juga wajib mengikuti UKG, apalagi sudah sertifikasi. Lalu guru yang belum memiliki NUPTK? Ini yang kita masih belum tahu pasti. Yang jelas, peserta UKG akan ditetapkan melalui keputusan Dirgen Pendidikan Islam sebagai pelaksana UKG Kemenag 2015.

Apa Perbedaan UKG dan UKA Kemenag 2015

uka kemenag 2015

UKG tentu berbeda dengan UKA Kemenag. UKA adalah ujian kompetensi Awal, di mana dulu dijadikan syarat bagi guru yang hendak mengikuti Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) sebelum diberikan menjadi guru sertifikasi. Untuk tahun ini UKG akan diikuti oleh guru yang sudah sertifikasi maupun yang belum. 

Lalu soal-soalnya apakah mirip dengan UKA Kemenag? Bisa jadi. 

Soal dan Kisi-Kisi UKG Kemenag 2015

Setelah surat edaran itu muncul Guru-guru madrasah kini mulai bersiap, mempelalajari teknis UKG, dan membaca kisi-kisi UKG Kemenag (jika ada) dan berlatih soal ukg online 2015.

Update: Kisi-kisi UKG Kemenag untuk guru mapel selain bahasa arab dan PAI tidak jauh berbeda dengan kisi-kisi yang dibuat oleh kemdikbud. Bahkan, dugaan saya soal UKG Kemenag dan UKG Kemdiknas juga sama. Inilah kenapa UKG Guru PAI belum dilakukan, karena persiapan untuk soal, kisi-kisi dan lainnya masih belum rampung. Sementara untuk soal guru selain PAI dan Bahasa Arab bisa menggunakan soal yang digunakan kemdikbud. Baiklah, silakan download kisi-kisi SOAL UKG berikut.

Link download kisi-kisi ukg


Kisi-Kisi SOAL UKG Kemenag 2015



Lihat juga:

Kumpulan Soal UKG Depag 2015

Kumpulan Soal UKG 2015
Soal UKG MI
Contoh Soal GAT PLN (yang ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan UKG)

kata kunci:


  • ukg kemenag jawa timur
  • ukg guru kemenag sumbar
  • ukg sertifikasi guru kemenag
  • ukg untuk guru kemenag
  • ukg kemenag kab malang
  • ukg di lingkungan kemenag
  • jadwal ukg online kemenag
  • soal ukg online kemenag
  • soal ukg pai kemenag
  • sekitar ukg pai kemenag
  • kisi-kisi ukg pai kemenag
  • contoh soal ukg pai kemenag
  • jadwal ukg kemenag jatim
  • jadwal ukg kemenag jateng
Update:

Pendaftaran UKG Kemenag

Untuk tata cara pendaftaran UKG Kemenag anda bisa login ke Simpatika, yang beralamat di simpatika.kemenag.go.id. Kemudian lihat masuk (login) PTK. Setelah itu anda tinggal masukkan nomoor NUPTK atau jika belum punya bisa menggunakan Peg.id dan pasword kependidikan anda.

Selanjutnya akan muncul laman baru lalu pilih menu PTK. Terakhir, akan keluar registrasi calon peserta UKG 2015/2016. Anda jangan buru-buru keluar. Simpanlah data tersebut dengan klik simpan. JIka proses anda sudah sesuai maka akan muncul pemberitahuan, "Anda sudah terdaftar". Emmm, mungkin sebaiknya anda juga tanyakan kepada operator sekolah, terutama juga anda lupa pasword untuk login.

Itulah tadi beberapa infomasi terkait dengan UKG Kementerian Agama 2015. Untuk lebih jelasnya, silakan download petunjuk teknis UKG Kemenag 2015. Salam