“Apa yang akan saya tulis?” Pertanyaan itu menyangkut modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang penulis, yaitu ide, gagasan, atau inspirasi.
Sebenarnya kita bisa mendapatkan ide dengan mudah jika kita memiliki kepekaan rasa. Caranya, jangan biarkan buku yang kamu baca dan fenomena yang terjadi di sekitar kita berlalu begitu saja. Tetapi cobalah untuk merenungi dan memandangnya dengan cara pandang yang tidak dipikirkan oleh orang kebanyakan.
Suatu ketika misalnya kamu melihat tetanggamu membuang sampah di sungai di depan rumahmu. Fenomena tersebut bisa kamu renungkan dan kamu olah untuk kemudian dijadikan inspirasi menulis. Misalnya, kamu yang sudah tahu tentang bahaya pencemaran lingkungan lalu membayangkan kehidupan orang-orang yang sehari-harinya menggunakan air sungai untuk keperluan hidupnya. Kamu juga membayangkan keadaan sungai itu sepuluh tahun ke depan, dan seterusnya.
Menulis sastra adalah menulis rasa yang muncul setelah diri kita terusik oleh sesuatu atau kejadian yang ada di sekeliling kita. Ada yang mengatakan, tugas penulis sastra adalah “memberi makna pada benda dan fenomena yang dianggap orang lain sia-sia dan tidak berharga”. Menulis sastra adalah menciptakan dunia baru, dunia yang berangkat dari fenomena di sekitar kita yang telah dipadukan dengan pengetahuan dan imajinasi. (Kurniawan, 2011: 10)
Karena itulah, untuk menulis fiksi sains mestilah kita memiliki kepekaan akan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita. Seorang Newton tidak melewatkan begitu saja peristiwa apel yang jatuh, tetapi merungkannya hingga ia memunculkan teori gravitasi. Demikian pula seorang pengarang. Berbagai perisitiwa kecil, lebih-lebih yang menyentuh perasaan kita, mesti direnungkan dan diolah sehingga bisa menjadi sebuah ide.
Ide menulis memang erat kaitannya dengan pengalaman. Pengalaman itu bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman yang telah kita lihat dan rasakan secara langsung. Sedangkan pengalaman tidak langsung, adalah pengalaman yang berasal dari cerita yang kita dengar atau dari buku-buku yang kita baca. Semakin kita kaya dengan pengalaman, maka semakin banyak ide bisa kita tuliskan.
Sebenarnya kita bisa mendapatkan ide dengan mudah jika kita memiliki kepekaan rasa. Caranya, jangan biarkan buku yang kamu baca dan fenomena yang terjadi di sekitar kita berlalu begitu saja. Tetapi cobalah untuk merenungi dan memandangnya dengan cara pandang yang tidak dipikirkan oleh orang kebanyakan.
Suatu ketika misalnya kamu melihat tetanggamu membuang sampah di sungai di depan rumahmu. Fenomena tersebut bisa kamu renungkan dan kamu olah untuk kemudian dijadikan inspirasi menulis. Misalnya, kamu yang sudah tahu tentang bahaya pencemaran lingkungan lalu membayangkan kehidupan orang-orang yang sehari-harinya menggunakan air sungai untuk keperluan hidupnya. Kamu juga membayangkan keadaan sungai itu sepuluh tahun ke depan, dan seterusnya.
Menulis sastra adalah menulis rasa yang muncul setelah diri kita terusik oleh sesuatu atau kejadian yang ada di sekeliling kita. Ada yang mengatakan, tugas penulis sastra adalah “memberi makna pada benda dan fenomena yang dianggap orang lain sia-sia dan tidak berharga”. Menulis sastra adalah menciptakan dunia baru, dunia yang berangkat dari fenomena di sekitar kita yang telah dipadukan dengan pengetahuan dan imajinasi. (Kurniawan, 2011: 10)
Karena itulah, untuk menulis fiksi sains mestilah kita memiliki kepekaan akan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita. Seorang Newton tidak melewatkan begitu saja peristiwa apel yang jatuh, tetapi merungkannya hingga ia memunculkan teori gravitasi. Demikian pula seorang pengarang. Berbagai perisitiwa kecil, lebih-lebih yang menyentuh perasaan kita, mesti direnungkan dan diolah sehingga bisa menjadi sebuah ide.
Ide menulis memang erat kaitannya dengan pengalaman. Pengalaman itu bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman yang telah kita lihat dan rasakan secara langsung. Sedangkan pengalaman tidak langsung, adalah pengalaman yang berasal dari cerita yang kita dengar atau dari buku-buku yang kita baca. Semakin kita kaya dengan pengalaman, maka semakin banyak ide bisa kita tuliskan.