Sekaralanglah waktunya kamu menulis! Ya, menulis! Hanya dengan menulis, bukan berangan-angan, karya fiksi sainsmu akan benar-benar selesai. Bukankah kamu sudah memiliki ide untuk ceritamu? Jika masih bingung harus mengawali dari mana, barangkali kamu perlu membuat draf untuk ceritamu. Jika kamu ingin menulis novel, draf bisa berisi catatan singkat mengenai alur cerita yang akan kamu buat; bisa satu kalimat perbagian atau beberapa kalimat perbagian.
Alur adalah rangkain peristiwa dari awal hingga akhir cerita. Alur bisa dibuat maju, kilas balik (flash-back), maju-mundur, atau dimulai dari akhir cerita kemudian kembali ke awal. Secara umum, alur dalam prosa fiksi terbagi dalam tiga bagian, yakni bagian awal, tengah, dan akhir. Agar pembaca tertarik membaca karyamu dari awal sampai akhir, maka buatlah alur yang menggugah rasa ingin tahu (suspense) dan berilah kejutan-kejutan di tiap bagiannya. Berikut adalah contoh draf novel Laskar Pelangi.
Cukup dengan satu kalimat:
Bagian 1: Hari pertama masuk sekolah.
Atau dengan beberapa kalimat:
Bagian 1: a. Hari pertama masuk sekolah
b. Baru sembilan anak yang mendaftar.
c. Harun muncul
Selanjutnya, termasuk bagian dalam membuat draf, kamu perlu menuliskan nama-nama tokoh sekaligus ciri-ciri fisik, karakter, kepribadian, hubungan dengan tokoh lain, serta data-data penting tentang mereka.
Tokoh untuk fiksi sains, tidak harus manusia yang memiliki karakter yang super ilmiah seperti tokoh-tokoh dalam Laskar Pelangi, Area-X atau Supernova. Tetapi memang, harus diakui, dengan memakai tokoh-tokoh yang cerdas dan bahkan ahli soal sains, akan memudahkan pengarang memasukkan unsur-unsur sains ke dalam cerita. Tetapi sebenarnya, hal itu tidaklah mutlak. Kita boleh saja menggunakan tokoh utama yang notabene adalah orang yang biasa tanpa harus menghilangkan unsur ilmiah dalam fiksi yang kita buat.
Selain alur dan tokoh, yang tidak kalah penting adalah menciptakan plot. Kamu tentu sudah tahu apa itu plot. Ya, plot adalah hubungan yang mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya di dalam sebuah cerita. Kaitan peristiwa tersebut yang nantinya akan memicu terjadinya konflik dan menggerakkan cerita menuju klimaks (puncak konflik).
Untuk membuat plot yang baik, memang membutuhkan ketekunan dan keahlian. Tapi tenanglah, tidak perlu cemas dulu. As. Laksana dalam blog pribadinya (http://as-laksana.blogspot.com) pernah memberikan panduan mudah bagaimana membuat plot yang bagus dan disukai pembaca.
Menurut As. Laksana (2011), langkah pertama yang mesti kita lakukan adalah membaca buku best seller untuk kemudian mempelajari dan mencatat plotnya. Kenapa mesti buku best-seller? Sebab buku best seller biasanya memiliki plot yang bagus dan disukai oleh pembaca. Plot novel yang disukai pembaca itulah yang nanti akan kamu gunakan dalam ceritamu.
Cara seperti ini bukan plagiat. Karena yang kita lakukan hanya meminjam plotnya. Setelah plot itu sudah kita ambil, kemudian buatlah perubahan sebanyak mungkin. Ubah waktunya, ubah tempatnya, ubah karakternya, ubah genrenya, ubah suasananya, ubah apa saja yang bisa kamu ubah.
Jika peristiwa dalam novel tersebut terjadi di Jakarta, ubah menjadi Semarang, Aceh atau Planet Venus atau gua di bawah laut. Cara seperti ini ternyata dilakukan juga oleh pengarang-pengarang terkenal. Jadi, kita tidak perlu takut. Lakukan saja. James Joyce melakukannya dengan Ulysses, Leo Tolstoy melakukannya dengan cerita Three Hermits. Dan mereka adalah penulis-penulis yang mendapatkan pengakuan luas di wilayah sastra. Jika mereka boleh melakukannya, tentunya kita juga boleh melakukannya.
