"Mesin Ketik dan Sekotak Bukti Wesel Pos" Piek Ardijanto Suprijanto |
Itu potongan-potongan kiriman wesel dari honor tulisan-tulisan Pak Piek, demikian lelaki jangkung kelahiran Magetan, 12 Agustus 1929 itu akrab dipanggil. Tulisan Pak Piek banyak tersebar di media sekitar tahun 1960-1990-an. Kalau semua wesel itu dirupiahkan barangkali tidak seberapa, sebab ada di antara honor tulisan itu yang hanya sebesar Rp. 150. Dan memang, bukan nilai rupiahnya yang membuat saya kepincut untuk mengeluarkan kotak honor itu dari almari lalu mengambil gambarnya.
Namun, spirit Pak Piek dalam mengabdikan hidupnya sebagai penulis (penyair). Tinta yang mengalir dari penanya, sebagai puisi, cerpen, dan essai, membuat siapa saja bisa berdialog dengannya, meski penulisnya sendiri sudah "tiada". Ditambah lagi, semangat dan ketulusannya dalam membimbing sastrawan muda di Tegal (pada waktu itu), dan para muridnya di SMA N 1 Tegal membuat tintanya tidak mengering meskipun ia sudah almarhum.
Spirit Pak Piek,patut diteladani siapa saja, terlebih lagi bagi seorang penulis, wa bil khusus bagi seorang guru yang senang menulis. Beliau menulis bukan untuk dirinya sendiri, bukan untuk dinikmati sendiri. Dan yang paling utama adalah usaha beliau dalam mengajarkan kepada anak-anak muda tentang bagaimana mendayagunakan tinta.
Nah, benar tho? Pada akhirnya kembali ke soal "tinta".
Kenapa Tinta Guru?
Selama ini, simbol dunia kepenulisan seringkali berupa "pena". Lihatlah logo-logo komunitas penulis/kepenulisan, biasanya muncul gambar pena di sana. Padahal, apalah daya pena jika tidak ada tinta. Apalah daya pena yang sudah terisi tinta jika tidak ada tangan. Apalah daya tangan, jika tidak ada kekuatan dari Tuhan.Pena, tinta, tangan, dan Tuhan, erat berhubungan dalam dunia kepenulisan.
Tintaguru.Com memanglah sebuah blog. Dunia virtual yang tentunya tidak membutuhkan tinta untuk menuliskannya. Tapi, tentunya kita tidak bisa mengartikannya secara harfiah.
Secara harfiah, tinta memang menjadi salah satu jenis dzat yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seorang guru. Bermacam kegiatan, seperti memberi nilai, mengoreksi ulangan harian, tanda tangan, merancang strategi, menulis di withboard, tidak bisa dikerjakan tanpa tinta.
Namun, lebih dari itu, sebenarnya tinta bisa pula disimbolkan dengan kehidupan dan kegiatan guru, sebagaimana tinta itu sendiri yang memiliki banyak warna. Dan guru itu sendiri juga berbeda-beda, beraneka macam, banyak warna, sebagaimana tinta.
Yeah, agaknya saya tidak perlu berpanjang lebar menerangkan soal "filosifi tinta" dan nama domain ini. Yang jelasTintaguru.Com memuat banyak hal, warna-warni. Selain sebagai catatan harian saya, sebagai seorang guru dan sekaligus manusia, blog ini juga memuat karya-karya lain seperti cerpen, puisi, juga materi dan bacaan pengayaan, khususnya bagi siswa-siswa di Madrasah Tsanawiyah, atau siapa saja yang ingin memanfaatkannya. Sebagian besar postingan dalam tintaguru.com ini saya tulis sendiri, kecuali untuk info lomba.
Terakhir, tanpa tangan, tanpa kekuatan Tuhan, mustahil tintaguru.com terlahir. KepadaNyalah saya berharap, semoga blog ini bisa membawa manfaat dan keberkahan untuk kita semua. Aamiin.
2 comments
commentstop, pak yusup...
Replyterimakasih, pak pur.
Reply