Cara itu hanya sebuah alternatif untuk mendapatkan ide dan plot yang baik. Jika kamu merasa apa yang diajarkan As. Laksana tersebut akan mengurangi kepuasanmu dalam membuahkan karya, tidak apa-apa untuk tidak dipraktekkan.
Apabila alur, tokoh, plot, dan setting telah kamu tentukan, maka artinya semua unsur utama prosamu sudah sangat siap untuk dituliskan. Tugasmu sekarang adalah menyakinkan pembaca bahwa peristiwa di dalam karyamu benar-benar terjadi. Meski ceritamu adalah cerita futurulogis, yang menceritakan keadaan dunia di masa depan. Meski cerita yang kamu buat terjadi di dasar laut atau di planet Venus. Meskipun kamu belum pernah berkunjung ke Bulan atau menyelam ke dasar lautan. Buatlah seolah-olah kamu benar-benar tahu segalanya, tentang Venus, Bulan, dasar laut, atau dunia di masa depan, atau apapun yang kamu tuliskan. Yakinkan pembaca bahwa kamu menguasai sesuatu yang kamu tulis.
Perlu diketahui juga mengenai kelemahan sebagian penulis fiksi sains, yaitu kesan menggurui pembaca. Jangan anggap pembaca sebagai orang yang bodoh yang harus diajari, misal dengan teori-teori fisika. Tetapi jadikan bagaimana teori-teori fisika itu lebur dan menjadi bagian tak perpisahkann dalam struktur cerita.
Penting pula bagi penulis fiksi sains untuk memikirkan mengenai gaya bahasa. Gaya bahasa, menurut Gorys Keraf (1994: 113) memunginkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa tersebut. Semakin baik gaya bahasa yang kamu gunakan, semakin baik pula penilaian orang terhadap kamu; demikian pula sebaliknya. Karena itu, jika kamu menggunakan istilah-istilah sains dalam cerita, jangan sampai istilah tersebut hanya menjadi tempelan belaka, hanya karena karyamu ingin dianggap sebagai fiksi ilmiah. Untuk mempelajari hal ini, mungkin kamu bisa mempelajari karya orang lain untuk melihat bagaimana mereka gaya bahasa mereka.
Alur adalah rangkain peristiwa dari awal hingga akhir cerita. Alur bisa dibuat maju, kilas balik (flash-back), maju-mundur, atau dimulai dari akhir cerita kemudian kembali ke awal. Secara umum, alur dalam prosa fiksi terbagi dalam tiga bagian, yakni bagian awal, tengah, dan akhir. Agar pembaca tertarik membaca karyamu dari awal sampai akhir, maka buatlah alur yang menggugah rasa ingin tahu (suspense) dan berilah kejutan-kejutan di tiap bagiannya. Berikut adalah contoh draf novel Laskar Pelangi.
Cukup dengan satu kalimat:
Bagian 1: Hari pertama masuk sekolah.
Atau dengan beberapa kalimat:
Bagian 1: a. Hari pertama masuk sekolah
b. Baru sembilan anak yang mendaftar.
c. Harun muncul
Selanjutnya, termasuk bagian dalam membuat draf, kamu perlu menuliskan nama-nama tokoh sekaligus ciri-ciri fisik, karakter, kepribadian, hubungan dengan tokoh lain, serta data-data penting tentang mereka.
Tokoh untuk fiksi sains, tidak harus manusia yang memiliki karakter yang super ilmiah seperti tokoh-tokoh dalam Laskar Pelangi, Area-X atau Supernova. Tetapi memang, harus diakui, dengan memakai tokoh-tokoh yang cerdas dan bahkan ahli soal sains, akan memudahkan pengarang memasukkan unsur-unsur sains ke dalam cerita. Tetapi sebenarnya, hal itu tidaklah mutlak. Kita boleh saja menggunakan tokoh utama yang notabene adalah orang yang biasa tanpa harus menghilangkan unsur ilmiah dalam fiksi yang kita buat.
Selain alur dan tokoh, yang tidak kalah penting adalah menciptakan plot. Kamu tentu sudah tahu apa itu plot. Ya, plot adalah hubungan yang mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya di dalam sebuah cerita. Kaitan peristiwa tersebut yang nantinya akan memicu terjadinya konflik dan menggerakkan cerita menuju klimaks (puncak konflik).
Untuk membuat plot yang baik, memang membutuhkan ketekunan dan keahlian. Tapi tenanglah, tidak perlu cemas dulu. As. Laksana dalam blog pribadinya (http://as-laksana.blogspot.com) pernah memberikan panduan mudah bagaimana membuat plot yang bagus dan disukai pembaca.
Menurut As. Laksana (2011), langkah pertama yang mesti kita lakukan adalah membaca buku best seller untuk kemudian mempelajari dan mencatat plotnya. Kenapa mesti buku best-seller? Sebab buku best seller biasanya memiliki plot yang bagus dan disukai oleh pembaca. Plot novel yang disukai pembaca itulah yang nanti akan kamu gunakan dalam ceritamu.
Cara seperti ini bukan plagiat. Karena yang kita lakukan hanya meminjam plotnya. Setelah plot itu sudah kita ambil, kemudian buatlah perubahan sebanyak mungkin. Ubah waktunya, ubah tempatnya, ubah karakternya, ubah genrenya, ubah suasananya, ubah apa saja yang bisa kamu ubah.
Jika peristiwa dalam novel tersebut terjadi di Jakarta, ubah menjadi Semarang, Aceh atau Planet Venus atau gua di bawah laut. Cara seperti ini ternyata dilakukan juga oleh pengarang-pengarang terkenal. Jadi, kita tidak perlu takut. Lakukan saja. James Joyce melakukannya dengan Ulysses, Leo Tolstoy melakukannya dengan cerita Three Hermits. Dan mereka adalah penulis-penulis yang mendapatkan pengakuan luas di wilayah sastra. Jika mereka boleh melakukannya, tentunya kita juga boleh melakukannya.
Cara itu hanya sebuah alternatif untuk mendapatkan ide dan plot yang baik. Jika kamu merasa apa yang diajarkan As. Laksana tersebut akan mengurangi kepuasanmu dalam membuahkan karya, tidak apa-apa untuk tidak dipraktekkan.
Apabila alur, tokoh, plot, dan setting telah kamu tentukan, maka artinya semua unsur utama prosamu sudah sangat siap untuk dituliskan. Tugasmu sekarang adalah menyakinkan pembaca bahwa peristiwa di dalam karyamu benar-benar terjadi. Meski ceritamu adalah cerita futurulogis, yang menceritakan keadaan dunia di masa depan. Meski cerita yang kamu buat terjadi di dasar laut atau di planet Venus. Meskipun kamu belum pernah berkunjung ke Bulan atau menyelam ke dasar lautan. Buatlah seolah-olah kamu benar-benar tahu segalanya, tentang Venus, Bulan, dasar laut, atau dunia di masa depan, atau apapun yang kamu tuliskan. Yakinkan pembaca bahwa kamu menguasai sesuatu yang kamu tulis.
Perlu diketahui juga mengenai kelemahan sebagian penulis fiksi sains, yaitu kesan menggurui pembaca. Jangan anggap pembaca sebagai orang yang bodoh yang harus diajari, misal dengan teori-teori fisika. Tetapi jadikan bagaimana teori-teori fisika itu lebur dan menjadi bagian tak perpisahkann dalam struktur cerita.
Penting pula bagi penulis fiksi sains untuk memikirkan mengenai gaya bahasa. Gaya bahasa, menurut Gorys Keraf (1994: 113) memunginkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa tersebut. Semakin baik gaya bahasa yang kamu gunakan, semakin baik pula penilaian orang terhadap kamu; demikian pula sebaliknya. Karena itu, jika kamu menggunakan istilah-istilah sains dalam cerita, jangan sampai istilah tersebut hanya menjadi tempelan belaka, hanya karena karyamu ingin dianggap sebagai fiksi ilmiah. Untuk mempelajari hal ini, mungkin kamu bisa mempelajari karya orang lain untuk melihat bagaimana mereka gaya bahasa mereka.